Ficool

Chapter 91 - Chapter 91 – The Roar of Defiance

Chapter 91 – The Roar of Defiance

Tanah di bawah area medan perang yang berada dekat Danau Langit Bening tiba-tiba berguncang hebat. Burung-burung beterbangan panik, meninggalkan pepohonan yang ikut bergetar. Permukaan air danau beriak keras, seakan ada sesuatu yang bergerak dari kedalaman.

Orang-orang yang sedang bertarung sontak terkejut. Mereka menghentikan gerakan dan pertempuran, menatap sekitar dengan waspada karena perubahan mendadak ini.

"Ada apa ini?!" seru seorang murid dengan wajah pucat.

"Aku... aku merasakan sesuatu yang tidak beres!" ucap murid dari Sekte Kabut Awan dengan suara bergetar, bulu kuduknya merinding.

Han Do dan Zhuo Fan, yang tadi sedang bertarung sengit, juga berhenti. Mereka menoleh ke arah riak dan getaran tanah, wajah keduanya berubah serius.

"Apa yang terjadi?!" gumam Han Do, wajahnya tiba-tiba pucat pasi.

"Jangan-jangan... itu adalah..." suara Zhuo Fan tertahan di tenggorokannya. Ekspresinya menunjukkan keterkejutan yang sulit disembunyikan, seakan ia mengenali tanda-tanda dari sosok yang akan muncul.

Di kejauhan, bukit yang menjadi tempat persembunyian Lawzi Zienxi pun ikut berguncang. Hutan-hutan bergoyang, dedaunan berguguran, seakan alam sendiri resah menghadapi sesuatu yang akan keluar.

"Perubahan mendadak ini... apakah ada sesuatu yang mengerikan yang akan muncul..." gumam Zienxi dengan nada tenang namun penuh kewaspadaan. Matanya menyipit, mengamati dari jauh setiap pergeseran aura di depannya. Meskipun jarak mereka cukup jauh dari pusat riak, tekanan dari perubahan itu masih jelas terasa.

Fluktuasi energi yang muncul membuat semua orang di medan perang diliputi ketakutan. Beberapa wajah memucat, bahkan ada yang kakinya bergetar. Namun, alih-alih mundur, mereka justru menggenggam erat senjata, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Semua pandangan terarah ke arah gunung dekat Danau Langit Bening. Tiba-tiba, dari balik kabut dan bebatuan yang runtuh, sebuah makhluk raksasa terlihat bergerak.

Tubuhnya menjulang tinggi, hampir seukuran gunung itu sendiri. Setiap langkahnya menghantam tanah dengan dentuman yang mengguncang dada, memancarkan aura buas yang menusuk hingga ke tulang.

Makhluk itu membuka mulutnya lebar-lebar dan mengaum keras. Suara auman menggema, membuat telinga berdenging, seakan langit dan bumi pun ikut bergetar. Sayap besarnya membentang lebar, menutupi cahaya bulan. Sisik hitam pekat berkilau menyeramkan, seperti baja hidup yang tak tertembus.

"Ini... ini... naga ini... kenapa bisa muncul di sini?!" suara Ketua Sekte Aliran Kabut Bumi terdengar terbata-bata, wajahnya benar-benar dipenuhi rasa takut.

Semua orang yang melihatnya sama-sama membeku. Naga, binatang buas yang hanya ada dalam catatan sekte, kini berdiri nyata di depan mereka.

"Bagaimana mungkin naga ini bisa berada di sini?!" Ketua Sekte 3 Air Surgawi pun tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Tangan yang biasanya tenang pun bergetar.

Ingatan lama berkelebat di benaknya. Ratusan tahun lalu, makhluk inilah yang membunuh seorang sahabatnya di perang besar dulu. Bahkan para leluhur sekte mereka, yang kekuatannya jauh melampaui generasi sekarang, kewalahan menghadapi makhluk itu.

"Apakah kita... akan melawan makhluk ini?" tanya salah seorang murid dengan suara lirih, seakan takut naga itu mendengar.

"Aku... aku tidak tahu," jawab murid di sebelahnya, wajahnya pucat pasi, matanya tak lepas dari sosok raksasa itu.

Di sisi lain, Lawzi Zienxi menatap dengan ekspresi tetap tenang. Namun jantungnya berdegup kencang. Meskipun wajahnya tanpa perubahan, tubuhnya menyadari ancaman nyata yang kini bangkit di hadapannya.

"Naga ini sangat kuat... meskipun, jika dibandingkan, masih belum sekuat binatang buas yang bertarung waktu itu," gumam Zienxi dengan suara rendah. Pupil matanya mengecil, matanya berkilat seperti pedang yang terhunus.

Di tangan kirinya, Aether Wisp Fox bergetar resah. Bulu-bulunya berdiri, memberikan sinyal berulang kali pada tuannya. Sementara di kepalanya, Breeze Moth mengepakkan sayap panik, seakan ingin melarikan diri dari aura menekan itu.

"Tenanglah..." suara Lawzi Zienxi terdengar pelan namun tegas, penuh keyakinan. "Ini tidak akan berdampak pada kita."

Aether Wisp Fox dan Breeze Moth menatap tuannya. Mendengar suara itu, keduanya perlahan kembali tenang, meskipun sisa kegelisahan masih terasa di gerakan tubuh kecil mereka.

Binatang buas itu masih berdiri tegak di dekat gunung yang menjulang di samping Danau Langit Bening. Matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah para kultivator yang memenuhi medan perang, seolah sedang menimbang siapa yang akan menjadi mangsanya berikutnya.

Tiba-tiba, ia mengaum panjang. Suaranya begitu menggelegar hingga mengguncang langit, membuat dada semua orang bergetar hebat. Dari mulutnya, semburan cahaya hitam keperakan memancar, mantranya dilepaskan dengan kekuatan destruktif yang menakutkan. Semburan itu menghantam ratusan kultivator di garis depan, menelan mereka dalam cahaya mematikan. Dalam sekejap, puluhan murid dari berbagai sekte tewas, tubuh mereka meledak dan terhempas menjadi abu.

Ruji Dei, yang berada di tengah kerumunan sektenya, gemetar hebat. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa satu serangan saja dari makhluk itu mampu melumatkan murid-murid sekuat baja.

"S-sangat kuat... satu serangan saja langsung membunuh mereka!" suaranya pecah, wajahnya pucat pasi.

"Jika kita yang diserang... pasti kita sudah mati!" teriak salah seorang temannya dengan suara serak, tubuhnya gemetar hebat.

Kengerian melanda seluruh medan perang. Para tetua dan ketua sekte yang menyaksikan hal ini pun merasakan ketakutan menyusup ke hati mereka. Namun mereka tahu, jika mereka menyerah pada rasa takut, maka ribuan murid di belakang mereka akan mati sia-sia. Dengan tekad yang dipaksa, mereka harus melawan makhluk itu.

"Kita harus menyerang makhluk itu! Apa pun yang terjadi, kita tidak bisa membiarkannya membantai murid-murid kita!!" teriak Zhuo Fan, Ketua Sekte 3 Air Surgawi, dengan suara lantang yang menggema di medan perang.

"Baik! Kalian semua mundurlah sekarang juga!" salah seorang tetua dari Sekte 3 Air Surgawi segera memerintahkan murid-muridnya untuk mundur ke garis belakang.

Bukan hanya mereka, sekte-sekte lain pun segera melakukan hal yang sama demi menyelamatkan murid mereka.

"Mundurlah kalian semua!!" teriak tetua Sekte Akar Hitam dengan wajah tegang.

"Mundur, murid Sekte Rumput Lima Serat!!" suara Ketua Sekte Rumput Lima Serat bergema dari udara, memberi perintah tegas.

"Kalian semua, mundur!!" teriak Ketua Sekte Kabut Awan.

"Mundur cepat, makhluk ini tidak bisa kalian lawan!!" Ketua Sekte Aliran Kabut Bumi berteriak memerintahkan murid-muird sektenya mundur.

Murid-murid pun segera mundur dengan tergesa, berkumpul dan berlindung di balik kelompok mereka masing-masing. Kini jarak antara para murid dengan makhluk itu sekitar dua ribu kaki, cukup jauh, namun tidak membuat rasa takut sedikit pun berkurang.

Makhluk itu kembali mengaum, suaranya melukai telinga. Kali ini, ia kembali melepaskan mantranya. Energi yang terkumpul di mulutnya melesat dengan kecepatan mengerikan, langsung menuju ke arah kelompok para sekte.

Zhuo Fan menatap aura itu dengan mata menyipit, wajahnya menegang. Ia bisa merasakan kekuatan yang hampir menembus akal sehat.

"Cepat bentuk formasi! Lindungi semua orang!!" teriaknya dengan suara parau penuh tekanan.

Para tetua dari Sekte 3 Air Surgawi segera bergerak ke posisi masing-masing. Dalam sekejap, mereka membentuk formasi pelindung khas sekte itu, sebuah pertahanan yang dikenal sangat kuat.

"Formasi Samudra Surgawi Tiga Lapisan!!" teriak mereka bersamaan.

Sekejap kemudian, tiga lapisan air spiritual muncul, bergulung seperti ombak samudra yang melindungi sekte itu dari segala arah.

Namun bukan hanya mereka yang bergerak. Sekte-sekte lain pun juga mengaktifkan formasi pelindung mereka.

"Formasi Batu Kabut Abadi!!" seru tetua dan ketua Sekte Aliran Kabut Bumi.

Dinding kabut tebal bercampur dengan aura bumi muncul, menciptakan pertahanan berlapis seakan tiada ujungnya.

"Formasi Tirai Awan Langit!" teriak tetua Sekte Kabut Awan. Tirai putih awan yang tebal menyelimuti mereka, membentuk benteng pertahanan yang tampak lembut, namun kokoh.

"Formasi Perisai Hijau Lima Serat!" pekik Sekte Rumput Lima Serat. Lima helai energi hijau membentuk penghalang berbentuk dinding, berlapis-lapis seperti anyaman tanaman raksasa.

"Formasi Duri Akar Hitam!" suara berat para tetua Sekte Akar Hitam menggema. Akar-akar hitam raksasa muncul dari tanah, membelit dan menebar duri keras, menjadi penghalang yang ganas.

Seluruh sekte kini berada di dalam formasi pelindung masing-masing. Sesaat kemudian, semburan serangan makhluk itu menghantam formasi-formasi tersebut, dan energi spiritual yang dihasilkan menimbulkan suara bergema seperti petir yang menggelegar.

Tekanan dari serangan itu begitu kuat, terus menekan formasi hingga dinding-dinding spiritual bergetar keras. Para ketua sekte dan tetua yang menopang formasi itu pun mulai batuk darah. Meski demikian, mereka tidak mundur, memaksa diri menahan serangan dengan sekuat tenaga.

"Sangat... kuat! Serangan macam apa ini?!" gumam salah seorang tetua Sekte Kabut Awan, wajahnya penuh ngeri.

"Ini... ini seperti serangan dari kultivator Heavenly Pulse Synchronization!!" suara Zhuo Fan terdengar parau. Wajahnya pucat, keringat bercucuran, namun tatapannya tetap fokus.

Lawzi Zienxi yang sejak tadi memperhatikan dari kejauhan, menghela napas tipis. Suaranya tenang, tapi matanya menatap tajam ke arah naga itu. "Bahkan semua sekte besar pun kewalahan menahan serangan makhluk itu..." katanya lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri.

Di medan perang, para murid yang tersisa juga berusaha membantu dengan sisa energi spiritual mereka. Wajah mereka pucat, tubuh gemetar, namun mereka tetap mengalirkan kekuatan demi memperkuat formasi sekte masing-masing.

Mereka bertekad untuk bertahan hidup, bertekad untuk terus berkultivasi dan memperkuat diri demi masa depan.

"Satukan seluruh kekuatan kalian!" seruan itu bergema, seolah mengguncang hati setiap orang yang mendengarnya.

Namun tiba-tiba... keretakan pun terdengar...

More Chapters