Bab 7: Gerbang yang Terbuka
Kilatan cahaya hijau meledak dari pusat taman. Batu spiral di tengah kota Sapura berdenyut bagaikan jantung raksasa, dan retakan-retakan dimensi mulai terbuka membentuk sebuah lingkaran hitam di langit.
Warga yang masih sadar mulai berlarian, namun terhenti di tengah jalan—terhisap diam-diam oleh sesuatu yang tak terlihat.Arvan berdiri di depan patung spiral dengan tubuh gemetar. Bayangannya telah menghilang. Udara di sekitarnya menipis. Waktu habis.
Liria berteriak dari kejauhan, "Arvan! Tinggalkan tempat itu! Sekarang!"
Tapi Arvan tahu… hanya Pemanggil yang bisa menutup spiral.
Dan lalu, suara dari dalam batu itu kembali menggema di pikirannya—lebih kuat, lebih hidup, seperti entitas yang sedang bangkit:
"Jika kau masuk, gerbang tertutup. Tapi jiwamu… milik kami."
"Jika kau mundur, kota ini lenyap. Dan spiral berikutnya akan terbuka."
Arvan menarik napas panjang, menatap langit hitam di atasnya, dan… melangkah masuk ke dalam spiral.
Dalam sekejap, tubuhnya terseret ke dalam ruang yang tak memiliki arah, warna, atau batas.Sebuah dunia di antara dunia.
Ia melayang, melihat bayangan dirinya yang lain—versi-versi dari masa depan yang belum terjadi. Di satu versi, ia mati dalam gua. Di versi lain, ia menjadi makhluk bayangan. Dan di satu versi... ia kembali. Tapi berbeda.
"Di mana ini?" bisiknya.
Lalu, dari kejauhan, muncul sosok makhluk berjubah akar. Bukan seperti makhluk bayangan sebelumnya. Ini lebih... bijak.
Wajahnya berubah-ubah, dari tua ke muda, dari manusia ke binatang, dari cahaya ke kabut.
"Kau telah melintasi. Kau adalah penjaga, dan penjaga sejati harus kehilangan dunia agar bisa melindunginya."
Arvan nyaris pingsan, namun ia melihat sesuatu yang aneh: titik cahaya jauh di kejauhan. Seperti celah… atau pintu keluar?
Ia meraih batu spiral di dadanya, menggenggamnya erat.
"Saya tidak akan memilih salah satu. Saya akan membawa semuanya kembali!"
Tiba-tiba batu spiral menyala terang, dan suara dari entitas berubah:
"Kau melawan takdir."
"Aku membentuknya!"
Ledakan cahaya terjadi. Langit hitam terbelah. Dan…
Di dunia nyata...
Langit Sapura cerah kembali.
Warga yang sebelumnya tak sadarkan diri mulai bangun. Tanah kembali stabil. Spiral batu di taman hancur menjadi debu.
Liria berdiri di tengah taman kosong, napas terengah.
"Arvan?" panggilnya.
Tak ada jawaban.
Ia memandang ke tempat spiral tadi berada.
Dan di sana...
tumbuh tunas kecil berwarna hijau terang, bersinar lembut.