Percikan Awal Qi
Setelah berhasil mengusir bayangan gelap dengan cahaya batu warisan ibunya, Li Chen jatuh terduduk, tubuhnya masih lemah namun pikirannya mulai jernih. Ia menatap batu bercahaya itu, merasa ada denyut kekuatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Guru agama desa pernah berkata, "Energi Qi ada di dalam setiap makhluk hidup, tapi hanya mereka yang tekun dan tahu cara mengendalikannya yang bisa membuka kekuatan sebenarnya."
Dengan tekad kuat, Li Chen mulai mencoba mendisiplinkan napasnya, membayangkan energi yang mengalir dari batu ke dalam tubuhnya. Napasnya berat dan bergelombang, jantung berdebar ketika ia merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyebar dari perut ke seluruh tubuhnya
Tiba-tiba, di kejauhan, suara langkah berat terdengar makin dekat. Sekte Hitam belum menyerah mencari Li Chen. Mereka menganggap kekuatan dalam batu itu sebagai ancaman bagi rencana gelap mereka
Panik mulai merayapi jiwa Li Chen, tapi ia tahu bahwa kekuatan Qi yang baru dirasakannya harus diasah cepat sebelum musuh menghampiri
"Ini bukan hanya soal bertahan hidup. Ini soal menjadi lebih dari manusia biasa... menuju langit," gumamnya penuh tekad
Di balik bayang-bayang pepohonan, mata berkilat menatap tajam ke arahnya. Perang belum usai, dan jejak abadi Li Chen baru dimulai
Guru Misterius dan Latihan Pertama
Hari mulai siang, sinar matahari menembus celah dedaunan dan menyinari Li Chen yang sedang duduk bersila di tepi sungai kecil. Nafasnya teratur, pandangannya fokus menatap batu bercahaya di tangannya. Energi Qi mulai mengalir samar dalam dirinya, namun ia tahu perjalanan ini baru di tahap sangat awal
"Tapi bagaimana aku mengendalikan kekuatan ini dengan benar?" gumamnya
Tiba-tiba, suara lembut namun tegas terdengar dari balik pepohonan, "Napas mu sudah teratur, tapi hatimu masih ragu."
Li Chen terkejut, menengok ke arah suara dan melihat sosok tua berpakaian sederhana dengan jubah abu-abu yang sudah agak lusuh. Matanya tajam penuh kebijaksanaan, memancarkan aura kuat yang berbeda dari manusia biasa
"Apa kau... guru kultivasi?" tanya Li Chen dengan harap
Orang tua itu tersenyum tipis, "Namaku Master Yun. Aku datang bukan kebetulan. Kau membawa batu dengan energi langka batu pusaka keluargamu yang memiliki hubungan dengan dunia langit."
Master Yun berdiri di samping Li Chen dan mulai mengajarinya teknik napas dasar untuk mengalirkan Qi. "Kultivasi adalah jalan panjang. Tenanglah, jangan buru-buru. Perasaan adalah kunci, bukan sekadar kekuatan."
Sementara itu, bayangan gelap dari Sekte Hitam terus mengejar, dan waktu Li Chen untuk bertumbuh semakin sempit
Ujian Pertama dan Percikan Kekuatan
Beberapa hari berlalu sejak Master Yun datang. Li Chen berlatih tekun setiap pagi dan malam, mengikuti arahan guru tentang cara mengalirkan Qi melalui pernapasan dan konsentrasi. Tapi hatinya terus dihantui oleh bayangan ancaman Sekte Hitam yang tak kunjung reda
Suatu sore, saat Li Chen tengah latihan di hutan terpencil, suara desir angin berubah menjadi seruan waspada. Dari balik pepohonan, empat sosok berbalut jubah hitam muncul dengan wajah tertutupi topeng, mata mereka menyala tajam bagaikan pemburu
"Li Chen, batu pusaka itu harus kami ambil! Jangan berontak," suara salah seorang dari mereka dingin dan penuh perintah
Li Chen menatap mereka dengan mata membara. Ini adalah saatnya untuk membuktikan apa yang telah ia pelajari. Mengumpulkan Qi dalam dadanya, ia memusatkan napas, lalu melayangkan satu pukulan yang diiringi semburan energi bergelombang ke arah musuh
Pukulan itu hanya membuat salah satu dari antek tersebut mundur, tak menyangka kekuatan Li Chen sudah menyentuh tahap awal Qi Muda. Tapi musuh segera menyerang bertubi-tubi
Master Yun yang berdiri di kejauhan segera bergerak, mengangkat tangan mengeluarkan aura pelindung untuk menahan serangan. "Li Chen, fokus dan gunakan teknik yang sudah kuberikan!"
Dengan bantuan Master Yun, Li Chen berhasil menghindar dan melancarkan serangan balasan, menunjukkan pertumbuhan besar dalam waktu singkat
Namun pertarungan ini hanyalah ujian awal dari bahaya yang lebih besar menanti. Langit tidak pernah ramah bagi yang berani menjejak jejak abadi