Ficool

Chapter 2 - Ch. 02

Di sisi lain, masih di dalam Hutan Sawo Alas.

Serumpun semak belukar bergerak-gerak akibat baru saja disusupi seseorang yang berlarian menerobos gerimis deras dan masuk begitu saja ke Hutan Sawo Alas yang terkenal angker.

"Ternyata mereka semua memang mengejarku!" seru pemuda yang bersembunyi di balik rimbun semak belukar. Ketakutan dan kedinginan akibat siraman air hujan telah membuat tubuh basah kuyupnya gemetaran, seakan membeku di tempat.

"Mengapa mereka semua mengejarku?" Pemuda itu berbisik dengan suara lemah dan bergetar.

Ketakutan benar-benar telah mencengkeram perasaan anak muda tersebut, hingga wajah tampan dan manis miliknya semakin tampak pucat pasi dengan badan menggigil.

"Pa--paman, to--tolong A--aku! Aku takut!" Anak muda lelaki itu merintih dalam ketakutan sambil memeluk lututnya. "Paman! Ampuni aku yang sudah melanggar larangan Paman An Se!" Pemuda belia itu terus bergumam dalam ketakutan.

"Di mana dia?"

Suara seorang pria bernada kasar dan dingin yang sekali lagi berhasil mengejutkan pemuda belia yang sedang menggigil ketakutan di balik rimbun semak.

Suara lain menyahut, "Sepertinya tadi dia lari ke tempat ini!"

"Kalau begitu cepat periksa dan jangan biarkan pemuda itu lolos!" seru sang pemimpin, tegas.

"Siap!"

Puluhan sosok-sosok misterius berjubah hitam segera menyebar tanpa memedulikan derasnya hujan. Gelegar halilintar juga diabaikan. Para pemburu ini hanya ingin menemukan pemuda yang telah terdeteksi oleh pimpinan mereka sebagai pemilik tanda khusus di dalam tubuhnya. Hal itu pulalah yang membuat mereka dengan sangat mudah menemukan sang buruan.

"Celaka! Bagaimana ini?" Pemuda berusia enam belas tahun yang masih bersembunyi, berseru dalam hati. "Dewa, tolong aku!"

"Paman! Paman An Se, tolong aku!" Anak lelaki muda itu hanya bisa meratap dan menyebut sang paman dalam hati sambil mencucurkan air mata.

Sosok-sosok berjubah hitam masih terus mencari buruannya dengan tanpa bersuara, walaupun mereka semua harus bermandikan hujan di senja hari.

Entah siapa, dari mana mereka berasal, dan apa maksud tujuan orang-orang misterius itu memburu anak muda yang semula sedang dalam perjalanan pulang lalu tersesat di Hutan Sawo Alas.

Salah seorang pria berjubah tiba-tiba mendekati semak-semak tempat di mana si anak muda lelaki itu bersembunyi.

Sosok tubuh tinggi besar itu sudah serupa hantu bagi si anak muda dan sialnya lagi, pria berjubah hitam tampaknya tidak akan menyurutkan langkahnya.

"Jangan! Jangan temukan aku!" Si anak muda berbisik lirih, nyaris tak terdengar oleh telinganya sendiri. "Jangan mendekat ke mari, kumohon!"

Si anak muda lelaki memejamkan kedua matanya sesaat, lalu mengintip lelaki berjubah hitam dari celah dedaunan yang basah.

Ketegangan benar-benar seperti hendak membunuhnya saat ini juga. Tubuh lemahnya semakin gemetar dengan detak jantung yang terus berdetak cepat.

"Mungkin ... dia ada di dalam semak-semak ini?" gumam sosok berjubah hitam sambil menusukkan ujung pedangnya hingga berulang kali ke dalam semak belukar. "Kamu tidak akan bisa lolos lagi, Bocah Sialan!"

"Aaa!" Suara pekikan kecil dalam bungkaman telapak tangan si anak muda berhasil mengekspos keberadaan sang anak muda, ketika ujung pedang menembus rimbun semak dan nyaris menusuk salah satu matanya.

Anak muda di dalam semak merasa lega karena matanya masih selamat. Ia hanya mampu berkata dalam hati. "Untunglah tidak mengenai biji mataku!"

Pria berjubah tiba-tiba mendengar suar gemerisik benda-benda yang saling bergesekan. "Suara apa itu?"

"Sepertinya aku mendengar suara aneh di sini." Lelaki berjubah sibuk mencari sesuatu.

Anak muda di balik rimbun semak semakin ketakutan.

Pria berjubah hitam yang basah kuyup itu melihat suatu pergerakan dan langsung menebaskan pedangnya ke arah rerimbunan semak tersebut dan seekor ular hitam belang kuning sebesar batang pohon tebu pun tersangkut di ujung pedangnya dalam keadaan sudah mati.

"Hanya seekor cacing rupanya." Pria berjubah langsung melemparkan bangkai ular secara sembarangan.

'Ha--ham ... hampir saja!' Anak muda lelaki berseru dalam hati dengan napas tertahan.

Kali ini, si anak muda selamat dari seekor ular yang diam-diam sedang mengincarnya. Binatang itu merasa terganggu oleh kehadiran mahluk lain dalam semak belukar tempat istirahatnya.

'Terima kasih, Saudara Ular, kamu sudah menyelamatkanku!' bisik pemuda itu dalam hati.

Napas pemuda itu terengah-engah, akibat rasa panik yang tiada tara. Keringat dingin mengalir dan bercampur dengan air hujan. Tubuh basah kuyupnya semakin menggigil ketakutan, hingga suara sengalannya terdengar jelas.

"Suara apa lagi itu?" Sosok pria berjubah hitam merasa curiga sambil menebas berulang kali dedaunan kecil hingga beterbangan.

Tentu saja, pemuda itu menjadi semakin ketakutan dan tubuhnya terjengkang ke belakang akibat dari rasa kagetnya. Akan tetapi, dia juga tidak ingin tertangkap tanpa melakukan suatu usaha.

Dia pun segera bergerak dengan cepat keluar dari persembunyian, untuk kemudian lari semampu dia bisa, dan terus pergi sejauh-jauhnya dari tempat tersebut.

Namun naas, sosok berjubah hitam lainnya melihat pergerakan bocah lelaki yang sudah mulai merasa tidak enak pada salah satu bagian tubuhnya.

"Sakiiiiit!" Si lelaki muda tiba-tiba saja meringis, memegangi bagian perutnya yang terasa sangat sakit.

Ia pun hanya bisa mengeluh dan bertanya dalam hati. "Apa lagi yang terjadi denganku? Mengapa sakit ini datang pada saat yang sangat tidak tepat?"

"Sakit! Perutku sangat sakit!"

More Chapters