Ficool

Chapter 9 - Bab 8.5 : Pencarian “Tanda Luka” di Pasar Bawah.

Langit kotaThural menjelang malam berubah menjadi abu pekat. Udara dingin dan kabut tipis menyelimuti gang-gang sempit yang memisahkan dunia atas—yang terang dan resmi—dari dunia bawah yang dibisikkan dalam kode dan nama samaran.

Jainal melangkah menuju PasarBawah, lokasi yang bahkan peta kota tak berani menggambarnya. Ia menyusuri lorong belakang tempat pasar loak berakhir, menuruni tangga batu tua yang tersembunyi di balik gudang yang ditinggalkan. Aroma logam karat, anggur murah, dan sihir basi menyambutnya.

> “Tanda Luka,” gumamnya. “Orang-orang yang tahu sesuatu... karena mereka kehilangan sesuatu.”

---

PasarBawah tidak ramai. Tapi setiap langkah Jainal disambut pandangan mencurigakan. Di antara lampu kristal gantung yang berkelip lemah, para pedagang duduk diam tanpa menawarkan dagangan. Sebagian menjual potongan mesin, sebagian lagi sekadar menatap api lilin tanpa bicara.

Ia mendekati kios kecil yang menjual gulungan benang tua dan lembaran jubah bekas. Di balik kain, seorang wanita berusia sekitar empat puluh duduk dengan lengan tertutup kain hitam.

> “Aku mencari mereka yang memakai luka... bukan untuk belas kasihan, tapi untuk kebenaran.”

Kalimat itu ia ucapkan dengan nada datar—kode yang Rykel bisikkan sebelum mereka berpisah.

Wanita itu menatap tajam. Lalu tanpa berkata-kata, ia menyibak bagian bawah kain dagangannya, memperlihatkan lengan kirinya yang cacat—terbakar bekas rune sihir yang gagal, membentuk huruf mirip huruf Ψ terbalik.

> “Tanda Luka,” bisiknya. “Apa yang kau cari di bawah abu perang, Petualang?”

---

Mereka pindah ke ruangan belakang, melalui lorong sempit yang dindingnya dipenuhi catatan tulisan tangan dan gambar buram anak-anak. Beberapa dengan mata bercahaya, beberapa dengan simbol di kulit mereka. Semua... rusak. Semua korban.

“Dulu kami bagian dari program bantuan,” kata si wanita—memperkenalkan diri sebagai Sira. “Kami pikir eksperimen itu untuk menyembuhkan. Tapi mereka... menanam luka dan menyebutnya kekuatan.”

Ia menyerahkan gulungan kecil berisi dokumen:

Garis besar percobaan “Δ-Lambda”,

Daftar subjek hilang,

Dan fotokabur seorang anak laki-laki dengan mata gelap dan rambut acak—terlihat seperti anak yang kini berada di bawah perlindungan Jainal.

Jainal menggenggam kertas itu erat.

> “Ini dia...”

---

Tapi Sira menghentikannya.

“Ada yang harus kau tahu. Mereka yang bertahan dari eksperimen... bukan hanya korban. Mereka berubah. Beberapa... pecah dari dalam. Jiwa mereka patah, dan mereka memancarkan energi tak terkontrol.”

Ia memandang Jainal tajam.

“Jika anak itu menunjukkan tanda-tanda... kau harus siap memilih.”

> “Aku tidak akan memilih antara menyelamatkan atau membunuh,” jawab Jainal. “Aku akan mencari jalan ketiga.”

Sira menunduk. Bukan karena tunduk, tapi karena hormat.

> “Maka kau berbeda dari kami. Tapi hati-hati... mereka yang menyebut diri ‘Serigala’ juga pernah datang ke sini. Tiga minggu lalu. Mereka bertanya tentang anak-anak yang selamat.”

---

Sebelum Jainal pergi, Sira memberinya satu benda terakhir: medali logam kecil dengan simbol 03 dan λ di tengahnya.

> “Jika kau benar-benar ingin tahu dari mana semua ini berasal... medali itu adalah kunci untuk membuka pintu yang telah dikubur.”

“Pintu ke mana?”

“Ke tempat yang lebih gelap dari perang. Tempat mereka menciptakan senjata... dari jiwa.”

More Chapters