Ficool

Chapter 6 - Over Clock

Lapangan kali ini terasa lebih sempit dari biasanya.

Mungkin bukan lapangannya yang berubah — tapi kepalaku.

Setiap langkah, setiap napas… terasa seperti dihitung.

Dan di sela detak jantungku, suara itu kembali terdengar.

> [Pertandingan dimulai. Misi utama: Kemenangan penuh.]

[Hadiah: Penguatan Fokus — 200%.]

Aku menarik napas dalam. "Kau muncul lagi, ya…" gumamku pelan.

Tapi kali ini, suaranya tidak datar seperti robot.

Lebih… hidup. Lebih panas.

Seolah sedang menunggu aku gagal.

---

Kick-off: Team Z vs Team Y

Kami langsung diserang di menit pertama.

Pemain-pemain Tim Y bermain cepat, dengan passing tajam seperti pisau.

Isagi mencoba membaca pola mereka, tapi mereka tak memberi celah.

Aku maju, berlari ke depan.

Mataku menangkap garis lintasan bola.

Dan tiba-tiba — dunia melambat.

Semua suara menghilang.

Yang tersisa hanya garis-garis cahaya biru di mataku — seperti jalur yang ditarik langsung oleh "sistem".

> [Overclock Mode: Aktifkan Prediksi 3 Detik ke Depan.]

[Peringatan: Risiko Kelelahan Fisik 80%.]

Aku tak peduli.

Aku hanya ingin… menang.

Kakiku bergerak lebih cepat dari pikiranku.

Aku menyambar bola sebelum dua bek sempat menutup ruang.

Suara teriakan rekan setim terdengar samar.

> "Ryou, umpan!"

"Jangan egois!"

Aku menendang tanpa melihat.

Bola meluncur — keras, sempurna — membentur tiang.

Dentumannya menggema di seluruh lapangan.

Aku berdiri diam, napas terengah.

Kepalaku berdenyut seperti dibakar.

Tapi "sistem" masih berbicara.

> [Data dikumpulkan. Kecepatan meningkat 17%.]

[Lanjutkan. Jangan berhenti. Keunggulan akan datang jika kau menolak kelemahan.]

Sial… tubuhku gemetar.

Bukan karena kelelahan, tapi karena adrenalin.

Aku tahu aku bisa lebih cepat. Lebih kuat.

Jika aku menekan sedikit lagi…

> [Overclock: 120% Aktif.]

Aku mendesak tubuhku melampaui batas.

Dunia kembali bergetar, garis biru kini berlipat ganda.

Aku merasa bisa membaca masa depan — setiap gerak lawan, setiap lintasan bola.

Namun, tubuhku tak lagi bisa mengikutinya.

Langkahku terseret. Pandanganku mulai kabur.

> "Ryou!"

Bachira menghampiriku.

"Kau nggak apa-apa? Kau pucat banget!"

Aku ingin menjawab, tapi mulutku tak bergerak.

Sistem masih berteriak di kepalaku.

> [Jangan berhenti! Mereka akan merebut segalanya kalau kau berhenti!]

[Kau ingin jadi nomor satu, kan?!]

Aku menunduk, menekan kepala dengan kedua tangan.

Suara itu semakin keras, menggema seperti dua versi diriku saling berteriak di ruang yang sama.

Yang satu penuh amarah.

Yang satu penuh ambisi.

> "Diam!" aku berteriak.

Lapangan berhenti sejenak. Semua mata tertuju padaku.

Isagi menatapku dengan wajah serius.

> "Kau… bukan cuma kehilangan tenaga, kan?"

Aku menatapnya balik — pupilku bergetar.

Untuk sesaat, aku melihat pantulan wajahku di matanya.

Dan dalam pantulan itu… aku melihat dua diriku.

Satu tersenyum dingin, satu menatap kosong.

> [Overclock mencapai puncak.]

[Kesadaran – Tidak stabil.]

Aku jatuh berlutut.

Suara itu akhirnya berbisik pelan.

> [Kalau kau tak bisa menguasai aku… maka aku yang akan menguasai kita berdua.]

Gelap.

---

Ketika aku sadar, aku sudah di ruang medis Blue Lock.

Lampu putih menggantung di atas kepala, dan napasku berat.

Di sisi ranjang, Ego Jinpachi berdiri dengan senyum tipis.

> "Kau mulai menarik perhatianku, Asahi Ryou," katanya.

"Tapi hati-hati. Kadang, terlalu percaya pada ego bisa membuatmu terbakar oleh cahayamu sendiri."

Aku menatapnya — tak tahu apakah dia tahu tentang sistem itu.

Atau… apakah dia hanya bisa melihat api yang mulai tumbuh di dalam diriku.

---

Terima kasih sudah membaca System in Blue Lock!

Dukungan kalian adalah bahan bakar semangatku untuk terus menulis perjalanan Ryou Asahi 💪

Kalau kamu suka bab ini, jangan lupa:

💬 Tinggalkan komentar

🌟 Beri rating & favorit

🔔 Follow agar nggak ketinggalan update berikutnya!

#SupportBlueLockFanfic #RyouAsahi

More Chapters