Ficool

Chapter 8 - Ch. 08

Selain Jay sangat tampan, dia juga merupakan salah seorang tuan muda dari keluarga yang cukup terpandang dan terhormat di Kota Perwada.

Meskipun saat ini kedudukannya dalam Keluarga Wijaya masih tak jelas, tetapi bukan tidak mungkin jika masa depannya secemerlang bintang di langit malam.

Gadis seperti Nina, jelas sangat menginginkannya. Ini bahkan seperti mimpi di siang hari.

"Nina, apakah kamu tidak mendengar pertanyaanku baru saja?" Jay mulai merasa tak suka atas sikap Nina yang masih mematung seperti pajangan manekin di toko-toko busana. "Maukah kamu menjadi istriku?"

Nina merasa bingung. "Aku ...."

"Bos, sejujurnya aku bingung dengan semua ini," ujar Nina dengan muka memerah.

"Mengapa harus bingung? Bukankah maksudku sudah sangat jelas?" tanya Jay dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak.

Kenzo yang diam-diam naksir Nina merasa jika Jay sedang berusaha merebut buruannya. Ia lantas memberanikan diri untuk bertanya, "Bos, apa Bos serius akan menjadikannya istri?"

"Ya," tegas Jay, wajahnya tampak serius.

"Tapi, Bos, sepertinya Nina merasa keberatan." Kenzo berharap Jay hanya sedang bercanda. "Lihat, Nina bahkan tidak menjawabnya."

Semua orang menoleh ke arah Nina yang sedang membeku di tempat. Mereka mengira kalau gadis itu merasa keberatan dengan keputusan Jay yang terlalu mendadak ini.

Nina sendiri sedang terlalu bahagia sampai-sampai dia tidak sanggup berkata-kata. Gadis itu hanya berdiri mematung dengan jantung berdebaran.

Jay kembali menatap Nina. "Nina, apakah kamu merasa keberatan untuk menjadi istriku?"

Nina menggeleng. "Bos, sebenarnya aku ...."

Jay mengangkat telapak tangannya. "Lima puluh juta untuk semalam."

Lima puluh juta untuk semalam?

Semua orang dibuat melongo.

"Oh, seratus juta untuk semalam," tandas Jay, dan ucapannya kembali mengejutkan banyak orang.

Seratus juta! Bukankah ini gila?

Orang-orang terbengong, sedangkan Nina hatinya kian bertalu-talu. Ternyata Bos sangat menghargainya!

Dada Kenzo terasa terhimpit bukit sampai ingin muntah darah.

Semua orang dalam ruangan itu saling berpandangan dan mulai bertanya-tanya ada apa dengan isi kepala bos mereka.

Jelas-jelas Kenzo yang selama ini selalu berusaha keras untuk mendapatkan Nina, tapi mengapa sekarang Jay berpikir untuk menjadikan Gadis itu istrinya?

"Apa maksudmu, Bos?" Kenzo mulai frustrasi. "Apakah Bos bermaksud menikahi Nina secara resmi dan uang senilai seratus juta itu akan digunakan sebagai maharnya?"

"Menurut kalian, bagaimana?" Jay justru balik bertanya.

"Tapi, Bos, bukankah ini sangat terburu-buru?" tanya Nayaka, dengan ekspresi bingung.

Jay menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan sedikit keras. Katanya, "Justru karena sedang terburu-buru itulah makanya aku meminta Nina agar mau menjadi istri pura-puraku untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun kakekku."

Deg!

Mendengar jawaban Jay, hati Nina seketika hancur bak serangkai lampu kristal yang jatuh dari ketinggian. Gadis itu terhuyung lemas, tulang-tulangnya seakan baru saja dilepas dari dalam tubuhnya.

'Ternyata tak seindah mimpi.' Nina menangis dalam hati.

"Nina, bagaimana?" Jay mengulangi pertanyaannya yang masih tidak mendapat jawaban. "Kalau kamu tidak mau, maka aku akan mencari orang lain yang bersedia bermain peran."

Nina mengusap keringat dingin yang mengalir di pelipisnya. Meskipun sebenarnya dia merasa sangat kecewa, tapi gadis itu harus bersikap profesional dan mengesampingkan kepentingan pribadi serta menyembunyikan perasaannya rapat-rapat.

Nina mengangguk. "Baik. Aku bersedia, Bos."

Saat ini, seharusnya mereka memang hanya fokus kepada rencana yang akan mereka jalankan dalam waktu dekat. Masalah hati, itu tidak terlalu penting.

Mendengar jawaban Nina, Jay tersenyum puas. Ia lalu berkata, "Kalau begitu, kita susun rencana berikutnya."

More Chapters