Ficool

Chapter 12 - Bab 12: Sang Predator Muncul di Medan Perang Akhir

Setelah berabad-abad kekacauan, dunia purba akhirnya mencapai titik didihnya. Perang yang tak berkesudahan, kelangkaan sumber daya, dan intrik antar ras telah mendorong setiap makhluk ke ambang kepunahan. Namun, alih-alih menyerah, mereka justru mengumpulkan sisa-sisa kekuatan mereka untuk satu pertempuran terakhir yang menentukan. Ini adalah Perang Apokalips, sebuah konflik epik yang akan mengukir takdir benua.

Di sebuah hamparan dataran luas yang membentang bermil-mil, yang kemudian akan dikenal sebagai Dataran Akhir, ratusan ribu makhluk dari puluhan ras berkumpul. Tanah bergetar di bawah jejak kaki yang tak terhitung jumlahnya, dan udara dipenuhi dengan raungan, lolongan, geraman, serta bisikan sihir kuno.

Barisan Yang Berlawanan

Di satu sisi, berdiri Aliansi Noble, dipimpin oleh Cadis Etrama di Raizel. Auranya yang murni memancar, menenangkan sekaligus memprovokasi. Di sampingnya, berdiri para Noble Lords yang telah mengakui otoritasnya, masing-masing memancarkan kekuasaan yang luar biasa. Di belakang mereka, ribuan vampir yang setia, yang telah memilih untuk berada di bawah perlindungan Noble, berdiri dengan bangga namun lelah, tubuh mereka berhias bekas luka perang. Ras-ras minor seperti Silvanus dan Pygmy Golems, yang mencari perlindungan dan keadilan, juga berdiri di antara barisan mereka, bersiap untuk pertempuran terakhir.

Di sisi lain, berdirilah Aliansi Darah Bebas, yang dipimpin oleh Elder Morvhan yang tampak kejam dan beberapa Elder vampir pemberontak lainnya. Mereka memimpin ratusan ribu vampir yang menolak tunduk pada Noble, mata mereka menyala dengan kebencian dan ambisi. Bersama mereka, ada ribuan Lycan yang paling buas dan tidak terkendali, yang telah bersumpah setia pada kekuatan dan kehancuran. Bahkan beberapa ras super yang lebih kecil, yang tidak memiliki aliansi dengan Noble atau vampir, terpaksa bergabung dengan Aliansi Darah Bebas, tertarik oleh janji dominasi atau sekadar demi kelangsungan hidup.

Di atas kepala mereka, di langit yang gelap, Garuda terbang dalam formasi pertempuran, sayap mereka yang perkasa menciptakan angin topan. Di bawah tanah, Terra Golem merayap keluar dari bumi, tubuh raksasa mereka dari batu dan lumpur siap untuk melibas. Dan dari lautan yang bergejolak, Leviathan yang purba mengirimkan getaran telepatis, menunjukkan dukungan mereka pada pihak yang mereka yakini akan memenangkan perang.

Ini adalah pertempuran pamungkas, akumulasi dari berabad-abad konflik yang dipicu oleh keberadaan Sephiroth yang tak terlihat. Energi di Dataran Akhir begitu pekat hingga terasa memuakkan, udara tebal dengan janji kematian.

Dimulainya Bencana

"Majulah!" Raizel berucap, suaranya tenang namun bergema di seluruh dataran, memancarkan gelombang Darah Murni yang agung.

"Serang!" raung Morvhan, suaranya serak dan penuh kebencian, memicu Aliansi Darah Bebas.

Dengan itu, badai pun dimulai. Ratusan ribu makhluk saling menerjang, bentrokan mereka menciptakan gelombang kejut yang merobek tanah. Darah tumpah seperti sungai, energi sihir meledak di mana-mana, dan raungan perang memekakkan telinga. Lycan menerjang barisan Noble, vampir bertarung dengan vampir, ras super saling berbenturan di langit dan tanah. Ini adalah kekacauan murni, sebuah tarian kematian di atas hamparan luas.

Kedatangan Sang Predator

Saat pertempuran mencapai puncaknya, ketika tanah bergetar karena kekuatan yang dilepaskan, dan langit gelap oleh asap dan darah, tiba-tiba, sebuah perubahan terjadi.

Di tengah langit yang bergejolak, di atas kengerian pertempuran, sebuah celah di antara awan terbuka. Bukan celah biasa, melainkan seperti retakan di realitas itu sendiri. Dari sana, sebuah siluet tunggal yang megah perlahan-lahan turun.

Sebuah sayap hitam tunggal yang besar terentang anggun, memancarkan aura kegelapan yang begitu pekat, begitu dingin, sehingga semua pertempuran di bawahnya—sejenak—terdiam. Raungan mereda menjadi gumaman ketakutan, sihir menghilang di udara, dan gerakan membeku. Semua mata, dari Noble terkuat hingga Lycan terbuas, terpaku pada sosok yang turun dari langit.

Rambut perak menjuntai hingga betis, berkilauan seperti salju di tengah kegelapan. Pedang Masamune yang legendaris, panjang dan tipis, tergantung di punggungnya, memantulkan cahaya suram. Matanya, sepasang permata perak yang dingin, menyapu hamparan medan perang yang membara di bawahnya, tanpa ekspresi, tanpa emosi.

Keheningan yang mencekam meliputi Dataran Akhir. Ratusan ribu pejuang, yang tadinya saling membantai, kini merasakan sensasi yang sama: ketakutan yang membekukan. Mereka semua mengenal sosok itu, dari bisikan dan legenda gelap yang tersebar selama berabad-abad.

Dia adalah The One. Sang Pembantai.

Sephiroth telah tiba. Bukan sebagai sekutu, bukan sebagai musuh yang ditargetkan, melainkan sebagai predator puncak yang akhirnya mengungkapkan dirinya di tengah-tengah mangsanya yang telah kelelahan. Kedatangannya bukanlah bagian dari pertempuran, melainkan deklarasi bahwa pertempuran itu sendiri kini berada dalam genggamannya. Semua yang telah terjadi, semua kehancuran, semua kematian, telah mengarah pada momen ini.

Sebuah senyum tipis, nyaris tak terlihat, terukir di bibirnya.

More Chapters