Ficool

Chapter 3 - Bab 3: Aku yang Menang!

Hari ini, kelas melaksanakan praktik ilmu berpedang. Pelajaran kali ini terdapat perbedaan lain selain apa yang akan dipelajari, yakni beberapa kelas lainnya akan ikut bergabung ke kelas ilmu berpedang.

Akan tetapi walau semua ikut, tidak semuanya ahli dalam hal berpedang, terutama murid perempuan yang lebih banyak menggunakan sihir mereka dari pada fisik. Free, Gil dan Seria pergi bersama menuju lapangan khusus berpedang.

Dalam beberapa waktu perjalanan, mereka sampai pada tempatnya. Suasana tempat pelaksanaan pelajarannya begitu riuh. Suara yang ada di mana-mana seolah tidak memberikan ruang ketenangan. Para Instruktur memberi instruksi kalau mereka diharuskan untuk saling berduel untuk mengetahui kemampuan masing-masing.

Murid-murid dibagi menjadi 2 bagian atau kelompok sesuai arahan dari Instruktur. Kebetulan Free masuk ke bagian kelompok yang sama dengan Gil dan Seria.

Mereka saling menyemangati satu sama lain untuk duel yang menanti.

Seria mengangkat tangannya "Aku percaya diri dalam hal ini." dengan senyuman lembut Seria mengatakan itu kepada Free dan Gil.

Duel akan segera dimulai dengan aturan 5 vs 5 dari masing-masing kelompok. Dalam per-duelan ini tidak diperbolehkan untuk menggunakan sihir dan semacamnya karena pelajaran kali ini murni kemampuan fisik.

Instruktur memulaikan pertandingan duel berpedang. Sorakan dari seluruh murid di berbagai arah membuat lapangan begitu ramai dan lebih meriah. Setiap ronde dimulai dan berakhir, nama-nama yang dipanggil terus maju dan mengikuti duel tersebut. Menang dan kalah terus terjadi selama duel berlanjut.

Free masih memikirkan ketidakmampuannya dalam menggunakan sihir kemarin. Free menggenggam tangan, lalu mengangkat dan melihat tangannya, "Aku akan menggunakan kesempatan ini dengan menunjukkan kemampuan ku untuk menutupi kejadian kemarin" kata Free dalam hati yang sangat berambisi. Tekadnya yang tidak ingin lagi terlihat memalukan membentuk rasa kepercayaan diri-nya.

Free, Seria, dan Gil akhirnya dipanggil di ronde terakhir. 2 diantara mereka adalah Pangeran Hedra dan seorang gadis biasa.

Mereka berjalan ke zona duel dan menyapa 2 anggota mereka yang lainnya.

Mereka bersiap untuk memulai. Kelompok yang menjadi lawan mereka sedikit meremehkan terutama terhadap Free dan gadis itu. Sebelum dimulai, Free merasa jengkel melihat sifat mereka yang agak sombong "Huh … kesel juga direndahkan, tapi ini juga ada bagusnya kalo pengen buat mereka ngerasain kehilangan percaya diri mereka" gumam Free.

Instruktur memulaikan duel, Free dan lainnya bersiap dengan pedang mereka dan memulai menyerang dengan berbagai taktik. Musuh menggunakan trik, 2 orang melawan Free dan rekan lainnya menyibukkan kelompok Free yang lain. Satu diantara dua orang itu tertawa dengan muka puas "Sekarang kau sendirian dan kurasa tidak masalah jika aku sedikit melukaimu dengan luka dalam".

Mendengar hal itu membuat Free merasa benar-benar direndahkan karena dianggap sebagai bahan Bullyan, karena itu dia memasang muka datar dan mengatakan bahwa taktik mereka hanya menguntungkannya karena sedari awal niat Free adalah menghajar mereka untuk melampiaskan kesal nya dan juga menutupi kekurangannya yang tak bisa menggunakan Sihir "Kalian hanya memudahkan ku untuk menghajar kalian. Kurasa aku harusnya berterima kasih karena keinginan ku untuk membuat kalian menderita jadi bertambah" jawab Free untuk merespon mereka dengan kata-kata yang mengintimidasi.

Kedua murid itu tertawa lebih bebas dari sebelumnya, Free yang merasa jengkel mulai mengeluarkan aura yang mengancam. Kedua murid itu reflek menyerang Free dengan gaya berpedang ksatria, mereka tampak cukup terlatih dalam hal berpedang. Tetapi serangan mereka selalu bisa ditepis dan bahkan Free bisa menghindar sambil membalas serangan mereka.

Pedang mereka mulai diayunkan dan menebas ke arah Free, bunyi dentingan suara besi yang berasal dari saling beradu pedang terdengar beruntun. Murid-murid terkesan dan menyoraki mereka. Dari sudut pandang mereka, duel kali ini adalah pertunjukan yang cocok untuk ditonton. Ketegangan yang dirasakan mereka membuat beberapa diantaranya berteriak.

Salah satu dari lawan mencoba menusuk Free, tetapi tepat sebelum ujung pedang mengenai, Free sudah meng-counter serangannya … Free membungkuk lalu melancarkan pedangnya dari bawah yang mementalkan pedang tersebut.

Free membiarkan dia mengambil pedangnya kembali. Kedua murid itu kewalahan, tetapi mereka tidak menyerah dan melakukan serangan yang lebih brutal.

Setiap serangan yang mereka lancarkan terlalu berantakan sehingga dapat dengan mudah memprediksi serangan yang akan mereka lancarkan selanjutnya.

Free sudah bosan dengan permainan mereka dan akhirnya menyelesaikannya dengan satu ayunan pedang bertenaga kuat yang membuat mereka terpental.

Free menebas kedua murid itu dengan pedangnya yang diberi daya fisik sangat kuat, murid-murid itu mencoba menangkalnya tetapi serangan Free terlalu kuat sehingga membuat mereka terpental jauh. Orang-orang berhenti bersuara sejenak, lalu dalam beberapa saat, mereka bersorak ramai. Free melihat mereka berdua dengan tajam, ditambah sedikit senyuman "Aku yang menang …." kata Free sambil menyarungkan pedang.

Yang lain juga sudah diselesaikan oleh teman-temannya.

Seorang lelaki berjalan menghampiri Free "Tadi itu mengagumkan Free, ku akui itu" Pangeran Hedra memuji Free. Free menoleh, lelaki dengan rambut panjang lurus berwarna putih dan sifat lembut yang dapat dirasakan dari nada bicara nya,"Terima kasih, kau juga lumayanlah" jawab Free dengan nada yang sarkas. Seria dan Gil kaget mendengar perkataan Free, Free tidak pilih-pilih dalam memperlakukan orang lain karena semua nya dianggap setara. Gil yang masih kaget berniat meminta maaf karena kata-kata Free, akan tetapi Pangeran membiarkannya karena di Akademi dia tidak perlu formalitas.

Gil yang merasa lega memegang dada nya, "Free! Kau tadi hebat sekali! Menghajar dua orang sekaligus bahkan mengalahkannya dengan satu serangan telak. Ajari aku!" Gil merasa kagum dengan kemampuan Free.

Perubahan sikap yang terjadi dengan cepat membuat Free merasa heran.

(Cepat sekali ganti sikapnya) "Aku masih belajar Gil, jadi tidak ada yang bisa ku ajarkan kepadamu, malahan aku yang harusnya belajar kepadamu hehe."

Duel berakhir, kelas praktik ilmu berpedang telah selesai … terlihat berbagai kemampuan murid Crenia yang beragam dalam ilmu berpedang. Semua sudah selesai, hari telah siang dan sebentar lagi akan sore. Instruktur mulai memberi arahan untuk bubar dan mengingatkan mereka untuk mengikuti kelas berikutnya dengan baik.

Semua murid kembali ke kelas mereka masing-masing. Free dan temannya serta Pangeran Hedra kembali ke kelas mereka, mereka membicarakan pertandingan tadi dalam perjalanan ke kelas ….

Akan tetapi karena terlalu keasikan bercerita, ketika di lorong saat akan berbelok, Gil tidak sengaja menabrak murid lainnya.

Gil mencoba meminta maaf akan tetapi murid yang ditabrak nya tidak terima dengan perlakuan itu. Murid itu sangat marah, rahangnya mengeras "Kau pikir siapa yang sedang kau hadapi!?" Teriak si murid dengan nada membentak.

Seorang lelaki berambut warna putih dengan mata kuning. Ternyata dia adalah Sieba brì Jurga, Kakak laki-laki dari Hedra.

Gil gemetar ketakutan, kaki-kakinya lemas, "Maaf PANGERAN! Aku sungguh minta maaf, ini salahku karena tidak berhati-hati! Tolong maafkan aku …." Gil sangat meminta maaf setelah mengetahui orang yang ditabraknya adalah orang paling penting bagi kerajaan.

Tetapi Sieba tidak menerima permintaan maaf dari Gil, ia merendahkan Gil dengan melontarkan kata-kata sarkas dan tidak enak didengar. "Yah...jika kau ingin berlutut mencium kaki ku, akan ku pertimbangkan permintaan maafmu, walau akhirnya sama saja HAHAHA" tawa Sieba yang keras di ikuti dengan pengikutnya.

Sieba melihat kembali muka Gil, dia mengenalnya, dia tau kalau keluarga Gil terkenal dalam ilmu Alkemis. Tetapi menurut pandangan Sieba, derajat dan kasta nya yang lebih tinggi dari siapapun yang berada di Kerajaan Jurga.

Mendengar kata-kata Sieba membuat Free tak bisa berdiam saja. Kemarahan yang ditutupi nya dengan rasa jengkel, perasaan yang seolah ingin memukul wajah Sieba terus terbayang. Free maju beberapa langkah sambil mengeluarkan kata-kata yang mengubah alur cerita yang dibentuk Sieba "Kau terlalu sombong untuk seorang pengoceh ya, Sieba." Respon Free yang menyindir langsung ke Sieba.

Seria dan Hedra yang mendengar hal itu ikut terkejut karena ada yang berani berhadapan langsung dengan keluarga kerajaan.

Biasanya orang-orang ketakutan dan menuruti apapun yang diperintahkan oleh anggota keluarga raja, sistem dominasi dipegang penuh oleh keluarga kerajaan.

Akan tetapi itu tidak berlaku bagi Free, dia membalas dengan kata-kata yang tajam untuk membalas perkataan yang Sieba lontarkan kepada Gil.

Seria dan Hedra awalnya tidak ingin ikut terlibat langsung, terutama Hedra karena akan mengancam posisinya yang melawan keluarganya sendiri, bisa-bisa membuat ia dikecam oleh keluarganya.

Tetapi semua kekhawatiran mereka telah hilang setelah mendengar ucapan Free yang malah membuat suasana dari tegang dan mencekam menjadi cukup lucu.

"Seharusnya sebagai keluarga kerajaan Jurga, anda seharusnya memberi contoh yang baik bagi rakyat anda." Sahut Seria Yang serius. Dia telah mengumpulkan keberaniannya setelah melihat keberanian Free.

Melihat Seria yang ikut masuk ke masalah membuat Hedra terdorong … walau yang ia lawan adalah Kakaknya sendiri, tetapi jika perbuatannya salah tetaplah salah.

"Menurutku dia benar, seharusnya kita sebagai anggota keluarga kerajaan memberi contoh yang baik kepada rakyat kita. Membuat mereka senang, bukan malah membuat mereka menderita. Gil hanya menabrak mu saja kak, dia tidak sengaja melakukannya. Disini, di akademi ini status kita sebagai siswa akademi, bukan sebagai anggota kerajaan." Hedra mencoba menjelaskan kepada Sieba agar ia mengerti apa yang dilakukannya itu tidak baik.

Akan tetapi Sieba bersikeras dengan prinsipnya. Bahkan dia menegur Hedra karena telah melawan kakaknya. Dengan wajah kesalnya "Kalau begitu, bagaimana jika kita duel saja, Hedra?" Semua yang mendengarnya pun terkejut dengan ajakan duel itu.

Situasi menjadi tegang, ditambah banyak murid yang mendengarnya dan menyerukan untuk pertandingan duel. Menurut mereka duel antar anggota keluarga kerajaan seperti perebutan tahta karena pemenangnya mendapatkan ahli waris sebagai pemimpin selanjutnya.

"Bagaimana? Jika kau menang akan aku akui kalau yang kulakukan adalah salah, tetapi jika aku yang menang … kau tau sendiri akibatnya kan?" Gil tidak ingin melawan keluarga kerajaan karena itu bisa berdampak buruk bagi keluarga Vänsbor. Seria ingin melawannya, tetapi nama ayahnya akan tercoreng karena gagal mendidik anak, dan itu akan menyebabkan masalah. Akan tetapi Hedra bersedia menerima tantangan tersebut walau jika harus mempertaruhkan kedudukannya sebagai ahli waris selanjutnya.

Free yang melihat mereka bertiga mendapatkan masalah merasa bersalah, walau mereka yang memutuskan tetapi tetap salah Free karena memulai memprovokasi Sieba.

Free merasa tidak enak kepada mereka semua karena mereka sudah terlanjur baik kepadanya. "Aku terima, aku sendiri yang akan melawanmu … satu lawan satu bagaimana?" Semua orang teriak histeris. "Apa kau bilang? Rakyat biasa sepertimu sudah terlalu lancang kepadaku, kuputuskan kalau aku menang akan aku siksa kau HAHAHAH! Langsung saja kita ke Colosseum Galar!" Sieba merasa kesal karena diremehkan oleh seseorang yang dianggapnya sampah.

"Sampai melakukannya di Colosseum, apa yang sebenarnya tujuan kakak? Itu hanya akan menurunkan dan memperburuk citra keluarga kerajaan Jurga!" Protes Hedra yang tidak terima keputusan kakaknya.

"Kau diam saja, harusnya kau merasa beruntung karena dia bersedia menggantikan kau untuk menerima tantangan ku. Ini akan jadi pembuktian tentang siapa yang menguasai dan siapa yang akan dikuasai." Sieba membentak Hedra dengan tanggapan sombong.

Free diam melihat Sieba.

(Haaa~ haah~ … menjengkelkan)

"Apa kau ingin membuatku menunggu lama? Segitu takutnya kau sampai memperlama duel kita?"

Sieba menjawab dengan kasar untuk merespon perkataan Free "Jangan percaya diri dulu sialan, aku hanya mengurus adikku yang tak berguna itu."

"Lebih baik kau berbaikan dengan adikmu karena hanya dia lah yang peduli denganmu saat kau kalah nanti. Kuharap kau segera melakukannya." Ejek Free.

Sieba mengerutkan alisnya "Kau benar-benar membuatku sangat marah, begitu kesalnya sampai tidak akan kubiarkan kau mati sebelum merasakan siksaan yang setimpal."

Free merasa jengkel melihat kelakuan Sieba yang buruk itu, (Dia sungguh bodoh, sudah ku sarankan berbaikan tetapi tetap ngeyel. Kuharap cuma dia saja orang yang goblok nya ga ketolong.) Free bergumam dalam hati yang kecewa.

Mereka telah sampai di Colosseum Jurga. Rasa semangat Sieba terlihat jelas saat memasuki Colosseum.

"Baiklah, mari kita lakukan!!"

More Chapters