Ficool

Chapter 2 - Tiga Jam Sebelum Pagi

Udara pagi masih pekat, seperti menggenggam sisa-sisa malam yang enggan pergi. Jam di tangan Akbar menunjukkan pukul 05.00. Tiga jam lagi acara besar akan dimulai. Meski matanya berat, langkahnya tetap tegap menyusuri halaman yang sudah setengah sibuk.

Di bawah tenda besar, ia melihat Kak Amel memegang HT, memberi arahan sambil sesekali tertawa kecil. Tiara berdiri tak jauh, mencatat sesuatu di buku kecil, lalu memberi kode pada Mus dan Abi yang sedang memindahkan kursi. Bayu, si pemuda dengan suara lantang, tampak sibuk memastikan sound system menyala.

Namun ada satu pemandangan yang membuat Akbar menahan langkah: para ibu dari kampung sekitar, masih mengenakan daster dan kerudung tipis, sibuk membantu menata meja. Mereka datang sejak pukul 11 malam, katanya. Tanpa diminta, tanpa dibayar, mereka hadir demi satu hal — keberhasilan acara ini.

Fahrul menarik napas. Dadanya hangat. Di balik setiap kerlip lampu tenda dan suara gaduh HT, ada kerja keras yang tidak pernah tampil di panggung.

Ia mendekat ke Kak Amel. "Kak, aku bantu apa dulu?" tanyanya.

Kak Amel menoleh cepat, tersenyum meski jelas lelah. "Wah, kamu datang lebih pagi dari yang lain. Mau bantu angkat kursi, atau cek ke ibu-ibu di dapur?"

Fahrul tersenyum kecil. "Biar aku mulai dari angkat kursi dulu, Kak."

Di saat itulah, ia sadar: pagi ini bukan sekadar soal acara, tapi soal bagaimana manusia saling menopang — bahkan sebelum matahari sempat muncul. Semua sudah sibuk dan mengerjakan tugas mereka masing-masing.

More Chapters