Ficool

Chapter 15 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 15: Epilog – Kebebasan yang Ditemukan

Beberapa bulan berlalu sejak Kalya meluncurkan bukunya. Hidupnya kini berjalan dengan ritme yang baru. Ia menjalani hari-harinya dengan penuh kepercayaan diri, jauh dari bayang-bayang masa lalu. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, seolah dunia kini membukakan pintu-pintu yang dulu ia abaikan.

Kalya memutuskan untuk melakukan perjalanan seorang diri, tanpa tujuan yang jelas. Ia hanya ingin pergi, menjauh dari semua yang telah ia kenal, dan menikmati kebebasan yang baru ditemukan. Tidak ada lagi penyesalan tentang apa yang sudah berlalu, hanya ada perjalanan untuk menemukan hal-hal baru yang selama ini ia lewatkan.

Selama perjalanan itu, Kalya mulai menulis lagi. Kali ini, bukan tentang cinta atau kehilangan. Ia menulis tentang petualangannya, tentang tempat-tempat baru yang ia kunjungi, tentang orang-orang yang ia temui, dan yang paling penting, tentang dirinya sendiri. Tentang bagaimana ia belajar untuk tidak takut akan perubahan, dan bagaimana ia akhirnya menerima kenyataan bahwa kebebasan tidak datang dengan pelarian, tetapi dengan penerimaan.

Di sebuah kafe di sebuah kota kecil yang tak pernah ia dengar sebelumnya, Kalya bertemu dengan seorang pria yang bernama Darius. Ia seorang fotografer yang juga sedang melakukan perjalanan untuk menemukan kedamaian dalam hidupnya. Percakapan mereka dimulai dengan obrolan ringan tentang cuaca dan perjalanan, tapi perlahan berkembang menjadi diskusi tentang mimpi dan harapan.

Darius bukan seseorang yang datang dengan janji atau harapan besar. Ia hanya seorang pria yang, seperti Kalya, sedang mencari tempat untuk merasa utuh. Mereka berbicara tentang banyak hal—tentang hidup yang penuh dengan ketidakpastian, tentang kehilangan yang mengajarkan kita untuk bertahan, dan tentang bagaimana mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Kalya merasa nyaman, bukan karena Darius adalah pria yang sempurna, tetapi karena ia tidak menuntut apa-apa darinya. Ia hanya ada di sana, berbagi cerita, dan memberikan ruang bagi Kalya untuk merasakan kebebasan itu.

Saat Kalya kembali ke rumahnya, ia merasa lebih dekat dengan dirinya sendiri. Ia tidak lagi merasa terjebak dalam kenangan atau rasa bersalah tentang apa yang terjadi dengan Arvin. Cinta yang dulu ada telah pergi, bukan karena kebencian atau kesalahan besar, tetapi karena kedua orang itu tidak lagi bisa menemukan jalan mereka bersama.

Arvin pernah mengatakan bahwa ia ingin kembali, tapi Kalya tahu bahwa cinta mereka bukan sesuatu yang bisa dikembalikan begitu saja. Tidak ada jalan mundur dalam perjalanan hidup. Semua yang terjadi adalah bagian dari perjalanan yang harus dijalani.

Kini, Kalya lebih kuat. Ia telah menemukan kebebasan yang sejati—bukan hanya dalam hidupnya, tetapi juga dalam hatinya. Ia telah belajar untuk hidup tanpa takut akan masa depan, untuk membuka hatinya pada dunia yang luas dan penuh kemungkinan.

Beberapa bulan setelah perjalanan itu, Kalya berdiri di depan pintu rumah kecilnya, memandang langit yang cerah. Di dalam dirinya, ada rasa damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tidak ada lagi ruang kosong. Tidak ada lagi penyesalan.

Ia akhirnya menemukan jalan baru—jalan yang ia pilih sendiri, dengan keyakinan dan harapan yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Cinta yang hilang, ternyata hanya membuka ruang bagi cinta yang lebih besar, cinta untuk dirinya sendiri.

Dan untuk pertama kalinya, Kalya merasa utuh. Tidak lagi terikat, tidak lagi mencari alasan untuk bahagia. Karena kebahagiaan itu datang dari dalam dirinya sendiri.S

More Chapters