Ficool

Chapter 1 - Gates of M9Win

Rizky tinggal di kos-kosan sempit di pinggiran Jakarta Selatan, kamar 2×3 meter yang lantainya selalu lembab karena atap bocor. Umur 24 tahun, lulusan SMK teknik komputer, tapi sudah dua tahun nganggur. Tiap malam ia hanya bisa menatap layar HP retak sambil menghitung berapa hari lagi ia bisa makan mie instar sebelum listrik mati karena tunggakan.

Satu malam, saat hujan deras mengguyur kota, ia membuka grup WhatsApp temen lama SMK. Ada yang kirim link:

"M9Win baru update tampilan, bro. Zeus Scatter lagi gacor parah. Modal 50 ribu bisa jadi jutaan dalam semalam."Rizky tertawa sinis. Ia tahu judi online itu jebakan. Tapi saat ia buka dompet digital, saldo tinggal Rp47.832. 

Besok adalah deadline bayar kos. Kalau telat lagi, Bu Kosan sudah ancam buang barang-barangnya ke jalan.Dengan tangan gemetar, ia klik link itu.

Tampilan baru M9Win benar-benar beda. Latar merah darah, petir menyambar-nyambar, dan sosok Zeus raksasa berdiri di belakang layar seperti menantangnya. Rizky deposit 45 ribu lewat OVO—sisa terakhirnya. Ia masuk ke game Gates of Olympus 1000.Putaran pertama: 500 perak per spin.

Kalimat "Semoga hari ini beruntung" terucap dalam hati, tapi suaranya sudah serak karena putus asa.

Ketika scatter keempat jatuh di spin ke-17 malam itu, dunia seolah berhenti berputar.Rizky tidak langsung menjerit.

Dadanya sesak dulu. Napasnya tertahan di tenggorokan seperti ada batu besar menghimpit paru-parunya. Matanya terpaku pada layar, tak berkedip, takut kalau kedipan sekecil apa pun akan menghilangkan keajaiban itu. 

Tangan kanannya yang memegang HP bergetar hebat sampai layar ikut bergoyang. Jari-jari kiri tanpa sadar mencengkeram kasur busa tipis sampai jahitannya hampir robek.Lalu multiplier pertama muncul—x50.

Air mata tiba-tiba mengalir tanpa perintah. 

Bukan tangis biasa. Tangis yang bercampur tawa, bercampur isak, bercampur rasa tak percaya yang sudah ia kubur bertahun-tahun. 

Ia ingat wajah ibunya yang tiap malam menangis diam-diam di dapur karena tak ada beras. Ia ingat rasa malu saat teman-teman SMA pamer sepatu baru sementara ia memakai sandal jepit bolong. 

Ia ingat doa-doa yang pernah ia ucapkan di masjid kampung, "Ya Allah, cukup sekali saja aku menang, aku janji akan berhenti selamanya.

"Dan sekarang doa itu seperti dijawab dengan cara yang paling gila, paling tidak masuk akal.

Saat saldo akhirnya berhenti di angka 27.450.000, Rizky jatuh terduduk ke lantai kosong. Ia menangis sejadinya—tangis lelaki 24 tahun yang baru saja menyadari bahwa hidupnya tidak harus berakhir di kamar 2×3 meter yang berbau apek. 

Ia memeluk HP-nya erat-erat ke dada seperti memeluk janji Tuhan yang baru saja ditepati. Isakannya keras, sampai tetangga benar-benar mengetuk tembok dan mengumpat. 

Tapi ia tak peduli. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa dilihat oleh dunia.Dua bulan kemudian, saat ia sudah pindah ke kontrakan kecil di Tebet, emosi itu berubah bentuk.

Kini ada rasa takut yang baru—takut semua ini hanya mimpi, takut besok bangun lalu kembali miskin. Tiap kali saldo naik lagi, jantungnya tetap berdegup kencang seperti malam pertama.

Tapi sekarang ada lapisan baru: rasa bersalah yang menggerogoti. Bersalah karena tahu ribuan orang lain kalah di game yang sama yang memberinya kehidupan baru. 

Bersalah karena ibunya masih belum tahu dari mana uang itu datang. Bersalah karena ia masih ketagihan sensasi petir Zeus itu, meski sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti.

Malam final turnamen 1,5 miliar itu adalah puncak dari semua emosi yang pernah ia rasakan seumur hidup.Saat ia all-in 5 juta per spin di detik-detik terakhir, tangannya sudah tidak bergetar lagi—malah mati rasa. Ia tidak lagi takut kalah. Yang ada hanya satu kalimat berputar di kepalanya:

"Kalau aku kalah sekarang, aku akan pulang ke kosan lama itu dan mati di sana sebagai pecundang. Kalau aku menang… aku akan jadi bukti bahwa anak kampung juga bisa menang melawan dunia."Ketika enam scatter jatuh bersamaan—sesuatu yang katanya cuma ada di video editan—Rizky tidak langsung menjerit.

Ia diam.

Matanya kosong menatap layar. Lalu tiba-tiba ia tertawa. Tertawa gila. 

Tertawa sampai air matanya jatuh lagi, sampai perutnya sakit. Tertawa karena ia baru sadar: selama ini ia bukan melawan game, ia melawan rasa rendah diri yang sudah menempel sejak kecil. 

Dan malam itu, rasa rendah diri itu akhirnya kalah total.Saat notifikasi "Juara 1" muncul, ia jatuh berlutut di lantai apartemen barunya. 

Ia menangis lagi—tapi kali ini tangis yang berbeda. Tangis lega yang sangat dalam, yang membuat seluruh tubuhnya lemas. 

Ia menangis seperti anak kecil yang akhirnya menemukan jalan pulang setelah tersesat bertahun-tahun di hutan gelap. 

Ia menangis karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa cukup. Bukan cukup uang. Tapi cukup sebagai manusia.Dua minggu kemudian, saat ia menekan tombol "Tutup Akun Permanen" di aplikasi M9Win, tangannya kembali bergetar. 

Tapi kali ini getarannya lembut. Getaran perpisahan dengan masa lalu yang pernah menyelamatkannya sekaligus hampir menghancurkannya.Ia menutup mata.

Di kepalanya, Zeus masih mengangkat tangan, petir masih menyambar.

Tapi kali ini ia tidak lagi takut.

Ia hanya tersenyum, mengucap terima kasih dalam hati, lalu berjalan keluar dari gerbang itu—sebagai orang yang bebas selamanya.

"Takdir bukan akhir. Takdir adalah gerbang yang bisa kamu buka sendiri."

Dan di luar jendela rumah barunya, petir sesekali masih menyambar—tapi kali ini Rizky hanya tersenyum.

Ia sudah tidak butuh petir lagi untuk mengubah hidupnya.

More Chapters