Dunia bergerak terlalu cepat.Setiap hari ada tuntutan baru, target baru, kompetisi baru.Kamu bangun di pagi hari dengan daftar panjang yang menunggu untuk dicoret.Telepon berdering, notifikasi terus menyala, pesan masuk tak henti.Segala sesuatu terasa mendesak, tapi jarang ada yang mendesak untuk berhenti, bernapas, atau menoleh ke dalam diri sendiri.
Di tengah semua itu, mudah untuk kehilangan diri.Mudah untuk menyesuaikan diri, ikut arus, dan menjadi sekadar bagian dari mesin yang terus bergerak.Mudah untuk mengorbankan integritas demi hasil cepat.Mudah untuk mengabaikan kebaikan, karena terlalu sibuk bertahan.
Tapi manusia bukan mesin.Kamu bukan algoritma yang bisa diprogram untuk selalu menghasilkan output sempurna.Kamu memiliki hati, empati, dan naluri untuk benar—walau dunia menuntutmu bergerak cepat.
Menjadi manusiawi di dunia yang terlalu cepat bukan soal melawan arus dengan keras.Bukan soal menjadi sempurna dalam setiap tindakan.Bukan soal selalu terlihat baik atau hebat.
Menjadi manusiawi berarti tetap jujur saat berbohong lebih mudah.Tetap peduli saat dunia menyuruhmu acuh.Tetap berhenti sejenak saat kamu lelah, meski semua orang bergerak tanpa henti.Menjadi manusiawi berarti memberi ruang untuk hati sendiri, di tengah arus yang menekan.
Kadang itu berarti mengambil keputusan yang sepi.Seperti menolak ikut arus yang salah, walau itu membuatmu terasing.Seperti memilih berhenti dan mendengarkan orang lain, meski semua orang terlalu sibuk.Seperti tetap berbuat baik, meski tidak ada yang melihat atau mengapresiasi.
Kamu akan merasa lelah.Kamu akan merasa terasing.Kamu akan meragukan apakah pilihanmu benar atau hanya sia-sia.
Tapi percayalah, manusiawi bukan tentang terlihat.Manusiawi tentang keteguhan hati di saat dunia menuntut kecepatan.Manusiawi tentang integritas yang tetap bertahan, meski tidak ada sorak-sorai.Manusiawi tentang keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri, di tengah dunia yang terus bergerak terlalu cepat.