Bab 35 – September 2015: Dua Tangisan Baru di California
Suasana pagi di Cedars-Sinai Medical Center, California, hangat dan dipenuhi antisipasi. Di ruang bersalin, Clarissa terbaring dengan tangan Arvid menggenggam erat jari-jarinya. Raut wajahnya lelah, namun matanya penuh semangat.
> Clarissa (bernapas cepat, tersenyum tegang):
"Kalau dua-duanya suka nangis keras, itu warisan dari kamu, ya…"
> Arvid (tertawa gugup):
"Kalau mereka pintar dan cantik, itu pasti dari kamu. Tapi kalau mereka keras kepala... yah, mungkin dari Milim."
Tak lama kemudian, terdengar tangisan nyaring—dua tangisan. Seorang perawat membawa keluar dua bayi mungil, satu laki-laki dan satu perempuan, lengkap dengan pipi kemerahan dan rambut hitam tipis.
> Perawat (tersenyum):
"Selamat, kalian resmi jadi orang tua dari bayi kembar. Sehat dan sempurna."
Arvid nyaris tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. Clarissa pun menitikkan air mata, tak menyangka kebahagiaan ini begitu nyata.
---
Milimnava dan Keluarga Nava: Sambutan Penuh Kegembiraan
Satu jam kemudian, di ruang keluarga rumah sakit…
Milimnava sudah duluan melompat ke dalam ruangan sambil membawa balon bertuliskan "DOUBLE BLESSING!"
> Milim (berteriak):
"YA AMPUUUN! Dua? SERIUS DUA?! Wah, ini pasti karena gen genius dari aku juga kebawa!"
Ia langsung menangis terharu, lalu memeluk Clarissa dan Arvid bergantian, lalu menatap kedua bayi kembar itu.
> Milim:
"Yang cewek harus jadi animator! Yang cowok jadi programmer! Atau sebaliknya. Biar balance."
Tak lama, William James Nava dan Lyra masuk menyusul. Wajah mereka terpana saat melihat bayi kembar itu di pelukan Clarissa dan Arvid.
> William (tertegun):
"Astaga… mereka kecil sekali… Tapi kenapa hatiku langsung terasa penuh ya?"
> Lyra (tersenyum sambil menyentuh tangan William):
"Kamu ngerasa kayak gitu juga? Aku... aku jadi kepikiran sesuatu."
William memalingkan pandangan ke Lyra, senyum merekah di wajahnya.
> William:
"Maksudmu…?"
> Lyra (menatapnya serius):
"Ayo kita nikah, Will. Nggak perlu pesta besar. Aku mau kita punya sesuatu seperti mereka."
Suasana hening sejenak, lalu Milim tiba-tiba memecah keheningan dengan:
> Milim (teriak kencang):
"AKHIRNYAAAA! DUA PASANGAN RESMI DALAM KELUARGA INI!"
> Clarissa (tertawa pelan sambil menggendong bayinya):
"Dan dua bayi baru… si cantik dan si jagoan kecil."
---
Pernikahan William James Nava dan Lyra
Lokasi: Taman dalam SkyBit Private Estate, California
Tanggal: 4 Oktober 2015
Seperti yang diminta Lyra, pernikahan berlangsung sederhana. Hanya dihadiri keluarga dekat, teman kuliah, dan beberapa rekan dari dunia bisnis serta karyawan lama bitwhale dan bitcapital. Tanpa gaun mewah, tanpa sorotan media, hanya suasana hangat di bawah langit senja dan dentingan piano.
Lyra mengenakan gaun putih gading sederhana, rambutnya dikepang elegan. William mengenakan jas biru tua dengan pin kecil bergambar bit yang ia rancang sendiri.
Tamu yang hadir meliputi:
Rhea dan pacarnya Lio, yang kini menjadi kepala pengembang bitwhale AI Labs.
Elias, yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi bitToken, proyek sistem tokenisasi aset digital Nava Group.
Eliav, CEO SatoshiFilm, yang datang dengan naskah baru di tangannya dan senyum penuh arti.
> Eliav (berbisik ke William):
"Setelah hari ini, film kita butuh bab baru. Keluarga bukan cuma cerita, tapi realita."
Saat mereka bertukar janji, suara tangis kecil dari Keiran terdengar dari pangkuan Clarissa di baris depan. Semua tertawa kecil.
> Milim (berbisik ke Arvid):
"Kita tinggal tunggu siapa selanjutnya… Aku? Elias?"
Arvid hanya mengangkat alis sambil melirik Elias, yang sedang sibuk memeriksa notifikasi harga bitToken dari jam tangannya.
> Arvid:
"Kayaknya dia udah nikah sama chart grafik…"
---
Lokasi: SkyBit Private Estate, California
Tanggal: Beberapa Hari Setelah Pernikahan William dan Lyra
Pagi itu, suasana masih penuh kebahagiaan setelah pernikahan William dan Lyra. Namun, sebuah berita yang sangat mengejutkan tiba-tiba datang dari Arvid Lane Nava yang masuk dengan ekspresi serius. Ia membawa sebuah amplop besar yang tampaknya berisi berita yang akan mengubah suasana.
> Arvid (dengan suara tenang):
"Aku baru saja menerima surat dari keluarga Shorenstein… mereka ingin melamar Milim."
Seketika, semua yang hadir berhenti berbicara dan menatap Arvid dengan tatapan penasaran. Keluarga Shorenstein, yang dikenal sangat berpengaruh dalam dunia media dan real estate, tiba-tiba menjadi pembicaraan utama di ruang tamu.
> Milim (terkejut):
"Apa?! Lamaran? Buat aku?!"
> Arvid (membuka amplop dengan hati-hati):
"Ya, mereka ingin menawarkan pernikahan. Anak mereka yang berumur 25 tahun jatuh cinta pada kecantikanmu dan terobsesi denganmu. Mereka sudah menyiapkan proposal ini untuk keluarga kita."
Semua mata tertuju pada Milim yang tiba-tiba terdiam. William, yang sedari tadi duduk dengan Lyra di sebelahnya, mengernyitkan dahi.
> William (berbisik pada Lyra):
"Ini gila… Mereka tahu betul bagaimana cara memulai cerita."
Lyra hanya mengangguk, namun jelas ada ketegangan di matanya.
> Milim (dengan suara bingung):
"Aku tidak tahu... aku nggak siap. Ini terlalu cepat. Aku nggak mau dipaksa dalam perjodohan seperti ini!"
> Arvid (dengan lembut, mencoba membujuk):
"Aku paham. Tapi ini bukan sekadar perjodohan. Keluarga Shorenstein sangat berpengaruh, dan dengan hubungan ini, kita bisa memperluas pengaruh Nava Group di berbagai bidang. Mereka juga menawarkan banyak keuntungan bagi kita. Aku hanya ingin kamu mempertimbangkannya."
Milim menghela napas panjang, matanya memandang ke bawah, memikirkan apa yang harus dilakukan. Namun, tak lama kemudian, William yang duduk lebih jauh dari mereka, tiba-tiba bersuara.
> William (dengan suara tegas):
"Aku rasa kita tidak bisa membuat keputusan sepihak. Milim, kalau kamu tidak siap, tidak perlu terburu-buru. Aku rasa lebih baik kita mengundang mereka ke sini, mengenal satu sama lain lebih dulu. Kalau mereka serius, pacaran dulu. Kita tidak perlu langsung berpikir tentang pernikahan."
Milim menatap William dengan terkejut, seolah tidak menyangka bahwa dia akan mengusulkan hal tersebut.
> William (melanjutkan):
"Mereka harus tahu, kita tidak bisa dipaksa begitu saja. Kita harus membangun hubungan ini dengan baik dan perlahan. Kalau mereka benar-benar ingin tahu lebih banyak, mereka bisa mulai dengan mengenalmu, bukan langsung menikah."
> Lyra (mengangguk setuju):
"Betul. Keluarga Shorenstein harus memahami bahwa ini bukan keputusan yang bisa dipaksakan begitu saja. Kita harus bicara lebih lanjut, kenali dulu satu sama lain."
Arvid merenung sejenak, seolah mempertimbangkan saran William. Setelah beberapa detik, ia akhirnya mengangguk.
> Arvid (dengan nada lembut):
"Baiklah, kalau itu yang kalian rasa terbaik. Kita akan undang keluarga Shorenstein dan mereka bisa mengenal Milim terlebih dahulu. Tapi aku harap ini bisa membawa kita ke arah yang lebih baik."
Milim terlihat sedikit lega, meskipun masih cemas tentang apa yang akan terjadi.
> Milim (berbicara lebih tenang):
"Aku akan coba untuk mengenal mereka lebih dulu, tapi aku nggak mau ada tekanan."
> Arvid (tersenyum):
"Tentu, Milim. Kita tidak akan memaksamu."
Dengan saran dari William dan Lyra, akhirnya keluarga Shorenstein akan diundang untuk berkunjung dan memperkenalkan diri lebih jauh, dengan harapan bahwa hubungan mereka bisa dimulai dengan baik dan tanpa tekanan besar.
---
Lokasi: Private Hall, BitWhale Headquarters – California, 2015
Hari itu langit cerah, tetapi suasana di ruang pertemuan utama BitWhale terasa tegang. Sebuah pertemuan besar telah dijadwalkan: keluarga Nava, yang sedang naik daun dan mulai dilihat sebagai kekuatan baru di dunia teknologi dan investasi, akan bertatap muka dengan salah satu keluarga tertua dan paling berpengaruh dari Amerika Serikat: keluarga Shorenstein.
Di ruangan itu, duduk dengan tenang namun penuh wibawa:
Arvid Lane Nava, dengan jas gelap dan dasi merah, mewakili otoritas.
William James Nava, mengenakan setelan modern, tetapi dengan ekspresi keras dan tajam.
Milimnava, duduk di samping mereka, dengan pakaian formal berwarna putih gading yang menunjukkan keanggunannya.
Lyra, yang mendampingi William, tenang dan anggun, tetapi dengan mata yang awas.
Mereka tidak sendirian. Di sisi lain meja panjang itu duduk keluarga Shorenstein, yang dipimpin oleh:
Joseph Shorenstein, pria karismatik berusia 60-an, pendiam namun penuh perhitungan.
Naomi Shorenstein, istrinya, penuh dengan gaya ala sosialita New York.
Dan di samping mereka, pria berumur 25 tahun, calon pelamar Milim: Benjamin Shorenstein.
> Arvid (membuka pembicaraan dengan suara rendah namun tegas):
"Kami menghargai kedatangan keluarga Shorenstein ke markas kami. Namun, kami ingin memulai dengan satu hal yang perlu kami tegaskan. Keluarga Nava tidak menerima tekanan pernikahan atas nama politik, bisnis, ataupun reputasi."
> William (menambahkan, dengan tatapan menusuk):
"Kami tidak sedang menjual siapa pun di meja ini. Kami membicarakan hidup saudara kami, Milim. Dan untuk itu, ada garis yang tidak bisa dilanggar."
Joseph mengangguk pelan. Ia tahu, keluarga Nava sedang menunjukkan bahwa mereka bukan pion baru yang bisa dikendalikan. Naomi Shorenstein membuka suara terlebih dahulu, mencoba mencairkan suasana.
> Naomi:
"Kami memahami posisi keluarga Nava. Dan kami sendiri… sebenarnya terkejut melihat Benjamin begitu keras kepala soal ini. Tapi cinta memang kadang mengubah arah seseorang."
Benjamin, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. Suaranya terdengar gugup namun jujur.
> Benjamin:
"Aku tahu ini aneh. Tapi aku mengikuti perkembangan Milim sejak kuliah—kami punya banyak mutual di dunia akademik. Aku tahu kalian mungkin mengira aku hanya terobsesi. Tapi... aku benar-benar kagum dengan dia."
> Milim (pelan, dengan nada hormat tapi tegas):
"Benjamin, aku menghargai keberanianmu. Tapi aku bukan orang yang bisa menikah tanpa mengenal pasangannya. Aku butuh waktu, dan aku butuh kebebasan memilih."
Terdengar keheningan. Namun, Joseph akhirnya mengangguk sambil menyilangkan tangan di depan dada.
> Joseph:
"Maka kami usulkan... untuk membatalkan secara formal niat pernikahan dan menggantinya dengan niat pengenalan dan hubungan terbuka. Tanpa tekanan. Kami juga bersedia menjajaki kerja sama teknologi antara perusahaan Shorenstein Media dan BitCapital."
Arvid mengangguk pelan.
> Arvid:
"Kerja sama bisa kita bahas lebih lanjut. Tapi ini keputusan pribadi, dan kami tidak ingin ada motif tersembunyi. Kami menerima proposal hubungan itu... jika Milim setuju."
Milim menatap Benjamin dengan senyum singkat, lalu mengangguk.
> Milim:
"Kalau kamu memang tertarik mengenal lebih jauh, kita bisa mulai dari ngobrol. Bukan dengan cincin."
Pertemuan itu akhirnya berubah dari penuh ketegangan menjadi pertemuan hangat dua keluarga dengan latar belakang yang sangat berbeda. Uniknya, Benjamin ternyata memiliki ketertarikan besar pada dunia blockchain dan crypto.
> Benjamin (antusias):
"Sebenarnya, aku sedang menulis tesis pribadi tentang struktur ekonomi desentralisasi. Ayahku tidak suka bitcoin, tapi aku percaya teknologi itu akan menjadi tulang punggung dunia baru."
> William (dengan senyum sinis):
"Ironis. Putra keluarga sistem lama percaya pada kebebasan sistem baru."
> Benjamin (tersenyum malu):
"Mungkin aku anak durhaka... atau hanya realistis."
Pertemuan itu ditutup dengan makan malam kecil di lounge pribadi BitWhale. Keluarga Shorenstein dan Nava mulai membangun kedekatan yang tak terduga. Meski sejarah dan prinsip mereka berbeda, mereka sama-sama memahami satu hal: dunia sedang berubah, dan mereka perlu memilih, apakah akan saling menentang... atau tumbuh bersama.
---