Ficool

Chapter 6 - Mati Suri di Malam Satu Suro

Bab 6: Warisan dari Alam Seberang

Hari-hari setelah Raka kembali dari Alas Kendeng terasa tenang—terlalu tenang.Tak ada lagi langkah kaki di atap. Tak ada lagi cermin yang berembun.Suara nyanyian Jawa kuno yang dulu mengalun setiap tengah malam pun menghilang.

Namun di balik ketenangan itu, ada satu perubahan yang tak bisa ia abaikan:

Ia mulai melihat hal-hal yang tidak dilihat orang lain.

Pagi itu, saat berjalan melewati kebun belakang rumah, Raka melihat seorang lelaki tua duduk di bawah pohon pisang. Wajahnya pucat, matanya kosong, dan bajunya penuh tanah.

"Pak…," sapa Raka, meski ragu.

Lelaki itu tak menjawab. Tapi saat Raka menunduk… tubuh lelaki itu menghilang jadi asap, menyatu dengan tanah.

Nenek yang melihat dari balik jendela langsung memanggilnya masuk.

"Kamu sudah tidak sama lagi, Raka," katanya pelan."Kamu telah kembali… tapi tak sepenuhnya."

Raka menatapnya, menunggu penjelasan.

"Kau membawa roh yang tak selesai urusannya. Dan ketika satu pergi, yang lain melihat celah."

"Kini kau adalah... pembatas. Yang hidup bisa mendatangimu. Yang mati bisa bicara lewatmu."

Malamnya, Raka mencoba tidur lebih awal. Tapi saat memejamkan mata, ia justru terbangun… di tengah hutan kabut.Bukan mimpi. Bukan nyata. Di antara.

Dan di sana, berdiri sosok-sosok samar.

Seorang ibu menangis mencari anaknya. Seorang pria tua berdoa dengan suara terputus-putus. Seorang anak kecil memeluk boneka usang, menatap Raka tanpa bicara.

Mereka semua... menatap padanya.

Dan satu suara terdengar paling jelas:

"Kau bisa melihat kami… maka tolong sampaikan yang belum sempat kami katakan."

Raka terbangun dengan tubuh penuh keringat. Di tangannya, ada lembaran kertas lusuh yang tidak ada sebelumnya—tertulis nama dan alamat.

Bukan mimpi.

Itu... pesan dari roh.

More Chapters