Ficool

Chapter 76 - Chapter 76 – The Name of Zienxi

“Apakah dari kalian ada yang punya pemahaman tentang Dao? Katakanlah, meskipun sedikit… mungkin itu sangat membantu,” lanjutnya lembut.

Sejenak semua diam. Lalu seorang pria paruh baya berdiri. Jubahnya sederhana, wajahnya menunjukkan pengalaman hidup yang tidak ringan.

“Bagi saya, Dao adalah perjuangan. Ketika saya kehilangan putra saya karena keserakahan klan tetangga, saya bertanya-tanya… apa gunanya kekuatan? Tapi dalam pencarian, saya sadar, Dao adalah arah yang menuntun saya untuk tidak membalas dengan kebencian. Dao adalah cahaya yang membuat saya tetap waras. Dao bukan hanya tentang mengalahkan musuh, tapi mengalahkan diri sendiri,” ucap pria itu dengan suara serak namun menyentuh.

Beberapa kultivator mengangguk, terdiam dalam simpati.

Kemudian seorang wanita muda, tampaknya murid baru, berdiri dengan gugup. “Saya belum terlalu memahami Dao… tapi saya merasa Dao seperti suara lembut yang membimbing saya setiap kali saya bimbang. Entah mengapa… saat saya bermeditasi, saya merasa seperti menyentuh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Itu… mungkin Dao saya.”

Suara-suara lain mulai terdengar, satu demi satu, saling menyahut. Para kultivator yang awalnya ragu mulai membuka suara. Mereka membagikan potongan-potongan pemahaman, ada yang dalam, ada yang sederhana, namun semuanya menunjukkan pencarian yang jujur. Aula dipenuhi getaran halus dari keinginan memahami. Dari ketulusan.

Namun di antara semua itu, ada satu sosok yang tidak bergerak, tetap tenang seperti gunung. Zienxi duduk dalam diam. Matanya kosong namun dalam, seolah pikirannya melintasi dimensi lain.

Weyu Suyi menoleh kembali, dan tatapannya jatuh pada Zienxi. Ia bisa merasakan sesuatu dari lelaki itu. Sesuatu yang dalam dan tersembunyi. Ia mengangkat suara, pelan namun menggema.

“Rekan kultivator di sana, apakah kau mau membagikan pemahaman tentang Dao?” tanyanya dengan senyum tipis.

Semua mata seketika tertuju ke sisi barat aula. Ke arah sosok muda yang duduk diam itu. Para Ketua dan Tetua sekte ikut menoleh, bahkan beberapa senior Sekte Kabut Tengah memperhatikan dengan ekspresi penuh harap dan waspada. Siapakah pemuda ini, yang mampu menarik perhatian Weyu Suyi?

Zienxi tetap tenang. Ekspresinya tidak berubah, tidak bergeming dari semua tatapan yang menghujani dirinya. Vuyei yang duduk di sampingnya tiba-tiba merasakan hawa dingin di tengkuknya. Bukan karena takut, tapi karena ia tahu… sesuatu akan terjadi. Ia menggenggam tangan kakaknya erat.

Dan dalam keheningan itu… semua menunggu.

Suasana aula yang semula dipenuhi oleh suara dan diskusi perlahan berubah menjadi sunyi yang mencengkeram. Udara terasa lebih berat, seolah waktu sendiri enggan bergerak. Beberapa kultivator mulai berbisik dengan nada penasaran, melirik ke arah seorang pemuda berjubah hitam yang duduk diam seperti batu tak bernyawa.

"Apa kau melihatnya?" bisik seorang kultivator muda kepada temannya. "Dia... tidak berkedip sama sekali sejak tadi."

"Tenang sekali, seolah dunia ini tak berarti baginya..." jawab yang lain, suara mereka hampir tidak terdengar.

Tatapan mereka terpusat pada satu sosok, Zienxi.

Dia tetap diam, matanya tajam menyapu sekeliling tanpa hasrat. Tapi suasana tidak membiarkannya terus bersembunyi. Ketegangan terus meningkat, dan pada akhirnya, seolah mendengar panggilan tak bersuara dari alam, Zienxi perlahan berdiri.

Jubah hitamnya berkibar pelan, mengikuti gerak tubuhnya yang ramping. Rambut panjangnya jatuh ke bawah melewati bahu. Ia lalu menatap ke depan dengan sorot mata sedingin musim dingin yang membeku.

"Apakah rekan kultivator Weyu sungguh ingin mendengarkan?" ucap Zienxi dengan suara datar namun tajam seperti pisau yang menggores jiwa.

Seketika semua mata tertuju padanya. Aula menjadi sunyi untuk sesaat, lalu Weyu Suyi wanita muda dengan aura keanggunan dari Sekte Xejin mengangguk pelan.

"Benar, rekan kultivator. Sebelum itu, bolehkah aku tahu siapa namamu?" tanyanya lembut.

"Zienxi," jawabnya singkat.

"Rekan kultivator Zienxi, bolehkah kau berbagi pemahaman tentang Dao?" tanyanya lagi, kali ini dengan tatapan penuh rasa hormat.

"Baiklah, jika itu yang diinginkan rekan kultivator Weyu," ucap Zienxi, masih tanpa ekspresi.

Dia membungkuk pelan ke arah para tetua dan Ketua Sekte Kabut Tengah. Ketua sekte, yang telah memperhatikan Zienxi sejak awal, memberi anggukan tenang. Zienxi melangkah ke depan. Hening. Hanya suara langkahnya yang bergema lembut di antara keheningan itu.

Lalu ia mulai berbicara.

“Dao… bukan sekadar jalan, bukan sekadar kekuatan yang digunakan untuk menyerang atau bertahan. Dao adalah denyut alam semesta. Ia adalah asal dan akhir. Ia lahir dari kekosongan dan mengisi segala sesuatu tanpa memiliki bentuk. Kita menyebutnya Dao karena kita tak bisa memberinya nama lain.

Dao adalah hujan yang jatuh tanpa keinginan, api yang membakar tanpa dendam, angin yang bertiup tanpa arah, dan bumi yang diam namun menopang segalanya.

Dao bukan milik para Dewa, bukan juga milik para kultivator. Kita hanya menapakinya. Dan dalam setiap langkah kita, Dao berubah karena Dao bukan satu garis lurus, melainkan cabang tak terbatas yang menyesuaikan dengan hati, pikiran, dan kehendak kita.

Beberapa mengejarnya demi kekuatan. Beberapa demi kekekalan. Tapi aku percaya bahwa Dao sejati hanya akan tampak saat kita berhenti mengejar, dan mulai menyatu dengan apa yang ada di hadapan kita.

Dao bukan sesuatu yang dimengerti. Ia dirasakan, dihidupi. Ia menetes dari senyapnya embun pagi, dari nyala mata seorang anak yang tersenyum, dari rasa sakit yang mengoyak dan dari ketenangan yang menenangkan jiwa.

Dalam diri kita ada Dao, dan Dao yang sejati akan memantul dari jiwa yang jujur bukan dari teknik, bukan dari kekuatan, melainkan dari pemahaman dan ketulusan.”

Zienxi terdiam sesaat. Suaranya tetap tenang, namun menembus ke dalam hati mereka yang mendengar. Setiap kata membekas, menekan sesuatu yang tak mereka sadari ada dalam diri mereka. Aula masih senyap, bahkan bisikan pun tak terdengar.

Ia melanjutkan:

“Karena itu, jangan tanya bagaimana menaklukkan Dao. Dao tidak bisa ditaklukkan. Jangan pula tanya bagaimana mempercepat pemahaman Dao. Dao tidak bisa dikejar.

Ia akan mendatangimu... saat kau siap.”

Zienxi menutup kedua tangannya, lalu membungkuk perlahan. Langkahnya kembali ke tempat duduk di sisi Vuyei, yang masih terdiam dengan mata membulat.

Weyu Suyi, yang wajahnya semula tenang, kini menatap Zienxi dengan keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan.

"Penjelasan Dao dari rekan kultivator Zienxi sangat mendalam… aku mengagumi mu," ucapnya dengan suara pelan, tulus, dan mata yang bersinar.

"Hanya penjelasan biasa. Tidak perlu memuji," jawab Zienxi tanpa emosi, lalu duduk kembali.

Vuyei yang duduk di sampingnya menatap kakaknya dengan mata berbinar. Dalam diamnya, ia bergumam dalam hati, "Kakakku… apa sebenarnya yang kau pikirkan selama ini? Sejak kapan pemahamanmu sedalam ini?..."

Ketua dan para tetua Sekte Kabut Tengah saling bertukar pandang. Ada yang menunduk dalam diam, ada yang mengangguk-angguk perlahan. Mereka tahu… mereka baru saja menyaksikan benih dari sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

Aula pun mulai dipenuhi oleh bisikan. Para kultivator dari sekte-sekte lain berbicara pelan, membicarakan isi penjelasan, ekspresi tak berubah dari Zienxi, dan aura misterius yang kini semakin menguar kuat dari dirinya.

Malam belum turun, tapi keheningan itu akan terus membekas dalam jiwa semua yang hadir hari itu.

Suasana di aula masih dipenuhi bisikan yang lembut namun penuh keheranan. Kata-kata Zienxi yang begitu mendalam mengenai Dao terus bergema di benak setiap kultivator yang hadir. Mereka yang hadir seakan tak percaya bahwa seorang pemuda dengan ekspresi begitu tenang bisa mengungkapkan pemahaman yang begitu dalam tentang Dao. Mereka terkejut, bukan hanya oleh kedalaman pengetahuan Zienxi, tetapi juga oleh ketenangan dan keteguhan hatinya. Bahkan ekspresi wajahnya yang tidak berubah sama sekali menambah kesan misterius pada dirinya.

"Aku belum pernah mendengar penjelasan seperti itu sebelumnya..." bisik seorang kultivator wanita kepada temannya.

"Benar! Bahkan para tetua pun sepertinya terkesan," jawab temannya, tidak bisa menyembunyikan kekaguman di matanya.

"Dia... dia tidak terpengaruh oleh apa pun. Tidak ada ekspresi kebanggaan, tidak ada kegembiraan. Hanya ketenangan. Seolah Dao telah meresap ke dalam dirinya," ujar seorang senior lainnya, masih terkesima oleh penjelasan Zienxi.

Di sisi lain aula, Weyu Suyi kembali duduk, matanya terfokus pada Zienxi. Meskipun dia tampak tenang dan tidak mengubah ekspresinya, ada semacam aura misterius yang mengelilinginya. Weyu memandangi Zienxi dengan kagum, mencoba memahami apa yang baru saja dia saksikan. "Keterampilan berbicara yang luar biasa. Pemahaman tentang Dao yang jauh melampaui usianya. Dia bukan sembarang kultivator..." pikirnya dalam hati. Ia tidak bisa menahan rasa kagumnya terhadap pria muda ini.

Wanita sebelumnya yang mengenakan pakaian berwarna putih panjang juga menatap Zienxi. Pandangannya sedikit lebih tajam, mencoba menangkap lebih banyak tentang pria ini. "Ada sesuatu yang sangat kuat dalam dirinya... Mengapa ekspresinya tetap seperti batu meskipun seluruh aula terkesima?" pikirnya, lalu menyentuh bibirnya pelan dengan jari, menahan rasa penasaran yang terus tumbuh.

Akhirnya, Ketua Sekte Kabut Tengah yang terdiam sejak tadi berdiri dan menatap Zienxi dengan perhatian. Suasana di aula menjadi hening kembali.

"Sungguh penjelasan yang luar biasa. Junior Zienxi, dari sekte manakah kau berasal?" tanya Ketua Sekte dengan suara dalam namun penuh rasa hormat.

Zienxi berdiri dengan tenang, menatap Ketua Sekte dengan tatapan yang sama sekali tidak berubah.

"Junior tidak berasal dari sekte manapun. Aku datang kemari hanya untuk mendapatkan pemahaman," jawab Zienxi dengan suara yang tenang, seperti angin yang mengalir lembut.

More Chapters