Saya membuka mata. Cahaya putih lembut memenuhi seluruh ruangan. Tidak ada suara kota, tidak ada aroma rumah masa kecilku—hanya keheningan, dalam dan tenang. "D-Di mana aku?" gumamku, menatap langit-langit tak berujung di atasku. Aku mencoba mengingat detik-detik terakhir hidupku. Pendarahan otak. Stroke.
Empat puluh enam tahun penuh tekanan, trauma, dan label jenius yang gagal. Semua kenangan itu berputar di dalam pikiranku—pahit dan tajam. Tiba-tiba, sebuah suara lembut memanggil namaku. "William… William!" Aku menengadah.
Sesosok makhluk cahaya berdiri di hadapanku—hangat dan menenangkan, namun bermartabat, matanya penuh wibawa. "Kau adalah anugerah, William," kata sosok itu. "Kecerdasanmu hanya milikmu sendiri. Maukah kau kembali ke duniamu dan melanjutkan perjalananmu?" Aku menundukkan kepala, tubuhku gemetar. "Aku… aku trauma. Aku lelah dengan hidup ini," bisikku. Makhluk cahaya itu tersenyum lembut. "Kali ini, takdirmu akan berbeda. Dunia akan menghargai dan menghormatimu. Cobalah sekali lagi—untuk menunjukkan kepada dunia siapa dirimu sebenarnya." Aku menatapnya lama sekali, merasakan kehangatan yang jarang kurasakan sepanjang hidupku. "Baiklah... kembalikan aku ke duniaku," akhirnya kukatakan. Dalam sekejap, aku merasakan tubuhku ditarik menembus cahaya.
Segalanya lenyap, dan tiba-tiba, aku terbangun di tempat yang aneh—sebuah dunia yang terasa familiar, namun sepenuhnya berbeda. Menara-menara kaca menjulang tinggi, memantulkan sinar matahari, kendaraan tanpa pengemudi meluncur di jalanan, dan layar holografik menampilkan informasi di luar imajinasiku. Aku membuka mataku lagi. Dunia ini… adalah tahun 2025. Dunia baru—di mana aku terlahir kembali sebagai seorang anak laki-laki bernama William, lahir dari keluarga buruh.
Jiwa menciptakan Pikiran.
Pikiran membangkitkan Rasa Ingin Tahu.
Rasa Ingin Tahu melahirkan Ide. Ide menumbuhkan Imajinasi.
Imajinasi membentuk Teori.
Teori membuka jalan menuju Pengetahuan.
Pengetahuan melahirkan Sains.
Sains mengubah Era. Era membentuk Peradaban.
Peradaban mengubah Dunia.
William lahir pada tahun 2025, dalam keluarga kelas menengah. Ia sadar di dalam tubuh bayi yang baru lahir. Ia melihat ibu dan ayahnya menatapnya dengan gembira dan tersenyum hangat. William, yang masih berada dalam tubuh bayi yang rapuh, tidak dapat berbicara, bergerak dengan baik, mendengar dengan jelas, atau melihat dengan baik. Dua tahun kemudian, William membuat orang tuanya takjub—dia sudah bisa mengenali huruf dan angka serta berbicara dengan lancar.
