"siapa namanya?" tanya Karina balik dia seperti kenal dan familiar dengan nama yang baru diucapkan oleh sahabatnya.
"Anita."
Anita? seperti nama Mamanya Erlan?
'ga mungkin Mama Erlan selingkuh dengan Papa nya Maura. ga mungkin!' batin Karina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Maura yang sadar akan sikap aneh Karina langsung menyenggol lengan nya. "lu kenapa? kenal?"
gugup. ia tidak tahu harus jujur atau tidak kepada Maura soal ia yang mengenal Anita dia cuma takut kalau salah dan berujung fitnah nantinya bahkan, gara-gara dia bisa saja semua akan berantakan dan akan semakin hancur.
"gua engga kenal."
itu yang terbaik. tunggu dia mencari tahu dulu baru dia jujur kepada Maura agar tidak terjadi fitnah.
sementara, di lain sisi ada Gio, Mama dan Papa.
"ngapain Papa berada disini? selingkuhan Papa berada dimana emang nya?" ucap Gio dengan terang-terangan dia sudah muak bolak-balik dibohongi dengan janji manis yang keluar dari mulut Papa nya. dia yang tahu kalau Mama nya menderita, hancur, sedih dan terus-terusan merasa insecure.
"apa yang kamu katakan?"
Gio terkekeh lalu tersenyum sinis. Papa nya pikir kali ini dia bisa dibohongi? haha, tidak, tidak akan pernah lagi.
"PAPA SELINGKUH DENGAN ANITA."
teriakan Gio cukup membuat Papa nya menganga tidak percaya sementara Mama? dia hanya tersenyum sinis dan menikmati tontonan yang ada didepannya. selama ini dia juga cape berpura-pura baik baik saja di depan semua orang, di depan anak-anaknya.
"kamu cuma salah paham Gio,"
"aku salah paham?"
Gio langsung mengeluarkan ponsel nya dan memutarkan pesan suara yang ia rekam kemarin saat berada di Kafe. suara Papa dan wanita itu langsung terdengar dengan sangat jelas. dan tentu, membuat Papa nya kaget bukan kepalang.
"dari mana kamu mendapatkan suara itu?"
"HAHAHAHA" Gio langsung tertawa dengan keras demi menahan sesak di dada. sebenarnya, dia sedih melihat keluarga nya yang sudah benar-benar hancur apalagi melihat kondisi Mama nya.
dia menatap Mama nya yang tersenyum tipis sambil menatap Gio dan menggenggam erat tangan Gio untuk saling menguatkan satu sama lain.
"sekarang mau Papa gimana? mau menceraikan Mama? dan menikahi wanita yang sangat Papa cintai walaupun dia sudah berkhianat."
"itu bukan urusan kamu Gio."
"tentu saja itu urusan Gio karena Gio engga mau melihat Mama terus-terusan sedih gara-gara Papa yang tidak pernah bersyukur."
plak!
satu tamparan mengenai pipi Gio. kejadian itu spontan membuat emosi Mama nya semakin naik dia sudah mencoba menahan namun, melihat anak nya di kabari dia tidak terima.
"JAGA TANGAN KAMU MAS! DIA ANAK AKU." teriak Mama dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan menahan tangis.
"anak kamu? dia anak aku juga."
"Gio dan Maura cuma anak aku. apa pernah kamu mengurus mereka Mas? pernah kamu mengajak mereka bermain layaknya seorang Papa kepada anak-anaknya? semua yang melakukan itu cuma aku. jadi jangan pernah kamu menyentuh atau menyakiti anak anak aku Mas!"
terdiam.
Reno cuma mampu berdiam diri dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah. urat-urat yang sudah tegang dan keringat berada dimana-mana menandakan Reno benar-benar sangat emosi untuk saat ini.
"kamu silahkan keluar dari ruangan aku Mas dan aku akan cepat-cepat mengurus surat perceraian kita." putus Mama nya kali ini pilihan itu sudah benar-benar ia pikirkan dari sebelumnya.
masalah anak? saat ini anak-anak nya sudah dewasa dan sudah mengerti tentang apa yang saat ini terjadi. jadi, sudah tidak ada alasan untuk mempertahankan rumah tangga mereka yang memang dari awal sudah hancur.
"baiklah, aku akan pergi."
saat membuka pintu keluar, Maura dan Reno bertatapan. Reno yang tadinya emosi kini berubah menjadi gugup menatap wajah anak perempuan nya. dia sayang kepada Maura.
"sudah puas nyakitin Mama aku?"
diam. semua yang berada disana menatap Maura dengan tatapan yang sulit diartikan.
"kenapa Papa ngelakuin hal yang membuat keluarga kita hancur? Papa engga pernah bersyukur memiliki Mama."
"maafin Papa nak, ini kesalahan Papa."
Maura menatap Papa nya lalu tersenyum sinis. "ini memang kesalahan Papa dan wanita j4lang itu!" umpatan dari Maura membuat mereka semua tidak percaya. Maura tidak pernah berkata kasar kalau di rumah dia selalu lembut dan tidak banyak menuntut.
Reno langsung bersujud di kaki Maura. "maafkan Papa sayangg, maafkan Papa nak"
Maura mundur dua langkah ke belakang dan duduk untuk menyatarakan sang Papa nya.
"aku benar-benar kecewa sama Papa. Maura pikir Papa orang yang terbaik sedunia bahkan, Maura selalu memaklumi kesibukan Papa diluar sana karena Papa udah cape cari uang buat nafkah tapi ternyata? HAHAHA PAPA SELINGKUH." ucap Maura dengan suara yang bergetar.
hancur.
dia pergi meninggalkan semuanya dan berlari kencang keluar Rumah Sakit untuk menenangkan pikirannya.
"jangan dikejar, biar aku saja." ucap Gio yang langsung berlari menyusul adik perempuannya. Gio tahu kalau Maura sangat terluka karena kejadian ini benar-benar secara yang tiba-tiba.
"gimana Mas, ini yang kamu mau kan? melukai hati anak-anak kamu demi wanita pertama yang kamu cintai. berbahagialah dengan dia Mas, tolong jangan ganggu kehidupan kami lagi."
Reno menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan. ada apa dengan perasaannya? Reno yang tadinya tidak perduli dengan keluarganya kini tiba-tiba tersentuh dan merasakan sakit melihat anak perempuannya hancur.
dia melangkah keluar dengan langkah pelan dan tidak bertenaga menatap dengan tatapan kosong dan terus berjalan dengan pikiran yang berkecamuk. penyesalan, memang selalu ada diakhir dan saat ini Reno sedang mengalami penyesalan.
TAMAN FLORA,
tempat ini satu-satunya yang Maura datangi kalau sedang kacau dengan hati dan perasaannya. dia selalu datang ke taman ini dan duduk dengan lamunan yang menurut nya bisa membuat ketenangan dan melupakan masalah sesaat.
"Maura, come here and hug me bro."
dia duduk disamping adiknya dan memeluk Maura dengan sangat erat sambil mengelus-elus kepala adiknya dengan lembut.
"nangis sekencang mungkin dek, ada abang yang selalu ada buat kamu."
Maura menuruti perkataan Gio. dia menangis dengan sekencang mungkin sambil memukul punggung abang nya berulang-ulang kali. Gio menahan rasa sakit itu agar adik nya lega mengeluarkan semua emosi dan kesedihan nya.
"MAURA BENCI PAPA!"
"Maura udah mencoba buat engga nuntut ini itu sama dia tapi apa yang aku dapatkan? dia bahkan engga pernah tau apa yang Maura alami disekolah karena Papa engga pernah mau tau. dia jahat kan Abang? Papa sangat jahat kan?" ucap Maura disela-sela tangisnya.
Gio mengangguk dan terus menenangkan Maura.
"aku engga sekuat itu Bang,"
"kenapa berbicara seperti itu? kamu adik Abang yang selalu Abang percaya buat melakukan segala hal. kamu mau menyerah?" Gio bertanya dan langsung dijawab anggukan kecil oleh Maura.
"terus kalau Maura nyerah, Mama sama siapa?"
Maura terdiam sejenak lalu mengatur napasnya secara perlahan. "aku lupa masih ada Mama yang masih sayang sama Maura."
"eit, jangan lupakan ada Abang dan Karina juga yang masih sayang dan peduli sama Maura."
dia terkekeh dan memeluk erat Gio. setidaknya, di dunia ini masih ada Mama, Gio dan juga Karina alasan dia untuk bertahan di dunia yang penuh misteri dan cobaan yang datang entah dari mana saja.
Erlan? apakah dia juga alasan Maura untuk bertahan? ntahlah, Maura juga bingung pada perasaan nya yang tidak kunjung hilang bahkan makin hari ia makin mencintai Erlan. cegil!
***
saat ini Erlan mencoba menghubungi nomor Maura namun, tidak ada jawaban dari Maura bahkan sekarang nomor ponsel nya sedang tidak aktif. karena panggilan masih belum terjawab ia beralih untuk menelpon Karina, sahabat Maura.
cuma itu cara terakhir agar mengetahui bagaimana keadaan Maura saat ini. dia belum sempat meminta maaf soal kejadian tadi siang.
panggilan terhubung dan diangkat oleh Karina.
"kenapa Lan?" tanya Karina di sebrang sana. dia cukup kaget karena tiba-tiba seorang Erlan menelpon dirinya Erlan memang tidak dekat dengan murid perempuan di Nusa Bangsa kecuali yang memang penting saja.
"gua boleh nanya tentang Maura?"
Karina terdiam sejenak lalu menghela napas, "buat apa? bukannya lu udah nyuruh Maura buat jauh-jauh dari lu ya Lan?"
"iya. gua mau minta maaf sama dia dan, gua mulai jatuh cinta sama Maura."
SUMPAH?
mimpi apa Karina mendengar pengakuan dari cowo galak dan super cuek ini? OMG, INI ADALAH MOMEN YANG SANGAT LANGKA.
"lu beneran cinta atau cuma main-main doang?" Karina bertanya sekali lagi hanya untuk memastikan perasaan Erlan kepada Maura karena, dia tidak mau melihat sahabatnya hancur untuk yang berkali-kali.
sudah cukup dia melihat Maura kacau pada saat siang tadi dan dia tidak mau melihat untuk yang kesekian kalinya.
"mungkin bagi lu itu cuma main-main tapi bagi gua itu benar-benar nyata. gua baru sadar saat Maura menjauh dan menghindar ada perasaan yang hilang dan rasa yang sulit untuk dijelaskan."
"Maura sedang kacau gua gabisa ngasih tau alasannya karena itu cukup privasi. kalau lu emang mau ketemu sama dia, temui Maura di Rumah Sakit tempat Mama nya dirawat."
"gua bakal kesana sekarang."
perasaan Erlan langsung berubah menjadi khawatir ia takut kalau Maura mengalami masalah yang besar dan saat ini, dia mau ada disamping Maura untuk menebus semua kesalahannya.
"makasih yaa Rin, gua pamit." setelah berkata ia langsung mematikan panggilan tersebut dan langsung bergegas ke Rumah Sakit.
"kamu mau kemana Erlan malam malam kaya gini."
dengan spontan, Erlan langsung menghentikan langkah nya dan menghampiri Mama nya yang sedang berada dimeja makan.
"aku mau ke Rumah Sakit Mah," pamit Erlan.
"temen kamu sakit? atau malah kamu yang sakit? ayo biar Mama temenin ke Rumah Sakit."
"engga usah Mah, Erlan bisa sendiri kok. lagi pula Erlan baik-baik aja aku cuma mau jenguk Mama nya teman aku yang sedang sakit."
"ohh begitu, baiklah kalau seperti itu kamu hati-hati dan jangan pulang terlalu malam. bawa motor juga jangan ngebut-ngebut Erlan kamu itu bukan pembalap. paham Er? ntar kalau kamu ada apa-apa atau terjadi hal yang tidak diinginkan kamu juga yang bakal merasakan sakit" omel Mama nya.
Erlan tersenyum dan langsung mengangguk, dia juga tidak lupa untuk mencium tangan Mama nya.
dia langsung melanjutkan langkahnya dan saat berada digarasi ia bertemu dengan...
"kamu mau kemana Er?"
Erlan menoleh ke arah kekasih Mama nya, "Rumah Sakit." setelah menjawab dengan singkat, padat dan jelas Erlan langsung pergi dengan motor yang ia kendarai.
dia sangat malas untuk berbasa-basi dengan pacar Mamanya dan dia juga tidak suka dengan hubungan mereka berdua.
dia sudah bolak-balik berkata pada Mama nya kalau Erlan tidak suka Mama nya menikah lagi karena takut kejadian itu terulang lagi dan dia tidak mau Mama nya sedih dan merasakan sakit karena korban kdrt yang dilakukan Ayah nya dulu.
Erlan hanya mau yang terbaik untuk Mama nya namun, Mama nya punya pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
BERSAMBUNG.
bagaimana kira kira dengan Erlan dan Maura? terima kasih untuk teman-teman yang telah membaca cerita saya, ikuti terus sampai tuntas yaaa