Ficool

Chapter 13 - Kuil Waktu dan Cermin Realitas

Nullspan sunyi. Tapi langkah Lied dan Terra menggema seakan waktu sendiri merekam jejak mereka.

Di hadapan mereka, bangunan raksasa dari materi tak terklasifikasi menjulang tinggi. Bukan dari logam, bukan batu, bukan cahaya. Tapi sesuatu yang terasa… berpikir.

Kuil Waktu.

Tempat terakhir penyulam kosmik "berbicara."

> "Apa kamu merasa... seperti sedang diawasi oleh kenangan?" tanya Lied.

> "Ya," jawab Terra. "Tapi bukan kenangan milik kita."

---

Langkah ke Dalam yang Membelah Wujud

Begitu mereka melangkah ke dalam, gravitasi lenyap.

Waktu tidak berjalan maju.

Langkah Lied justru menggandakan dirinya sendiri. Ia bisa melihat versi lain dari dirinya berjalan ke arah sebaliknya. Ada yang tersenyum, ada yang penuh luka, ada yang... kehilangan tubuhnya dan hanya tinggal cahaya.

> "Ini..."

"Bukan tempat untuk menjawab. Ini tempat untuk mencerminkan."

Terra tak bisa mengikuti Lied lebih dalam. Tubuh fisiknya terhenti di batas ruangan utama. Namun koneksi kesadarannya tetap menyatu.

Di pusat kuil, Lied melihat sebuah pilar bercahaya lembut—cahaya biru yang sama dengan yang selalu ia cari. Tapi saat disentuh, pilar itu berbicara bukan lewat suara… tapi lewat rasa.

---

Dialog Tanpa Kata

> "Kau bertanya siapa dirimu?"

> "Kau adalah benih dari keputusan-keputusan yang belum kau ambil."

> "Voidspawn, Terra, penyulam, bahkan cahaya biru—semua adalah bayang-bayang dari kehendak yang belum terwujud."

Lied merasakan seluruh kehidupannya tergulung ulang. Ia melihat momen ketika ia memilih menjadi penjelajah, saat ia pertama kali memanggil Terra, saat ia menolak tawaran Ignis Ordo. Tapi lebih dari itu…

Ia melihat jalan-jalan yang tak pernah ia pilih.

Ia melihat dirinya… sebagai Voidspawn.

Sebagai Alt Weiss.

Sebagai entitas yang menghancurkan bintang.

Sebagai seseorang yang menolak memanggil Terra dan mati di planet asalnya.

> "Setiap keputusan menyusun bentukmu. Tapi bentuk sejati hanya muncul saat kehendakmu tak lagi takut kepada akibat."

---

Pencerahan & Pecahnya Realitas

Cahaya dari pilar mengalir ke dalam tubuh Lied.

Tidak menyakitkan. Tapi mengungkap.

Matanya berubah: mampu melihat 'lapisan makna' di balik realitas—ia dapat membaca niat makhluk, bayangan masa depan, retakan dalam struktur ruang. Kemampuan metafisik yang bukan hanya 'kekuatan', tapi konsekuensi dari kesadaran yang berkembang.

Terra segera menyadari:

> "Kesadaranmu tidak lagi beroperasi di satu titik waktu. Kau sedang menyentuh dimensi pengarah."

Namun bersamaan dengan itu, kuil mulai berguncang. Pilar bergetar, dan dari sisi ruang, muncul makhluk besar transparan—entitas penjaga waktu, bukan untuk melawan… tapi menguji.

---

Ujian Tanpa Pertempuran

> "Jika kehendakmu ingin menenun ulang realitas, maka kau harus bisa melihat bentukmu... tanpa lari."

Makhluk itu berubah—menjadi Lied. Tapi versi terdalam dari ketakutannya.

Lied harus menatap wajahnya sendiri, yang tak pernah berhasil menyelamatkan siapapun. Yang menyerah. Yang memilih menghancurkan Terra demi keselamatan dirinya sendiri.

Pertarungan tidak terjadi secara fisik, tapi dalam konflik identitas—dan hanya saat Lied mengakui bahwa semua versi dirinya adalah bagian dari perjalanan, entitas itu menghilang.

---

Kembali dengan Mata Baru

Lied kembali ke hadapan Terra, tubuhnya sama, tapi matanya bercahaya biru samar, dan suara langkahnya menggema seperti dua realitas yang menyatu.

> "Kau berubah," kata Terra.

> "Aku... tidak tahu apa aku masih disebut manusia. Tapi aku tahu satu hal: kita tidak hanya mencari penyelamatan."

"Kita akan menenun ulang jalan semesta."

---

Dalam diam, Nullspan mengukir satu simbol baru di udara: simbol kehendak.

Dan di kejauhan, sensor Terra mendeteksi pergerakan Voidspawn skala besar… tapi tidak seperti sebelumnya.

Mereka kini terarah. Seolah mengikuti sinyal dari tempat yang sama: cahaya biru.

More Chapters