Di tepi utara bagian barat dari pulau dravemir, tidak terlalu jauh dari tepian-tepian gunung es yang curam dan dingin terdapat sebuah desa yang asri namun cukup terpencil bernama willowbrook, walaupun salju dan es dari daerah beku tersebut tidak pernah menyentuh desa willowbrook secara langsung namun udara dingin dan air dari glacier yang meleleh membuat sebuah sungai yang membelah willowbrook menjadi 2 bagian menjadi cirikhas desa tersebut.
Sungai itu cukup di muliakan oleh warga setempat karena katanya membawa mujarab bagi yang menggunakannya, kehidupan di desa tersebut cukup sederhana, masyarakat berprofesi sebagai petani musiman, peternak, pedagang dll. desa itu dikelilingi hutan yang lebat dan fauna yang cukup beragam
Suatu hari di toko senjata Molten Anvils pemiliknya Marcus memanggil "Sean tolong bantu ambilkan besi baja envire yang di rak."
"ya". ucap Sean dengan datar 'urgh kenapa aku selalu menjadi yang menempa senjata, padahal yang kuinginkan menjadi yang menggunakannya seperti para warrior. kata paman marcus itu terlalu beresiko, kayap apa aja Ucapnya dalam hati
Hari itu berlalu seperti hari biasanya. pagi dipenuhi kesibukan di ladang, pasar dan toko senjata molten anvils. waktu berjalan dengan cepat hingga akhirnya matahari condong ke barat.
setelah pekerjaan selesai sean bergegas pergi menuju tempat rahasia yang hanya dia dan teman-temannya ketahui.tempat itu ada di dalam gua kecil yang ada di barat desa.
"Shadric. kau sudah disini, mana Robert?" Tanyanya sembari melirik ke arah keramaian
"ah itu. Robert bilang dia akan kesini setelah urusannya selesai. dia sedang sibuk hari ini katanya
"ya sudah. kita akan memulai latihan berdua saja, aku sudah melihat teknik baru dari seorang ahli pedang. bersiaplah"
ucap sean dengan percaya diri
"baiklah! mari kita lihat seberapa kuat jurus barumu!" balas shadric dengan semangat, matanya penuh antusias
Sean menyerbu ke arah Shadric, pedangnya terayun cepat ke bahu kiri lawannya. Shadric berhasil menahan serangan itu, namun raut wajahnya berubah matanya membesar, jelas ia tak menyangka Sean menguasai teknik tersebut
"cukup mengesankan, namun hanya itu? seranganmu terasa sangat cepat. meskipun agak mudah ditebak."
"aku baru pertama kali mempraktekan itu pada objek yang bisa menangkis dan bergerak. wajar jika tidak sempurna, nanti akan coba kuasah lagi sekalian kamu latihan menangkis" balas sean
mereka melanjutkan latihan sampai matahari hampir terbenam. Tiba-tiba robert datang2 "huh, aku sangat sibuk hari ini. ya tapi setidaknya sekarang sudah selesai, apa saja yang sudah kalian lakukan"
"kami baru melatih jurus yang kemarin, tapi sean mempelajari jurus baru, ia menamainya Thunder Swipe" jawab shadric
"baiklah, aku sebenarnya sudah cukup lelah namun akan menemami kalian, sekalian ini aku membawa makan. sup daging rusa"
Wow! makasih robert, kami sudah sangat lapar. ya sudah kita istirahat dulu" ujar sean
setelah cukup larut mereka pulang kerumah masing-masing untuk beristirahat, hari itu berjalan seperti biasa, mereka cukup puas dengan latihan mereka dan tertidur pulas dirumah masing- masing
saat tengah malam yang dingin, malam yang terasa sedikit berbeda karena sean merasakan sesuatu yang aneh setelah matahari terbenam, sean tertidur pulas karena lelahnya setelah latihanya, namun ada suatu suara teriakan yang membangunkan sean,
"hah, suara apa itu," sean mencoba mengintip dari arah jendela dan melihat segerombolan orang yang, membekap seorang warga , orang2 itu menggunakan pakaian yang cukup aneh mereka mamakai, sean berlari dari kamarnya dan mencoba membangunkan paman marcus, paman marcus sebenarnya juga sudah mendengar itu dan memikirkan rencana untuk kabur
"sean! jangan membuat perhatian sama sekali, kita akan mencoba kabur melalui sungai" ucap marcus dengan tegas dan terlihat marah
"bagaimana dengan robert dan shadric? kita harus mencari dan menyelamatkan mereka!" ucap sean dengan nada keras dan khawatir serta takut
"Sean! kita tidak bisa menyelamatkan siapapun kalau kita tidak selamat pertama!, kita berharap saja mereka dapat bersembunyi sampai fajar"
mereka keluar mengendap-ngendap, melalui semak dan bebatuan dari halaman belakang, mereka melihat para warga di jarah, dan dan disiksa
" jawab!" ucap salah satu penjarah dengan keras.
"kami tidak tahu apa itu sama sekali, tolong ampuni kami, kami hanya warga desa biasa" salah satu warga menjawab sambil menangis ketakutan bersujud pada mereka
"itu pasti disini! harus! tuan sudah bilang itu daerah dekat sini. kalau tidak ketemu habislah kita!" jawab satu penjaga kepada penjaga lainnya
marcus dan sean bersembunyi di belakang tong wine, disana sean melihat shadric, meringkuk ketakutan di balik batu, sean yang melihat shadric terkejut dan ingin menghampirinya
"paman, itu shadric, dia terlihat begitu ketakutan dia bersembunyi dibalik batu dengan wajah menahan nangis!, aku harus menghampirinya." ucap sean terlihat sangat khawatir dan ikut merasa ketakutan shadric
"argh, kita hampir lolos, jangan buang2 waktu!, kita bisa tertangkap!. jawab marcus dengan nada kencang dan agak kesal
"tidak bisa! kalau kau tidak mau ikut aku akan menolongnya sendiri!." sean jawab dengan putus asa. "jangan!." balas marcus berusaha meredam suaranya agar tidak terdengar oleh penyelundup
sean menghiraukan marcus, dia melompati tong wine dan berlari namun berusaha untuk tidak membuat suara, dia sampai ke tempat shadric, namun ekspresi shadric tidak berubah, ia masih terlihat begitu ketakutan dan stress, seperti berusaha menahan nangis.
"shadric, apa yang terjadi, jujur padaku" tanya sean clueless dan sangat khawatir
"ibuku... kami hampir tertangkap namun dia mengorbankan dirinya. saat kami ketahuan mengendap dia mendorongku ke sebuah semak, ia tertangkap oleh mereka dan disiksa untuk mengakui sesuatu. sebuah artefak es kuno... namun ibuku tidak tahu pa itu lalu dibunuh" jawab shadric dengan suara gemetar menahan tangisnya,
"Aku turut berduka atas ibumu, Shadric…" ucap Sean dengan suara bergetar. "Tapi kita tidak bisa hanya tinggal diam di sini. Kita harus segera pergi." Meski hatinya hancur, matanya masih menyala penuh tekad.
"Aku tahu jalan keluar," lanjut Sean. "Kita harus hati-hati… kita akan menyeberangi sungai, menuju bagian barat. Dari sana kita bisa lolos." Harapannya hanya satu agar Shadric mau ikut bersamanya.
Tiba-tiba, Marcus berlari dengan wajah panik.
"Menunduk!" teriaknya.
Belum sempat Sean dan Shadric bereaksi,
ZASSSHH!
Suara besi beradu memenuhi udara. Marcus menahan tebasan seorang penjarah yang hampir saja menghabisi mereka.
"Sean! Shadric! Pergi dari sini, cepat!" teriak Marcus, suaranya penuh desakan.
Kedua anak itu membeku, ketakutan melihat pertarungan yang terjadi di depan mata.
"Apa?! Bagaimana denganmu, Paman?!" seru Sean, hampir menangis.
"Arghh, yang cepat!!" Marcus mengerang, melepaskan tangkisannya. Dengan satu gerakan cepat ia mendorong keduanya menjauh. "Ikuti aku!"
Mereka berlari menembus kegelapan, tapi setiap jalan dipenuhi musuh. "Tidak bisa lewat sini! Putar arah!" seru Marcus.
Akhirnya mereka tiba di tepi sungai—namun di belakang sudah menunggu kepungan penjarah.
Marcus menoleh pada mereka, napasnya berat.
"Sean, Shadric… hiduplah. ini permintaan terakhirku..."
Sebelum keduanya sempat membantah, Marcus mendorong mereka ke sungai.
"Pergi! Pergilah sejauh mungkin!"
Air sungai yang deras menelan mereka. Dengan mata penuh air mata, Sean dan Shadric hanya bisa melihat sosok Marcus yang berdiri sendirian menghadapi gelombang musuh…