Ficool

Chapter 7 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 7: Kenangan yang Menyakitkan Tapi Tak Mau Pergi

Kalya berdiri di depan lemari. Di tangannya, sebuah kotak kecil berisi kenangan—surat ulang tahun pertama dari Arvin, tiket konser pertama mereka, hingga foto-foto polaroid yang dulu ditempel di dinding kamar.

Sekarang, semuanya sudah disimpan rapi. Terlalu rapi.

Karena sejak kehangatan itu menghilang, semua yang dulu terasa hangat kini hanya menjadi bukti... bahwa sesuatu pernah begitu indah, tapi tak bisa dipertahankan.

Kalya membuka salah satu surat dari Arvin, bertahun lalu.

"Kalya, kalau suatu hari aku berubah, tolong ingatkan aku siapa kita. Tolong lawan aku kalau aku mulai lupa cara mencintaimu."

Tangannya bergetar. Ia ingin tertawa. Atau menangis. Tapi tak ada air mata.

"Kamu dulu memintaku untuk mengingatkanmu… tapi bahkan ketika aku diam di depanmu, kamu tidak melihatku lagi."

Hari itu, Kalya kembali ke kafe tempat ia sering menulis. Ia membawa laptop, tapi tidak membuka file naskah. Ia hanya duduk diam, memandang jendela, sambil menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin.

Seorang wanita tua di meja sebelah menatapnya sambil tersenyum.

"Kamu kelihatan kosong, Nak," ucapnya pelan.

Kalya menoleh, kaget. Lalu tersenyum tipis. "Saya cuma lagi... bingung."

"Bingung soal cinta?"

Kalya mengangguk.

"Cinta yang lama, ya?" tanya wanita itu lagi.

Kalya menahan napas. "Iya. Yang sudah tidak terasa seperti cinta lagi... tapi belum juga berakhir."

Wanita tua itu mengangguk penuh pemahaman. "Yang paling menyakitkan itu bukan kehilangan. Tapi saat kamu masih bersama... tapi merasa sendirian."

Kalya tak menjawab. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kadang kita bertahan bukan karena cinta itu masih ada," lanjut si wanita. "Tapi karena kita belum siap menghadapi kenyataan bahwa cinta itu sudah tidak ada."

Malam itu, Kalya membuka kembali kotak kenangan itu. Tapi kali ini, ia tidak hanya melihat.

Ia mulai memilah.

Beberapa kenangan ia simpan. Beberapa lainnya ia buang—bukan karena tak berharga, tapi karena terlalu menyakitkan untuk terus dipeluk.

Dan saat ia duduk di tepi ranjang, sendirian, ia sadar...

Cinta itu masih tinggal. Tapi hanya dalam bentuk kenangan. Dan kenangan yang terus dipeluk tanpa perubahan... hanya akan menjadi luka yang menyamar sebagai nostalgia.

More Chapters