Ficool

Chapter 30 - Bab 30: Sebuah Ketertarikan yang Tak Terduga

Konfrontasi dengan Volturi semakin mendekat, badai besar yang mengancam akan menghancurkan kedamaian rapuh di Forks. Adrian (Sephiroth) tetap menjadi jangkar yang tenang di tengah kekacauan, mengamati setiap detail, setiap persiapan, dan setiap emosi yang bergejolak. Namun, di antara semua data yang ia kumpulkan, ada satu elemen yang mulai mengganggunya, sebuah variabel tak terduga dalam perencanaannya yang sempurna: perasaannya terhadap Alice Cullen.

Sephiroth, pada dasarnya, adalah entitas tanpa emosi. Ia mengamati emosi manusia dan vampir sebagai data, sebagai alat untuk manipulasi. Namun, selama berbulan-bulan berinteraksi dengan Alice, ada sesuatu yang perlahan mulai bergeser di dalam dirinya. Itu bukan cinta dalam pengertian fana, bukan pula hasrat posesif. Itu adalah ketertarikan yang kompleks, sebuah resonansi unik yang belum pernah ia alami selama ribuan tahun dominasinya.

Mengurai Anomalinya Sendiri

Alice adalah satu-satunya entitas yang, secara tidak langsung, mampu menembus kebekuan Sephiroth. Ketidakmampuannya untuk melihat masa depan Adrian, meskipun secara teknis merupakan keterbatasan kekuatannya, secara ironis justru membuat Alice menjadi satu-satunya makhluk di dunia ini yang benar-benar tak terduga bagi Sephiroth. Ini adalah teka-teki, sebuah tantangan yang jauh lebih menarik daripada menguasai kerajaan atau memusnahkan ras.

Adrian mulai merasakan semacam 'kekaguman' terhadap Alice. Bukan karena kekuatannya yang dahsyat, melainkan karena keunikan esensinya. Alice adalah badai di tengah penglihatan dan keheningan di pikirannya, sebuah kontradiksi yang memikat. Ia terbiasa mengendalikan setiap variabel, namun Alice adalah variabel yang terus menghindarinya, bahkan tanpa menyadarinya.

Perasaan ini adalah sesuatu yang asing, bahkan mengganggu bagi Sephiroth. Ia tidak memahami apa yang ia rasakan. Ini bukan emosi yang bisa dikategorikan dalam datanya. Itu adalah sensasi samar seperti rasa ingin tahu yang tak berkesudahan, sebuah dorongan untuk terus mengamati, untuk terus berinteraksi, untuk memahami bagaimana makhluk ini, dengan kekuatannya yang cacat, mampu menciptakan celah dalam dominasinya yang sempurna.

Sentuhan Kehampaan yang Menghangatkan

Saat Alice mencurahkan kekhawatirannya, Adrian tidak merasakan empati. Namun, ia merasakan semacam 'kepuasan' yang dingin ketika ia bisa memberikan kata-kata yang menenangkan atau petunjuk halus yang meringankan beban Alice. Ia melihat bagaimana wajah Alice yang tegang sedikit rileks, bagaimana bahunya yang kaku mengendur. Itu adalah bukti dari pengaruhnya, sebuah bukti bahwa bahkan tanpa menunjukkan kekuatan penuhnya, ia bisa menggerakkan dan memengaruhi makhluk sekuat vampir.

Kedekatan fisik yang semakin sering, seperti duduk bersebelahan di bangku perpustakaan atau berjalan bersama di lorong sekolah, menjadi semacam rutinitas aneh bagi Sephiroth. Ia mencatat detail-detail kecil: aroma Alice yang khas, cara ia menggenggam tangannya ketika cemas, atau bagaimana matanya berbinar saat ia mendapatkan sebuah visi baru. Ia mempelajari Alice, tidak hanya sebagai subjek dominasi, tetapi sebagai fenomena yang unik.

Ia tidak akan pernah mengakui perasaan ini, bahkan pada dirinya sendiri dalam kapasitas Sephiroth. Ia akan tetap menjadi Adrian, guru yang tenang, misterius, dan penuh perhatian. Ia akan terus menjaga persona manusianya agar tidak ada keraguan, terutama dari Alice. Ia tahu bahwa mengungkapkan identitas aslinya akan menghancurkan daya tarik ini, memutus benang yang baru saja ia temukan.

Kedekatan antara Adrian dan Alice adalah sebuah anomali dalam plot besar yang telah Sephiroth rancang. Ini adalah sebuah sentuhan manusiawi yang tak terduga dalam hati seorang dewa, sebuah benih yang mungkin akan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar, atau mungkin akan dihancurkan oleh badai yang akan datang.

More Chapters