Ficool

Chapter 10 - Chapter 10 - invasi alam semesta [2]

JesPter baru saja menemukan mangsa berikutnya—sebuah alam semesta yang penuh dengan kehidupan dan energi, dengan pusat yang bersinar seperti matahari raksasa. Ia sedang menggerakkan bibirnya untuk mengeluarkan teriakan pembuka, ketika sebuah sosok muncul menghadangnya.

"Badut gila, berhentilah membunuh makhluk yang tidak bersalah!" Suara itu jelas dan tegas, datang dari sosok tinggi dengan baju zirah putih bersinar yang berbentuk mahkota. Ia adalah Lumenos, penjaga alam semesta tersebut dan salah satu dari sedikit makhluk yang mampu merasakan setiap kehancuran yang terjadi di seluruh realitas. "Kehancuran yang kau lakukan bukanlah permainan—setiap alam semesta yang kau hancurkan adalah rumah bagi milyaran makhluk yang hidup dan bernapas!"

Jester membeku sejenak Karena ranah kultivasi lumenos hampir setara dengannya, lalu menoleh perlahan dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat di wajahnya. "Wah! Ada tamu yang tidak diundang! Dan apa yang kamu katakan, ya? 'Bukan permainan'? Tentu saja ini permainan! Permainan yang paling menyenangkan di seluruh alam semesta!"

Matanya yang penuh kegilaan mulai mengilap dengan warna merah tua. "Kamu berani datang menghalangi pertunjukan ku? Apakah kamu tidak tahu bahwa setiap orang yang menggangguku akan mendapatkan tempat khusus dalam pertunjukanku?"

Lumenos mengangkat tongkat pemancar energi yang ada di tangannya. Cahaya putih cerah menyebar dari tongkat itu, membentuk pelindung yang melindungi alam semesta di belakangnya. "Aku tidak takut padamu, Jester. Aku akan melindungi alam semesta ini dengan nyawaku sendiri!"

"Wah wah wah! Nyawa kamu? Itu akan menjadi bagian terbaik dari pertunjukan!" Jester mulai menari-nari di udara kosmik, riasan wajahnya semakin menyimpang karena senyum yang terlalu lebar. Ia mengangkat satu tangan dan menggerakkan jari-jarinya seperti sedang menyusun sesuatu. "Devisi Kelima! Berikan dia sambutan yang hangat!"

Satu triliun makhluk badut kosmik mengeluarkan teriakan serentak, namun kali ini suara tersebut tidak langsung menghancurkan—melainkan membentuk gelombang suara yang menyelimuti Lumenos. Pelindung energi putihnya mulai bergetar, lalu perlahan-lahan pecah seperti kaca.

Lumenos mencoba menyerang dengan pancaran energi dari tongkatnya, namun Jester hanya melompat ke samping dengan mudah, tertawa terbahak-bahak. "Serangan itu terlalu membosankan! Ayo aku kasih kamu sesuatu yang lebih menarik!"

Jester mendekat dengan cepat dan menyentuh bahu Lumenos dengan jarinya yang berperekat riasan merah. Segera setelah bersentuhan, rasa sakit yang luar biasa menyebar ke seluruh tubuh penjaga alam semesta itu. "Apa… apa yang kamu lakukan?" bisik Lumenos dengan suara gemetar.

"Kamu bilang ingin melindungi alam semesta dengan nyawamu, kan?" Jester mengerumuni sosok yang sudah mulai terengah-engah itu. "Jadi aku akan membuatmu merasakan setiap detik kehancuran yang pernah aku lakukan—semua sekaligus!"

Lumenos mulai menggeliat kesakitan. Tubuhnya yang dulunya bersinar putih mulai berubah warna menjadi kehitaman pekat. Setiap bagian tubuhnya mulai merasakan bagaimana ribuan bintang meledak, bagaimana galaksi hancur menjadi debu, bagaimana makhluk-makhluk tak terhitung jumlahnya menghilang tanpa jejak—semua rasa itu masuk ke dalam dirinya sekaligus.

"Lihat saja ekspresimu!" Jester tertawa sambil memutar tubuhnya di sekitar Lumenos yang sedang menderita. "Begitu indah! Begitu menyenangkan melihatmu merasakan semua itu!"

Dalam beberapa saat, tubuh Lumenos mulai terurai. Zirah putihnya mulai terkoyak, energi yang ada di dalamnya menyebar namun langsung dihancurkan oleh gelombang kegilaan Jester. Akhirnya, sosok penjaga alam semesta itu lenyap menjadi debu eksistensial yang segera terbawa angin kosmik. Tidak ada jejak apapun yang tersisa, bahkan ingatan akan keberadaannya mulai menghilang dari alam semesta yang ia coba lindungi.

Jester mengusap tangannya dengan puas, lalu menoleh ke arah alam semesta yang sekarang tidak punya pelindung lagi. "Nah, sekarang pertunjukan bisa dilanjutkan dengan lancar! Mari kita buat alam semesta ini menjadi bagian dari tari kehancuran yang paling indah!"

Tawa mengerikannya kembali bergema melintasi ruang kosmik, sementara Devisi Kelima bersiap untuk mengeluarkan teriakan pembuka yang akan menghancurkan alam semesta tersebut tanpa ampun.

SAKSI YANG BERANI BERTAHAN

Tawa Jester baru saja mulai mereda ketika suara keras menggema dari balik awan gas kosmik: "CUKUP SEKARANG, BADUT YANG GILA MEMBUNUH!!"

Sebuah sosok dengan tubuh berwarna kebiruan menyala muncul, sayap kristalnya memantulkan cahaya dari sisa-sisa energi Lumenos yang belum hilang. Ia adalah Crystallia, saudara kembar Lumenos yang telah menyaksikan seluruh kejadian dari alam semesta paralel. Bibirnya menggigil bukan karena takut, melainkan karena kemarahan yang meluap.

"Aku melihat semuanya! Kamu tidak hanya membunuhnya—kamu menyiksa dia dengan segala kehancuran yang pernah kamu lakukan!" Crystallia mengangkat kedua tangannya, dan ribuan kristal energi mulai terbentuk di sekelilingnya. "Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal yang sama pada alam semesta ini!"

Jester mengangkat alisnya dengan penuh rasa ingin tahu, senyum jahat masih terpampang di wajahnya. "Wah wah wah! Ada lagi tamu yang nakal! Dan ini rupanya saudara dari pemain terakhir yang sangat menyenangkan! Apakah kamu juga ingin bergabung dalam pertunjukanku?"

Crystallia tidak menjawab—ia hanya melemparkan semua kristal energi sekaligus. Kristal itu menghantam Devisi Kelima dengan kekuatan besar, membuat sebagian kecil dari pasukan badut kosmik itu menjadi pecahan energi. Jester hanya tertawa dan mengangkat satu tangan, membatalkan serangan sisanya dengan mudah.

"Serangan itu lebih menarik dari yang kuharapkan!" teriak Jester sambil melompat ke arah Crystallia. "Tapi kamu tahu kan? Ketika kamu marah seperti itu, ekspresimu akan jadi lebih lucu saat kamu menderita!"

Crystallia mengeluarkan pancaran energi biru menyala yang mampu menusuk beberapa makhluk badut besar di armada Jester. Ia bergerak dengan cepat, menggunakan sayap kristalnya untuk menghindari setiap serangan suara yang datang dari Devisi Kelima. "Kamu berpikir ini hanya permainan, tapi kamu salah besar! Setiap kehidupan yang kamu hancurkan punya makna!"

"Makna?" Jester menutup telinganya dengan tangan, kemudian membukanya lagi dengan ekspresi heran. "Apa itu 'makna'? Itu terdengar sangat membosankan! Yang penting adalah kesenangan dan pertunjukan yang spektakuler!"

Jester mulai menggerakkan tubuhnya dengan cara yang aneh, membuat gelombang suara yang tidak beraturan menyebar ke segala arah. Gelombang itu membuat kristal energi Crystallia mulai retak, dan sayapnya yang indah mulai terkoyak sedikit demi sedikit.

Crystallia merasakan rasa sakit yang menusuk, namun ia tetap berdiri teguh. Ia mengumpulkan semua energi yang tersisa di dalam dirinya, membentuk sebuah bola kristal raksasa yang penuh dengan kekuatan alam semesta paralel. "Jika aku harus mati, maka aku akan membawamu bersama-sama!"

Ia melemparkan bola kristal itu dengan kekuatan penuh. Bola itu menghantam Jester tepat di dada, membuatnya terdorong mundur beberapa meter. Namun hanya sesaat kemudian, Jester mulai tertawa lagi—kulitnya yang terbakar perlahan pulih dan ia mengeluarkan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

"Wah! Itu sangat menyenangkan!" Jester mengelus dada yang baru saja sembuh, mata penuh kegilaan. "Sekarang giliran ku untuk memberikan hadiah khusus untukmu, saudara dari pemain terakhir!"

Ia mengeluarkan teriakan yang jauh lebih keras dari sebelumnya, kali ini teriakan itu tidak langsung menghancurkan—melainkan menyatu dengan energi Crystallia sendiri. Kristal yang tadinya menjadi pelindung kini mulai tumbuh dari dalam tubuhnya, menusuk dari dalam ke luar.

"Kamu bilang kamu ingin melindungi alam semesta ini dengan nyawamu?" Jester mendekat sambil menari-nari. "Maka aku akan membuatmu menjadi bagian dari alam semesta itu sebelum ia hancur! Kamu akan merasakan setiap kristal tumbuh di dalam dirimu, sementara alam semesta yang kamu coba lindungi menjadi debu di sekelilingmu!"

Crystallia mulai menggeliat, kristal kebiruan menyala tumbuh dari setiap bagian tubuhnya, membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali. Ia melihat ke arah alam semesta yang ia coba lindungi—Devisi Kelima sudah mulai menyerang, dan galaksi pertama sudah mulai berantakan.

"Lihat saja… begitu indah bukan?" Jester berdiri di sampingnya, tangan menyentuh kristal yang tumbuh di wajah Crystallia. "Kamu bisa melihat alam semesta ini hancur sambil kamu sendiri juga menjadi bagian dari kehancuran itu!"

Dalam beberapa saat, kristal memenuhi seluruh tubuh Crystallia, dan ia berubah menjadi patung kristal yang indah namun penuh kesedihan. Tak lama kemudian, patung itu mulai retak dan hancur menjadi debu yang menyatu dengan puing-puing galaksi pertama yang dihancurkan Devisi Kelima.

Jester mengangkat tangan ke atas, senyum puas terpampang di wajahnya. "Pertunjukan yang semakin menarik! Siapa lagi yang mau datang menghalangi aku selanjutnya?"

Tawa mengerikannya bergema lagi, sementara Devisi Kelima terus menghancurkan alam semesta tersebut dengan penuh antusias.

More Chapters