Ficool

Chapter 18 - Tangan yang Mengubah Arah

Hari itu, suasana bengkel agak berbeda. Abah datang lebih awal dari biasanya, membawa beberapa buku tebal dan lembaran print-out yang penuh dengan catatan. Rangga yang sedang mengecek oli motor langsung menghampiri.

> "Rangga, sini bentar," kata Abah sambil menepuk bangku panjang di sampingnya.

Rangga duduk, masih dengan tangan yang bau oli. Abah membuka lembaran kertas dan menunjukkan tabel-tabel kecil.

> "Kalau kamu mau buka bengkel sendiri suatu hari nanti, kamu harus ngerti ini," ucap Abah tegas, tapi hangat.

"Ini namanya pencatatan keuangan sederhana. Laba, rugi, dan biaya operasional."

Rangga mengangguk, meski dalam hati sedikit grogi. Selama ini, ia hanya tahu bengkel dari sisi teknis: buka baut, ganti oli, bersihin karburator. Tapi ternyata, membangun usaha lebih luas dari itu.

Hari demi hari, Abah mulai mengenalkan Rangga pada hal-hal baru: cara mencatat pendapatan harian, cara menghitung stok barang, bahkan bagaimana menghadapi pelanggan yang komplain.

> "Usaha itu bukan cuma soal bisa ngerjain," kata Abah sambil menyeruput kopi.

"Tapi soal bagaimana kamu tanggung jawab sama kerjaanmu, sama orang-orangmu, dan sama mimpi yang kamu bangun."

Kata-kata itu masuk ke dalam hati Rangga seperti cahaya di ruangan gelap. Ia mulai mencatat tiap pelanggan yang datang, menghitung pengeluaran, bahkan belajar menawarkan servis tambahan.

Suatu sore, Rangga berdiri di depan cermin bengkel, memperhatikan wajahnya yang mulai berubah. Tak hanya lebih dewasa secara fisik, tapi juga di dalam. Ia tidak lagi anak jalanan yang lari dari kenyataan. Sekarang ia pemuda yang mulai mengejar mimpi dengan kaki yang kuat dan hati yang tenang.

Dan malam itu, ia menuliskan sesuatu di dinding kamarnya dengan spidol hitam besar:

> "MIMPI ITU HARUS DIRAWAT,

KALAU MAU HIDUPMU TUMBUH."

More Chapters