Ficool

Chapter 19 - BAB 19: DI BALIK SENYUMAN SEORANG PEMBURU

Esoknya setelah malam pembantaian....

Langit biru terbentang tanpa awan, dan cahaya matahari menembus kaca-kaca tinggi Akademi, menyinari setiap sudut koridor dengan hangat.

Namun tak ada yang tahu, bahwa lelaki yang sedang duduk santai di meja perpustakaan...

telah menumbangkan dua organisasi kriminal terbesar dunia hanya semalam sebelumnya.

Reivan duduk santai di kursi pojok perpustakaan, mengenakan seragam rapi seperti biasa, dengan satu buku terbuka di hadapannya.

Di seberangnya, duduk seorang gadis berambut cokelat terang dan bermata hijau yang bersinar seperti zamrud: Lyra.

> "Jadi… kamu sering baca novel misteri juga?" tanya Lyra sambil menatap Reivan penasaran.

Reivan mengangguk kecil, tak lepas dari bukunya.

> "Terkadang. Mereka terlalu mudah ditebak, sih."

> "Ck, sok jenius banget."

"Tapi… aku suka gaya kamu waktu baca. Tenang, tapi... misterius."

Lyra bersandar sambil menatapnya, lalu tanpa sadar menggigit ujung pulpennya sendiri.

"Kamu tuh… kayak tokoh utama di novel misteri favoritku."

Reivan hanya tersenyum samar.

> "Mungkin karena aku memang suka jadi misteri."

Dari balik rak buku, dua kepala kecil saling bertubrukan karena terlalu dekat saat mengintip: Chika dan Aveline.

> "Aw! Itu keningku!" bisik Chika kesal.

> "Sshh! Lihat tuh, mereka duduk berdua!

Dan—L-Lyra… dia duduk terlalu dekat!" Aveline menunduk dengan wajah memerah.

> "Ngga terima! Ini giliran kita minggu ini!" bisik Chika geram.

> "Hah?! Sejak kapan kita ada jadwal?!"

---

Kembali ke meja...

> "Reivan…" suara Lyra melunak.

Reivan mengangkat alis sedikit.

> "Hm?"

> "Kalau... aku ngajak kamu makan bareng di luar kampus... di hari libur... kamu mau?"

Sekilas, mata Reivan menatap Lyra.

Lalu ia menyandarkan punggung, menyilangkan tangan.

> "Tergantung menunya."

Lyra tertawa pelan, menutupi pipinya yang mulai bersemu merah.

> "Dasar..."

Dari balik rak buku...

"KYAA!! DIA MAU DIAJAK NGEDATE!!"

Teriakan kecil itu sontak mengundang lirikan pustakawan.

> "Ssst!! Diam, kalian!"

"Maaf bu!" seru Aveline dan Chika bersamaan lalu saling menatap dengan geram.

"Ini semua salahmu!"

"Kamu yang teriak duluan!"

---

Setelah bel pulang berbunyi, Reivan berjalan santai ke arah gerbang. Biasanya, Aveline atau salah satu dari mereka akan mengikutinya. Tapi kali ini…

> "Aku pulang duluan. Ada urusan," ucap Reivan pendek.

Ketiga gadis itu hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh, lalu saling melirik.

> "Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu," kata Aveline.

> "Misterius banget…" bisik Chika.

> "Dan… kenapa aku malah makin suka…" desah Lyra sambil menutupi wajahnya.

---

---

Malam hari, di dunia bawah setelah pembantaian kemarin malam.....

Di dunia bawah, para informan, pemburu bayaran, penyelundup, hingga penguasa pasar gelap tengah berkumpul dengan wajah pucat pasi.

Monitor besar di ruang rapat bawah tanah menampilkan satu gambar:

Lambang burung hantu bermata biru di layar hitam.

Dengan satu tulisan di bawahnya:

"Operasi Berakhir. – Night Hunter."

> "S-Specter Eidolon... dan Black Mantis... semuanya musnah...?"

Suara itu gemetar.

> "Dalam semalam. Dua markas dihancurkan. Hanya menyisakan abu dan... mayat."

"Dan kalian bilang... ini ulah satu orang?"

Tak ada yang menjawab.

Rekaman keamanan terakhir menampilkan sosok pria berjubah hitam, berdiri di tengah kobaran api, dengan topeng hitam setengah wajah…

...dan mata biru yang menyala menembus malam.

> "Ini... pembantaian. Ini bukan operasi. Ini... pembalasan dendam."

Bisik seorang informan senior, tangannya gemetar menggenggam rokok yang belum dinyalakan.

Dunia kriminal bawah tanah gemetar.

Untuk pertama kalinya dalam satu dekade...

Mereka merasa takut.

---

Keesokan harinya – SMA Kurogane

Langit cerah. Seolah tak pernah terjadi apapun malam sebelumnya.

Di gerbang sekolah, Reivan berjalan santai seperti biasa, seragam rapi, wajah tenang, dengan langkah ringan seakan tidak baru saja menumbangkan dua pilar kriminal dunia.

> "Reivaaaaan~!!"

Chika berlari kecil menghampiri dengan semangat.

Aveline menyusul dari belakang, rambut keemasannya diikat setengah.

Tak lama, Lyra datang dengan ekspresi datar tapi mata penuh cahaya, langsung berdiri di sisi Reivan seakan sudah terbiasa.

> "Pagi," sapa Lyra singkat.

> "Pagi," jawab Reivan.

> "Pagi juga buat aku ya!" protes Chika, cemberut.

Aveline hanya tersenyum kecut sambil menghela napas.

> "Aku merasa kayak karakter sampingan di drama ini…"

Suasana mereka makin ramai saat bel masuk berbunyi.

---

Di aula utama SMA Kurogane...

Seorang pengawas berdiri di atas podium dengan pengeras suara.

> "Selamat pagi para siswa. Hari ini, kami umumkan bahwa...

Semester baru akan segera dimulai.

Ini adalah semester kenaikan untuk kalian semua!"

Sorakan kecil terdengar di seisi aula.

> "Namun, bersamaan dengan itu... kami akan mengadakan Penilaian Kelas Khusus dalam dua minggu ke depan.

Penilaian ini akan menentukan peringkat siswa dalam skala nasional dan menjadi acuan kenaikan ke program elit!"

Ruangan langsung riuh.

> "Peringkat nasional?" tanya Chika.

> "Program elit?" Aveline terlihat bingung.

> "Tentu saja aku akan ikut," ucap Lyra percaya diri sambil melirik Reivan.

"Reivan, kamu juga ikut, kan?"

Reivan hanya menyeringai kecil.

> "Tentu. Akan lucu kalau aku tidak ikut."

Chika menatapnya.

> "Kenapa kamu selalu ngomong kayak penjahat kelas atas sih... Tapi... keren juga."

---

Sementara semua murid mulai ribut dengan isu peringkat dan program elit...

Reivan diam-diam menatap jendela.

Di balik matanya, bukan hanya kelas elit yang ia pikirkan.

Tapi...

> Satu langkah lagi. Dunia bawah akan lumpuh sepenuhnya.

Tinggal... yang terakhir.

Night Hunter belum selesai.

---

More Chapters