Bab 1: Awal Pertemuan
Suasana pagi di gedung megah KOTAGG Tower selalu dipenuhi hiruk pikuk para karyawan. Lobi yang luas dengan dinding kaca berkilau mencerminkan kesibukan khas dunia korporasi.
Di antara kerumunan itu, Alya, seorang karyawan baru di divisi pemasaran, melangkah gugup. Jas lilac yang ia kenakan kontras dengan rona wajahnya yang tegang. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di salah satu perusahaan teknologi terbesar di Jakarta.
"Tenang, Alya. Semua orang memulai dari nol," bisiknya pada diri sendiri sambil menggenggam erat tas kerja.
Namun langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja ia menabrak seseorang di depan lift. Tumpukan berkas yang dibawa pria itu berjatuhan.
"Maaf! Maaf sekali!" Alya buru-buru menunduk, mengumpulkan kertas yang berserakan.
Pria itu menatapnya dengan alis terangkat. Tinggi, berwibawa, dengan jas abu gelap yang tampak sempurna melekat di tubuhnya. Aura dominan jelas terpancar darinya.
"Lain kali hati-hati. Ini dokumen penting," ucapnya datar.
Alya tercekat. Jantungnya berdetak kencang saat mata mereka bertemu. Ada tatapan tajam sekaligus dingin yang membuatnya salah tingkah.
Belum sempat ia menjawab, seorang sekretaris datang menghampiri pria itu."Pak Arsen, rapat dengan direksi dimulai lima menit lagi."
Pak Arsen. Nama itu langsung bergaung di benak Alya. Ia pernah mendengar dari teman kuliahnya bahwa di KOTAGG ada seorang direktur muda yang terkenal perfeksionis sekaligus sulit didekati.
Dan sekarang, di hari pertamanya bekerja, ia justru menabrak orang itu.
Arsen menatapnya sekali lagi sebelum melangkah masuk ke dalam lift, meninggalkan aroma parfum maskulin yang samar tapi menghantui.
Alya terdiam, kaku di tempat. Hatinya berdebar tanpa alasan jelas."Kenapa harus dia…?" gumamnya pelan.
Hari pertama Alya di KOTAGG belum dimulai sepenuhnya, tapi ia sudah merasakan bahwa kantor ini bukan hanya akan menjadi tempat bekerja—melainkan juga awal dari cerita yang tidak pernah ia bayangkan.
Bab 2: Atasan yang Tak Terduga
Suasana ruang kerja divisi pemasaran KOTAGG begitu dinamis. Deretan meja terbuka dipenuhi laptop, dokumen, dan suara ketikan cepat para karyawan. Alya duduk di kursi barunya, masih berusaha menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang jauh lebih cepat dibandingkan magangnya dulu.
Namun kejutan datang saat atasannya, Mbak Rani, memanggilnya ke ruang meeting kecil.
"Alya, karena latar belakangmu di bidang digital marketing cukup bagus, kamu akan ikut dalam proyek besar bulan ini," ucap Mbak Rani sambil tersenyum.
Alya mengangguk penuh semangat. "Proyek apa, Mbak?"
Rani mencondongkan tubuhnya, suaranya sedikit menurun."Peluncuran aplikasi terbaru KOTAGG. Proyek ini langsung dipantau oleh… Direktur Pemasaran."
Alya menelan ludah. "Direktur Pemasaran… maksudnya, Pak Arsen?"
Rani mengangguk mantap."Betul. Mulai hari ini, kamu akan jadi bagian dari tim inti yang langsung bekerja di bawah beliau."
Seolah langit runtuh, Alya tercekat. Bayangan tatapan tajam pria yang ia tabrak pagi tadi kembali menghantuinya.
Siang harinya, rapat perdana tim inti digelar di ruang meeting lantai 25. Ruangan dengan kaca transparan yang menampilkan panorama kota Jakarta membuat suasana semakin menegangkan.
Arsen sudah duduk di ujung meja panjang, jasnya rapi, tatapannya serius. Begitu Alya masuk, pria itu langsung menoleh.
"Akhirnya kita bertemu lagi," ucap Arsen singkat, tanpa ekspresi.
Alya hampir kehilangan suara. "S-selamat siang, Pak…"
Arsen menyilangkan tangan di dada. "Mulai hari ini kamu di bawah pengawasanku. Dan aku tidak suka kesalahan. Sekali saja kamu ceroboh, jangan harap bertahan lama di tim ini."
Seketika ruangan terasa dingin. Semua karyawan terdiam. Alya hanya bisa menunduk, berusaha menyembunyikan wajah paniknya.
Dalam hati, ia bertekad. Kalau aku ingin bertahan di KOTAGG, aku harus membuktikan diri… bahkan kalau itu berarti berhadapan langsung dengan Pak Arsen.
Namun Alya tidak tahu, pertemuan ini hanyalah awal dari konflik yang jauh lebih rumit—antara profesionalisme di kantor dan perasaan yang mulai tumbuh diam-diam.
Bab 3: Antara Tegas dan Perasaan
Hari-hari berikutnya terasa semakin berat bagi Alya. Setiap langkahnya di kantor KOTAGG serasa diawasi. Arsen tidak pernah melewatkan detail kecil—mulai dari kesalahan dalam laporan data hingga cara Alya menyusun presentasi.
"Alya, angka di slide tiga ini salah. Harusnya persentase bukan nominal. Periksa lagi!" suara Arsen terdengar tegas dalam rapat tim.
Alya buru-buru memeriksa laptopnya. Memang benar ada kesalahan ketik. Ia menunduk dalam, wajahnya memanas."Maaf, Pak. Akan segera saya perbaiki."
Arsen hanya mengangguk dingin, lalu melanjutkan rapat seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi bagi Alya, satu kesalahan kecil saja sudah membuatnya tertekan.
Sore itu, setelah semua rapat selesai, Alya masih duduk di mejanya. Layar laptopnya penuh dengan catatan revisi. Jemarinya mengetik cepat, sesekali menghela napas berat.
Tiba-tiba, suara langkah sepatu berhenti di sampingnya."Kenapa masih di sini?"
Alya menoleh. Jantungnya hampir meloncat. Arsen berdiri dengan tangan di saku celananya, menatapnya lurus.
"Saya harus menyelesaikan revisi ini, Pak. Saya tidak mau mengecewakan tim," jawab Alya pelan.
Arsen menatap layar laptopnya sejenak, lalu kembali ke wajah Alya."Kamu terlalu keras pada dirimu sendiri."
Ucapan itu membuat Alya terdiam. Untuk pertama kalinya, nada suara Arsen terdengar lebih lembut. Ada sesuatu di balik tatapan tajamnya—entah perhatian, entah sekadar simpati singkat.
Namun sebelum Alya sempat merespons, Arsen berdehem dan kembali bersikap dingin."Pastikan revisi selesai sebelum besok pagi. Jangan lupa istirahat."
Ia berbalik meninggalkan meja Alya. Tapi kalimat singkat tadi terus terngiang di telinga Alya.
Dia memang keras… tapi kenapa aku merasa ada sisi lain darinya?
Alya menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap layar laptop yang kini terasa kabur. Hatinya sendiri bingung: apakah ia hanya takut pada atasannya, atau mulai merasakan sesuatu yang lebih berbahaya dari sekadar rasa kagum?
Di tengah kesibukan dan tekanan di kantor KOTAGG, sebuah perasaan yang tak terduga mulai tumbuh—dan Alya tidak tahu apakah itu awal dari cinta… atau awal dari luka.