Elara dan Kael melanjutkan hidup mereka, membawa serta beban dan keajaiban dari pengalaman mereka di Kerajaan Crimson. Sentuhan Sephiroth pada dahi mereka, bukan sihir yang kasat mata, melainkan sebuah ikatan eterik, memastikan bahwa ingatan mereka tentang tempat itu dan penguasanya tetap utuh, namun tak terkatakan. Mereka hidup dengan rahasia yang terlalu besar untuk dibagikan, sebuah pengetahuan yang mengisolasi mereka dari manusia lain.
Mereka tetap menjadi penjelajah. Rasa ingin tahu mereka tidak padam, justru membara lebih terang. Namun, kini ada lapisan baru dalam petualangan mereka: pencarian pemahaman. Mereka mulai mencari buku-buku kuno, berbicara dengan para tetua desa yang tersisa, dan mengamati fenomena alam yang tidak biasa. Mereka tidak secara langsung mencari The One atau Pangeran Kelabu, tetapi setiap petunjuk tentang energi asing, setiap bisikan legenda tentang makhluk-makhluk purba, menarik perhatian mereka.
Mereka memperhatikan bagaimana dunia telah berubah. Kedamaian yang dipaksakan terasa aneh, tidak alami. Mereka melihat bagaimana klan-klan vampir yang dulunya agresif kini hidup dalam ketakutan, bagaimana Lycan menempuh jalur migrasi yang tidak biasa, dan bagaimana peradaban manusia tumbuh dalam pola yang teratur, hampir terlalu sempurna. Mereka, yang telah melihat tangan di balik tirai, mulai menyadari bahwa "Kedamaian Sang Pembantai" adalah kedamaian yang diukir dengan ketakutan dan kontrol mutlak.
Pengaruh Halus Jejak
Jejak Sephiroth pada mereka juga memiliki efek samping yang halus namun signifikan. Indra mereka menjadi lebih tajam. Mereka bisa merasakan fluktuasi kecil dalam Lifestream dunia, merasakan kehadiran makhluk-makhluk gaib yang tidak terlihat oleh mata telanjang, bahkan samar-samar merasakan energi ketika agen The Veil bergerak di dekat mereka. Ini bukan kekuatan, melainkan sebuah resonansi, sebuah koneksi tak terlihat dengan entitas yang sangat kuat.
Seringkali, di tengah malam yang sunyi, mereka akan terbangun dengan gambaran samar dari aula Crimson, atau bisikan suara Sephiroth di benak mereka, tanpa kata-kata yang jelas, hanya sebuah kehadiran yang menekan. Hal ini membuat mereka menjadi lebih waspada, lebih paranoid, namun juga lebih berpengetahuan tentang dunia di sekitar mereka. Mereka tahu ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar legenda di luar sana, sesuatu yang mereka sentuh dan yang kini menyentuh mereka kembali.
Mereka mulai bertanya-tanya: Mengapa The One membiarkan mereka pergi? Apa tujuan sebenarnya dari makhluk yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan segalanya namun memilih untuk memerintah dari bayangan? Apakah ada tujuan yang lebih besar di balik kedamaian yang dipaksakan ini?
Raizel dan Jejaknya
Sementara itu, di lembah tersembunyi, Cadis Etrama di Raizel terus memulihkan diri. Aura Darah Murni-nya telah menstabilkan sebagian besar wilayah, menciptakan tempat perlindungan bagi Noble dan vampir setia mereka. Raizel, dengan kebijaksanaannya yang mendalam, juga merasakan jejak kekuatan Sephiroth di dunia. Meskipun ia tidak secara langsung mengetahui identitas The One atau Pangeran Kelabu, ia merasakan ketidakseimbangan yang unik, sebuah kehadiran yang mengganggu Lifestream dunia dengan cara yang berbeda dari konflik-konflik sebelumnya.
Raizel merasakan bahwa kedamaian saat ini adalah kedamaian yang rapuh, yang dibangun di atas ketakutan. Ia sesekali akan merasakan "sentuhan" dari energi asing yang beresonansi dengan Elara dan Kael. Meskipun ia tidak tahu siapa mereka, ia merasakan bahwa mereka adalah anomali, individu-individu yang telah disentuh oleh kekuatan yang sangat kuat dan asing. Ini membangkitkan rasa ingin tahu Raizel, yang perlahan mulai mengirimkan utusan untuk menyelidiki anomali di luar wilayah Noble.
Sephiroth, dari Kerajaan Crimson, merasakan pergerakan Raizel. Ia tahu Raizel sedang mengamati, menyelidiki. Ini adalah bagian dari permainan. Ia telah mengizinkan Elara dan Kael pergi sebagai sebuah percobaan, sebuah umpan, sebuah cara untuk memperkenalkan jejaknya ke dunia secara tidak langsung.