Ficool

Chapter 82 - Chapter 82 – Teriakan dalam Hutan Zhongluan

Chapter 82 – Teriakan dalam Hutan Zhongluan

Kabut masih menggantung rendah di antara batang-batang pohon raksasa saat Zienxi menatap dua binatang buas spiritual yang sedang bertarung sengit tak jauh dari tempat persembunyiannya. Keduanya memancarkan aura yang luar biasa buas, setara dengan kultivator Heavenforged Path. Satu mengaum hingga angin bergolak, satunya lagi menyemburkan cahaya dari tubuhnya yang bersisik. Satu hentakan kaki mereka mampu meretakkan tanah, dan satu sapuan cakarnya bisa menghempaskan pohon-pohon seperti ranting kering. Zienxi sempat terpaku, mengamati kekuatan mereka, tapi segera mengerutkan keningnya dengan waspada.

“Binatang di sini sangat kuat. Aku akan mencari tempat lain,” gumamnya lirih. Ia pun menghindari wilayah itu tanpa menoleh ke belakang, membiarkan dua makhluk itu saling membinasakan. Yang lebih penting baginya adalah melacak jejak samar dari energi spiritual yang sebelumnya ia rasakan, entah berasal dari tempat apa atau siapa.

Angin hutan mengalun pelan di sekitar Zienxi saat ia terbang perlahan di atas jajaran pepohonan lebat. Aroma dedaunan lembap dan embusan energi liar khas Negeri Zhongluan membuat suasana terasa asing, namun tidak sepenuhnya mengancam. Di kejauhan, suara burung spiritual sesekali menggema, lalu menghilang ke dalam kabut. Tapi ketenangan itu pecah saat tiba-tiba terdengar suara teriakan samar dari kejauhan. Semula hanya lirih, namun dalam hitungan detik semakin dekat dan jelas suara seseorang yang putus asa meminta tolong. Zienxi memperlambat terbangnya dan menajamkan indra.

Sosok pemuda muda tampak melesat ke arahnya, napasnya terengah, wajahnya penuh luka dan keringat. Jubah lusuhnya sobek di beberapa bagian, dan tubuhnya tampak limbung seperti hendak jatuh kapan saja. Di belakangnya, tiga kultivator tampak memburunya dengan kecepatan tinggi, wajah mereka penuh amarah dan niat membunuh yang terang-terangan.

“Senior! Tolong aku! Kumohon!” teriak pemuda itu dengan suara gemetar saat akhirnya tiba di depan Zienxi, langsung bersimpuh memohon perlindungan. Zienxi hanya berdiri diam, menatap pemuda itu dengan mata yang tak memperlihatkan emosi. Dalam hatinya, ia sadar ini bukan urusannya. Ia bahkan belum genap sehari di Negeri Zhongluan, dan terlalu gegabah jika langsung terseret ke dalam masalah yang tak ia pahami. Tapi raut ketakutan si pemuda, ditambah kondisi tubuhnya yang jelas dalam keadaan sekarat, membuat hatinya menolak untuk mengabaikan.

Pemuda itu gemetar saat berdiri di belakang Zienxi, mengandalkan satu-satunya harapan yang tersisa.

Tak lama, ketiga kultivator pengejar itu tiba. Mereka mengerem di udara beberapa meter di depan Zienxi, aura mereka bergejolak. Salah satunya, pria berwajah keras dengan alis tebal dan bekas luka di pipi, membuka mulut.

“Rekan kultivator,” ucapnya dengan suara berat namun tajam. “Tolong jangan ikut campur dalam urusan ini. Serahkan bocah itu pada kami.”

Namun sebelum Zienxi sempat menjawab, si pemuda kembali berseru, “Tolong, Senior! Mereka ingin membunuhku tanpa alasan! Aku tidak melakukan apa pun…! Aku hanya lewat!”

“Banyak bicara kau!” bentak kultivator satu lagi yang berjubah hijau, lalu mengangkat tangannya yang mulai bersinar dengan aura hijau. Ketiganya tak menunggu lagi. Niat membunuh memancar dari tubuh mereka, dan dalam sekejap, mereka menyerbu ke arah Zienxi dan pemuda itu secara bersamaan.

Zienxi menarik napas dalam dan mengangkat tangannya. Cahaya berpendar dari telapak tangannya, lalu sebelas pedang ilusi muncul dalam formasi melingkar. “Pisah,” ucapnya singkat. Dalam sekejap, sebelas pedang itu melesat tajam, membelah udara dan menyasar ketiga lawan secara bersamaan. Ledakan spiritual pun terjadi, menciptakan tekanan hebat yang menggoyangkan pepohonan di sekitar.

Ketiga kultivator itu tak tinggal diam. Mereka menangkis dan membalas dengan teknik masing-masing. Bola api spiritual, tombak dengan ukiran rumput, dan bilah bayangan melesat ke arah Zienxi. Ia berusaha bertahan, namun tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari pertarungan melawan binatang spiritual sebelumnya. Gerakannya sedikit melambat, dan satu serangan berhasil menembus pertahanannya, melukai bahunya. Darah mengucur dan membasahi lengan bajunya.

Namun sebelum serangan lanjutan mendarat, Aether Wisp Fox melesat dari balik lengan jubah Zienxi. Bulu-bulunya berdiri dan bersinar terang, auranya mengembang, lalu membentuk perisai bundar dari angin dan cahaya. Serangan spiritual musuh dipantulkan dalam sekejap, menimbulkan gelombang kejut yang membuat ketiga kultivator mundur beberapa langkah dengan wajah terkejut.

“Makhluk apa itu…?” gumam salah satu dari mereka.

Tapi Aether Wisp Fox tidak berhenti di situ. Ia membuka mulutnya kecil dan melepaskan semburan angin tak terlihat yang menabrak lawan dalam kecepatan luar biasa. Dalam sekejap, ketiganya terpental ke arah berbeda, formasi mereka hancur berantakan.

“Mantra macam apa ini?!” seru kultivator yang berjubah ungu dengan suara tak percaya.

Aether Wisp Fox berubah menjadi kabut pekat, lalu dari kabut itu terbentuk cakar-cakar angin yang mencabik dari segala arah. Serangan itu datang tanpa bentuk pasti, memantul dari satu titik ke titik lain, dan dalam kebingungan itu, ketiga musuh pun tidak memiliki kesempatan untuk bertahan. Teriakan mereka hanya berlangsung sesaat sebelum tubuh mereka tumbang, dan kehidupan mereka menghilang bersama hembusan angin terakhir dari kabut spiritual yang menyerang.

Aether Wisp Fox kembali ke bentuk aslinya dan melayang ringan ke sisi Zienxi, lalu meringkuk di balik jubahnya.

Pemuda yang sejak tadi berdiri di belakang hanya bisa terpaku, matanya membelalak menyaksikan semua yang baru saja terjadi. Ia meneguk ludah dan dengan ragu maju satu langkah. “Terima kasih, Senior…” ucapnya pelan sambil mengatupkan kedua tangannya dengan penuh rasa hormat.

Zienxi tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya membalikkan tubuhnya dan melesat kembali ke gua, tidak ingin terlibat lebih jauh dengan siapa pun. Pemuda itu dengan sigap mengikuti di belakangnya.

Sesampainya di gua, Zienxi langsung duduk bersila dan mulai berkultivasi. Napasnya teratur meskipun luka di lengannya masih basah. Ia memejamkan mata, menyelaraskan energi spiritual dalam tubuhnya. Tak lama, Breeze Moth muncul dari kegelapan langit gua, terbang perlahan di atas kepala Zienxi. Sayapnya yang lembut bergetar lembut, menciptakan pusaran angin tipis yang menenangkan. Aura itu menyelimuti tubuh Zienxi, membantunya memasuki kondisi meditasi dalam sekejap.

Dalam keheningan gua dan aliran angin lembut dari Breeze Moth, tubuh Zienxi mulai memulihkan diri lebih cepat dari biasanya. Luka-lukanya mulai mengering, napasnya semakin ringan, dan pikirannya menjadi jernih. Ia terus melanjutkan kultivasi tanpa gangguan, tenggelam dalam pusaran energi spiritual yang kini terasa jauh lebih seimbang. Keesokan harinya, saat fajar menyelinap perlahan ke mulut gua, Zienxi telah benar-benar pulih dari luka-lukanya.

Zienxi membuka matanya perlahan, merasakan kesegaran yang menyelimuti tubuh dan pikirannya. Pagi ini terasa lebih tenang dari biasanya. Di tangan kirinya, Aether Wisp Fox sedang beristirahat dalam wujud kabut samar yang melayang lembut, sisa dari bantuannya pada Zienxi semalam. Di atas kepalanya, Breeze Moth kembali bersarang, mengeluarkan aura tenang seperti biasa.

Tatapan Zienxi lalu tertuju pada bagian dekat mulut gua. Seorang pria tampak duduk bersandar di sana, tubuhnya dipenuhi luka dan pakaiannya berantakan, jelas habis melewati pertarungan sengit.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Zienxi dengan nada tenang, matanya tajam menatap pria itu, tapi dalam hatinya ada sedikit rasa iba.

"Maaf, senior… junior tidak berniat jahat," jawab pria itu gugup, tubuhnya sedikit gemetar saat bertemu tatapan Zienxi. "Junior hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah menolongku kemarin... aku hanya mencari tempat aman untuk sementara waktu, sampai lukaku sembuh."

"Siapa namamu?" Zienxi tidak bisa sembarangan membantu siapa pun yang tidak dikenalnya, terutama di wilayah asing seperti Zhongluan. Ia harus memastikan identitas pria itu terlebih dahulu.

"Junior adalah Ruji Dei," jawabnya, suaranya pelan dan ragu. Ada keinginan untuk menyebut nama sektenya, tapi dia tampak menahan diri, jelas khawatir akan kemungkinan Zienxi berasal dari sekte lain yang juga mengincar hal yang sama.

"Ruji Dei…" Zienxi menyipitkan matanya, nada suaranya tetap tenang tapi berisi tekanan. "Katakan yang sebenarnya. Kenapa kau dikejar oleh ketiga orang itu kemarin? Siapa mereka dan dari mana asal mereka?"

Ruji Dei menunduk sesaat, lalu menghela napas panjang. "Mereka adalah murid dari Sekte Rumput Lima Serat, senior. Mereka memang sengaja mengincar murid dari sekte-sekte lain, untuk dibunuh atau dijadikan tawanan. Tujuannya adalah agar sekte asal para korban tidak bisa ikut dalam perang perebutan Sumur Akar Langit di Danau Langit Bening."

Zienxi menahan alisnya dari naik. "Sumur Akar Langit? Apa itu?"

Ruji Dei mengangguk pelan, suaranya kini lebih mantap. "Sumur Akar Langit adalah sumber daya yang sangat berharga, senior. Sumur itu menghasilkan energi spiritual murni dalam jumlah besar. Ia hanya muncul setiap seribu tahun sekali. Katanya, setiap kemunculan Sumur Akar Langit pasti memicu perang antar sekte besar di Negara Zhongluan. Tapi sekte-sekte dari negara lain jarang ikut campur, karena menurut mereka sumur itu hanya sumur biasa dan tidak layak diperebutkan."

"Sumur Akar Langit… energi spiritual murni…," gumam Zienxi pelan, tatapannya mengeras. "Mungkinkah… energi yang kurasakan kemarin… berasal dari sana?" pikirannya terisi oleh berbagai pertanyaan, dan hatinya terasa berat oleh kebingungan yang perlahan tumbuh.

More Chapters