Ficool

Chapter 12 - Bab 12 - Jejak Dewa di Tulang Gunung

Gelap. Sunyi yang mencekam. Angin dingin menyelinap masuk di sela-sela reruntuhan batu besar, menggerogoti nyali siapa pun yang berani mendekat. Gohan Lee berdiri terpaku di tengah reruntuhan itu, dadanya membusung dan mata tajamnya menyapu setiap sudut. Tubuhnya yang basah oleh keringat dingin terasa berat, tapi jantungnya justru berdetak kencang.

"Apa... ini?" gumamnya pelan, jari-jari bergetar menyingkap tanah kering yang baru saja runtuh, memperlihatkan serpihan tulang besar berkilau hijau kebiruan.

Tulang naga.

Naga. Bukan sembarang naga. Ini adalah tulang naga purba yang dipercaya menyimpan rahasia dahsyat, warisan dari langit yang telah hilang sejak ribuan tahun lalu.

"Hah... akhirnya ketemu juga," desis Gohan sambil menatap tulang itu dengan campuran takut dan kagum.

Langkahnya pelan tapi pasti mendekat. Seakan-akan sesuatu yang tak terlihat memanggil, menariknya untuk menyentuh tulang itu. Perlahan, tangan Gohan menyentuh permukaan tulang yang dingin, kasar, dan berlumut.

Tiba-tiba!

Seberkas cahaya hijau memancar keluar, menyelimuti tangannya hingga ke lengan. Rasanya seperti ribuan jarum halus menusuk kulitnya, tapi sekaligus hangat dan penuh energi. Napasnya tersengal, tubuhnya gemetar hebat, dan seketika pandangannya memburam.

Dalam dadanya, darah dewa yang lama terpendam bereaksi, menembus pori-pori, membanjiri seluruh aliran darahnya.

"Argh...!"

Gohan menahan rasa sakit yang mencekam. Seolah-olah warisan langit ketujuh yang ada dalam dirinya sedang disedot, dihisap oleh tulang naga itu. Tapi bersamaan dengan rasa sakit itu, muncul gambaran—seperti peta, namun bukan peta biasa.

Garis-garis bercahaya membentuk sebuah rute, lengkap dengan simbol-simbol kuno berbahasa langit yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang mengalir darah dewa.

Matanya melebar.

"Apa ini... Zhongtian? Kota Langit Tengah?" suara hatinya bergema.

Tiba-tiba, di antara cahaya hijau itu, sebuah tulisan kuno muncul berpendar terang, menyala di udara tipis.

“Pengkhianatkan dirimu, selamatkan langit.”

Jantung Gohan berhenti sesaat. Kalimat itu berputar-putar dalam pikirannya, menusuk hingga ke tulang sumsum. Apakah ini pesan dari leluhur? Atau peringatan dari musuh yang menyamar sebagai sahabat?

"Apa maksudnya? Pengkhianat? Aku? Tidak mungkin...!" Desahan kecewa dan bingung terurai bersamaan. Namun, perasaan aneh mengganjal di dalam hatinya—ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertarungan hidup dan mati yang sudah lama mengintai.

Gohan mencoba mengingat semua kejadian yang menimpanya. Semua pengkhianatan, semua rahasia yang mulai terbuka. Apakah dia memang berada di jalan yang salah? Atau malah benar-benar harus mengkhianati sesuatu untuk menyelamatkan semuanya?

Namun, saat ia berusaha fokus, peta bercahaya itu mulai membara, tulang naga mulai retak dan serpihan api hijau mengepul di udara.

"Tidak!" Gohan melompat mundur, tapi sudah terlambat.

Dengan letupan dahsyat, peta itu terbakar sendiri, abu dan asap mengepul cepat menghilang bersama gemuruh aneh yang bergema ke seluruh lembah.

Namun, satu kata tersisa—tersisa dengan terbakar di udara dan terbakar dalam benaknya:

“Pengkhianat.”

Hook Tengah Bab (SEO-Friendly):

Kalimat itu seolah-olah bukan sekadar peringatan, tapi sebuah kutukan yang membelenggu nasib Gohan Lee. Di saat dunia kultivasi semakin kacau, dan sekte-sekte mulai menggerogoti keamanan langit, Gohan harus memilih antara setia pada darah dewa yang mengalir dalam dirinya atau menghancurkan dunia yang selama ini dipercaya sebagai rumah.

Dia, Pewaris Langit Ketujuh, kini berada di persimpangan terkelam.

Gohan berjingkat mundur, tubuhnya lemas, dada sesak oleh amarah dan kebingungan. Ia menundukkan kepala, merasakan tekanan luar biasa dari tanggung jawab yang teramat berat. Tapi suara hatinya terus bergema:

“Gohan, kamu bukan hanya bocah dungu dari Desa Langit Sepi lagi. Kamu adalah Pewaris... tapi pewaris apa sebenarnya? Dewa atau penghancur?”

Dia terpaku di sana, tubuhnya goyah, ingatannya tiba-tiba dipenuhi oleh wajah-wajah yang pernah ia percayai, janji-janji yang pernah diucapkannya, dan pengkhianatan yang tak pernah ia duga.

Tapi di dalam kegelapan itu, sebuah suara lain, jauh lebih pelan, membisikkan sesuatu yang membuat darahnya membeku.

“Jangan percaya siapa pun, bahkan dirimu sendiri.”

Gohan mengangkat kepala dengan cepat, tatapan tajam membelah kegelapan.

“Tunggu... suara apa itu?” gumamnya.

Tapi tak ada siapa pun selain angin yang berdesir pelan. Dan tulang naga purba itu... telah kembali sunyi, tertutup reruntuhan yang mulai bergerak menutupi rahasia dahsyatnya.

Dalam hati Gohan, api kebencian dan amarah mulai menyala.

Tiba-tiba, sebuah bayangan melesat dari belakangnya—bentuk sosok wanita dengan pakaian serba hitam, langkahnya ringan dan penuh rahasia.

“Gohan... kau masih bertahan?” suara itu lembut tapi dingin.

Gohan berbalik dengan cepat, menghadapi sosok itu, dan seketika, seluruh dunia seolah berhenti berputar.

“Yue Xiulan...” bisiknya. “Apa kau datang untuk menyelamatkanku... atau untuk menyerahkanku pada musuh?”

Gadis itu tersenyum tipis, mata berkilat misterius.

“Kau punya waktu sedikit. Sekte lain sudah bergerak. Bounty-mu membesar. Dan yang lebih buruk... mereka tahu jejakmu ke Zhongtian.”

Gohan menatap tajam. “Kalau begitu, kita harus segera pergi.”

Namun, suara dalam hatinya tetap bergaung, kalimat yang tak akan pernah hilang.

Pengkhianat...

Jejak dewa di tulang gunung bukan hanya petunjuk menuju kota langit. Ia adalah peringatan pertama bahwa dunia Gohan Lee mulai runtuh. Pengkhianatan, kebenaran yang terbalik, dan nasib yang digantungkan pada pedang emas langit kini siap membuka babak baru dalam perjalanannya.

Tapi siapkah ia menghadapi bayangan gelap dari masa lalu—dan apa harga yang harus dibayar jika ia benar-benar menjadi pengkhianat?

Ketika peta terbakar, hanya satu kata yang tersisa. Dan kata itu... bisa menghancurkan segalanya.

More Chapters