Ficool

Chapter 6 - Azab Pencuri Kotak Amal

BAB 6 – Jalan Pulang Menuju Masjid

Langit gelap.Awan tebal bergulung di atas desa, dan hujan mulai turun pelan saat Faisal berdiri terpaku di depan masjid kecil itu.Tubuhnya basah kuyup, tapi ia tidak peduli. Ini malam keenam.

Tangannya yang kini menghitam sepenuhnya terasa mati rasa.Belatung kecil keluar dari sela kuku. Tubuhnya mulai dingin, dan wajahnya… hampir tidak dikenali lagi di cermin.

Namun ia tetap berdiri, menatap masjid itu dengan tatapan nekat.

"Kalau aku harus mati… aku ingin mati di tempat ini. Tapi aku ingin menebusnya."

Langkahnya berat saat memasuki pelataran masjid.Batu keramik terasa licin, dan angin membawa bau tanah basah serta sesuatu yang lebih… busuk.

Faisal membuka pintu kayu masjid itu perlahan.

Masjid tampak berbeda.Tidak seperti dulu. Cahaya lampu temaram… tapi semua karpet dan dindingnya tampak retak.

Kotak amal itu… masih ada.

Tapi kini, terbungkus kain kafan, dan di atasnya terdapat lilin merah yang menyala sendiri meski tak ada angin.

Faisal mendekat.

Tiba-tiba, azan subuh terdengar dari luar, padahal belum waktunya.

Suaranya aneh.Bergetar. Berat. Seolah bukan manusia yang mengumandangkannya.Dan setiap huruf dalam azan itu membuat jantung Faisal semakin berdebar.

Samar-samar, ia mendengar suara dari kotak amal itu.Bukan suara uang logam. Tapi ratapan.

"Ambillah kembali dosa yang kau sentuh…""Masukkan kembali jiwa yang kau usik…"

Tangan Faisal terangkat gemetar. Ia mendekat, perlahan-lahan membuka kain kafan yang membungkus kotak amal tersebut.

Apa yang ia temukan… bukan uang. Bukan kayu.Tapi jantung yang masih berdetak, berwarna hitam pekat, dikelilingi lintah dan cacing tanah.

Faisal terpekik.Ia mundur, tubuhnya gemetar hebat.

Tiba-tiba, pintu masjid tertutup sendiri.

Lampu padam. Lilin mati.Gelap. Total.

Dan dari belakang mimbar, sosok itu muncul. Lagi.

Kali ini lebih tinggi. Matanya merah menyala seperti bara. Tangannya panjang dan kurus seperti ranting pohon mati.

Ia menunjuk ke Faisal.

"WAKTUMU HABIS, FAI-SAL…"

Faisal berteriak.

Ia berlutut di lantai dan menangis.

"Ampuni aku… Ya Allah… aku mengaku salah… aku ingin kembali…"

Tangisnya pecah. Kepalanya ditundukkan sampai menyentuh lantai.Air matanya jatuh bercampur dengan darah dari mulutnya.

Dan saat ia membuka mata, semua hening.Gelap itu hilang. Lampu kembali menyala. Suara azan telah berhenti.

Tapi kotak amal itu… sudah lenyap.

Faisal pingsan di tempat.

Warga menemukannya pagi hari dengan tubuh demam tinggi dan tangan membusuk.

Satu hari tersisa. Malam ketujuh.Di antara hidup dan mati, hanya satu pilihan tersisa: menyerahkan nyawanya… atau dijemput oleh sesuatu yang lebih kelam dari kematian.

More Chapters