Ficool

Chapter 8 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 8: Saat Aku Tidak Lagi Menunggu Kamu Bertanya 'Kenapa Kamu Diam?'

Kalya duduk di meja makan, sendirian, lagi.

Di depannya, sarapan yang tak disentuh. Teh yang sudah dingin. Dan tempat duduk di seberangnya yang tetap kosong.

Biasanya, dulu, setiap kali Kalya terdiam terlalu lama, Arvin akan menatapnya dan bertanya,

"Kenapa kamu diam?"Lalu menyusul dengan,"Ada yang salah?"

Tapi hari-hari itu telah lama lewat.

Sekarang, keheningan mereka bukan lagi sesuatu yang diperhatikan. Ia menjadi bagian dari rutinitas, seperti suara mesin kulkas atau detik jam dinding yang tak lagi dihiraukan.

Sore harinya, Kalya menjemput dirinya sendiri ke tempat yang dulu paling ia hindari: ruang konseling pernikahan.

Bukan untuk menyelamatkan pernikahan. Tapi untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Ia duduk di sofa ruang tunggu dengan tangan menggenggam erat kertas pendaftaran. Di seberangnya, pasangan-pasangan lain duduk berdua. Kalya sendiri.

Saat namanya dipanggil, ia berdiri pelan dan masuk ke ruangan.

"Selamat sore, Kalya. Apa yang bisa saya bantu hari ini?"

Kalya menatap psikiater itu. Lalu berkata lirih,

"Saya tidak tahu kapan terakhir kali suami saya benar-benar mendengar suara saya."

"Tapi yang lebih menyakitkan... saya tidak lagi menunggu dia bertanya."

Malam itu, Kalya pulang lebih larut. Arvin sudah di rumah. Duduk di sofa, menatap layar ponsel, seperti biasa.

"Kamu dari mana?" tanyanya, sekilas, tanpa menoleh.

Kalya menjawab tenang, "Dari tempat aku menyelamatkan diriku."

Arvin menoleh, bingung. "Maksudnya?"

Kalya tak menjawab. Ia hanya masuk ke kamar, meletakkan tas, lalu berdiri di depan cermin. Menatap pantulan dirinya sendiri.

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia melihat seorang wanita yang mulai... kembali hidup.

Bukan karena seseorang datang menyelamatkannya.Tapi karena ia berhenti berharap orang lain mendengarnya—dan mulai memilih untuk berbicara... kepada dirinya sendiri.

More Chapters