Matahari hampir tenggelam di balik fasilitas Blue Lock, menciptakan langit oranye keemasan yang kontras dengan ketegangan di lapangan.
Team Z tampak berbaris untuk latihan lanjutan, tapi aku bisa merasakan beban yang berbeda dari biasanya.
Setiap napas terasa berat. Setiap gerakan terasa seolah ditahan oleh sesuatu yang tak terlihat.
> [Ego Resonansi: 110%]
[Kontrol: Hampir hilang]
[Efek Domino: Tercapai]
Bola datang dari Bachira, dan aku menendangnya dengan refleks.
Tubuh anggota tim lain bereaksi, tapi bukan dengan harmoni seperti sebelumnya.
Bachira menabrak Isagi, Kunigami tersandung, dan beberapa peserta lain menjerit karena kehilangan koordinasi.
> "Tidak… ini sudah di luar kendali!" aku berteriak di hati sendiri.
---
Aku menundukkan kepala, mencoba menenangkan diri dan sistem di kepalaku.
> [Warning: Ego Resonansi Melebihi Batas Aman]
Setiap gerakan yang aku lakukan kini menimbulkan efek berantai, bukan hanya pada bola, tapi juga pikiran dan insting semua orang.
Isagi menatapku, wajahnya campur aduk antara kagum, takut, dan frustrasi.
> "Ryou… apa yang kau lakukan pada kita?"
Bachira jatuh terduduk, menepuk dada.
> "Aku… aku nggak bisa fokus lagi! Ini… gila!"
Aku tersenyum tipis, tapi hatiku bergetar.
Aku sadar satu hal: aku tidak hanya memengaruhi mereka, tapi mulai menghancurkan keseimbangan tim.
---
Di ruang kontrol, Ego Jinpachi menatap layar dengan mata menyala tajam.
> "Subjek 0… kau benar-benar di luar prediksi. Efekmu telah menembus semua protokol sistem. Team Z berada dalam kondisi kritis."
Data terbaru muncul:
Bachira: Ego Error 65%
Isagi: Ego Error 72%
Kunigami: Ego Error 68%
Efek domino: 85% peserta terdampak
> "Jika Subjek 0 tidak berhenti… seluruh tahap seleksi akan runtuh," gumam Jinpachi dingin.
---
Aku berdiri di tengah lapangan, napas terengah, bola di kakiku.
Aku menatap setiap pemain, mencoba mencari keseimbangan.
Namun bayangan mereka di lapangan — efek dari Mirror Field dan resonansi ego — bergerak liar, menabrak satu sama lain, menciptakan kekacauan total.
Bachira menendang bola tanpa arah jelas, Isagi berlari tapi salah posisi, Kunigami menjerit frustrasi.
Aku tahu satu hal: ini adalah titik terendah tim kami.
> "Kalau aku terus gunakan kekuatan ini… aku bisa membuat mereka lebih kuat… atau hancur total," gumamku.
Aku menarik napas panjang, menutup mata sejenak.
Merasakan resonansi ego-ku yang liar.
Dan untuk pertama kali, aku menyadari satu hal: kekuatan tanpa kontrol adalah bencana.
---
Aku membuka mata, menatap teman-temanku.
> "Kita harus kendalikan diri sendiri. Ego itu bukan untuk menguasai, tapi untuk memahami diri sendiri," kataku keras.
Bachira menatapku, matanya perlahan mulai fokus.
Isagi menatap ke depan, mulai menempatkan diri dengan benar.
Kunigami menarik napas, menenangkan dirinya, dan mengatur ulang posisi.
Aku mulai menendang bola perlahan, membimbing mereka tanpa memaksakan ego-ku.
Resonansi mulai menurun, kekacauan perlahan mereda, dan lapangan yang sebelumnya kacau kini mulai stabil.
---
Setelah sesi berakhir, semua pemain duduk di bangku, tubuh berkeringat, wajah lelah, tapi mata mereka menyala dengan kesadaran baru.
Isagi menatapku, wajah serius tapi penuh tekad.
> "Ryou… aku paham sekarang. Ego itu… pedang yang bisa melukai, tapi juga bisa membangkitkan."
Bachira tersenyum tipis, menepuk pundakku.
> "Kau benar-benar aneh, Ryou. Tapi kau bikin kita sadar kalau kita nggak boleh cuma ikut ego orang lain. Kita harus punya kontrol sendiri."
Aku menatap mereka, tersenyum pelan.
> "Arc ini belum selesai. Dan aku tahu, kita baru saja melihat permukaan kekuatan yang bisa kita capai — dan risiko yang harus kita hadapi."
---
📖 Catatan untuk pembaca Webnovel:
Jika kalian menikmati bab ini, jangan lupa dukung penulis:
💬 Komentar, 🌟 Vote, 🔔 Follow!
Dukungan kalian membuat Ryou Asahi terus menghadapi tantangan ego berikutnya, dan kalian ikut menyaksikan setiap pertarungan psikologisnya di System in Blue Lock! 🙌🔥