Ficool

Chapter 2 - Cinta di Balik Jendela Kedai Kopi

Bab 2 – Langkah Pertama Menuju Sapaan

Hujan masih turun pagi itu. Rintiknya lembut, membasahi trotoar dan membuat aroma tanah basah menyatu sempurna dengan bau kopi yang baru diseduh.

Hana menyeka embun dari jendela kafenya dan menyalakan pemutar lagu lama — jazz instrumental favoritnya yang sepi tapi hangat.

Seperti biasa, ia membuka tirai…Dan dia masih di sana.

Pria di jendela lantai dua.

Memakai hoodie abu-abu, dengan pensil di tangan. Matanya menatap lurus ke arahnya. Atau lebih tepatnya — menatap halamannya.

Ritual yang Tak Pernah Disepakati

Hari ke-6 sejak Hana mulai memperhatikan.Hari ke-6 sejak pria itu muncul setiap pagi, sebelum jam 8.Dan hari ke-6 sejak Hana mulai merasa… menanti.

Dia tidak tahu nama pria itu. Tidak tahu apa yang dia gambar. Tapi ia bisa merasakannya — ada sesuatu dalam tatapannya yang tidak biasa.Bukan pandangan pria iseng. Tapi juga bukan sekadar ketertarikan.Seolah dia… melihat dunia melalui Hana.

Dan itu membuat dada Hana hangat — sekaligus gugup.

Keputusan yang Sederhana Tapi Besar

Hana mengambil spidol kecil dari balik kasir dan selembar papan tulis mini yang biasa ia pakai menulis menu spesial.

Tangannya gemetar sedikit.

Lalu dia menulis:

"Apa yang kamu gambar setiap pagi?"

Ia memutar papan itu, menempel di kaca jendela. Tegak. Terbaca jelas dari seberang jalan.

Dan menunggu.

Balasan yang Tak Pernah Diduga

Lima menit.Sepuluh.Dua belas.

Hana hampir menarik papan itu kembali ketika dia melihat pria itu bangkit perlahan… berjalan menuju jendela, lalu mengangkat… sebuah sketsa.

Dari kejauhan, samar-samar, Hana bisa melihat coretan halus… bentuk jendela… daun-daun yang menempel… dan sosok perempuan berdiri di balik kaca.

Itu dia.

Dia menggambarnya.

Setiap hari.

Pria itu menatapnya sesaat. Lalu… tersenyum.

Dan untuk pertama kalinya sejak enam hari lalu… senyum itu menyapa pagi Hana.

Satu Senyum, Satu Dunia Baru

Hana tersenyum kembali, meski jantungnya berdebar kencang.

Ia mengambil papan itu lagi… dan menulis:

"Namamu siapa?"

Tapi sebelum dia sempat menunjukkannya, pria itu menghilang dari jendela.Langkah tergesa. Suara pintu terbuka.

Lima menit kemudian…

Lonceng kafe berbunyi.

Dan suara lembut menyapa dari balik pintu kaca:

"Namaku Adrian. Dan kamu… adalah alasan aku terus menggambar setiap pagi."

More Chapters