Ficool

Chapter 5 - Bab 5 – Lidah Api dan Janji Palsu

Pasukan Kuil Meridra tiba saat matahari tepat di puncak. Mereka datang bukan sebagai penakluk, tapi sebagai penyusup dalam balutan keagungan. Kuda-kuda mereka hitam pekat, dan para penunggangnya mengenakan jubah panjang keperakan dengan simbol mata bersayap di dada—lambang pengamatan mutlak.

Utusan mereka adalah seorang lelaki tinggi, tampan, dan sangat tenang. Wajahnya bersih, nyaris terlalu sempurna untuk manusia biasa. Suaranya lembut tapi dingin.

"Aku dipanggil Veyran, Pendeta Emas dari Lingkaran Keempat," katanya di dalam tenda, duduk di hadapan Kaelen. "Dan aku datang bukan untuk berperang... hanya untuk membawa kembali milik kami."

Kaelen duduk dengan satu tangan memegang gagang pedangnya. Di sebelahnya, Seraphine berdiri tegak, rambutnya diikat ke belakang. Tatapannya menusuk Veyran seperti belati.

"Putri Seraphine bukan milik siapa pun," ujar Kaelen pelan.

"Dia milik segel," balas Veyran dengan senyum tipis. "Tubuhnya adalah kunci. Tanpa dia, dunia ini akan tetap berada dalam kegelapan yang kamu tidak pahami."

Seraphine maju selangkah. "Jika aku kembali ke kuil, aku akan dijadikan wadah. Kalian akan membangkitkan kekuatan yang bahkan kalian sendiri tak bisa kendalikan."

"Kami tak butuh mengendalikannya. Kami hanya perlu membukanya," jawab Veyran dingin.

Suasana memanas. Kaelen berdiri.

"Berikan kami waktu," katanya. "Dua hari. Setelah itu, jika aku tak menyerahkannya, kau boleh menganggap ini sebagai penolakan perang."

Veyran tersenyum. "Dua hari, Kaelen sang pemotong raja. Kami akan menunggu... dan berdoa agar kau membuat keputusan yang bijak."

Sebelum pergi, Veyran mendekati Seraphine dan berbisik pelan, namun cukup keras untuk Kaelen dengar:

> "Kita menanam sesuatu di dalam tubuhmu, Putri. Dan waktunya tumbuh sudah dekat."

Kemudian dia pergi.

---

Malamnya, Kaelen duduk di luar tendanya. Di tangan kirinya sebotol anggur pahit, di tangan kanannya gulungan surat dari pengintai—mereka menemukan kuburan masal di dekat jalur pergerakan pasukan kuil. Tubuh-tubuh tanpa kepala, dan simbol segel dibakar di dada mereka.

Seraphine muncul dari balik tirai.

"Aku tidak ingin jadi kutukan untukmu, Kaelen."

Kaelen menatapnya, untuk pertama kalinya tanpa baju perang, hanya kemeja tipis dan luka-luka lama di dada. "Kalau kau benar-benar kutukan," ujarnya, "kenapa aku tak ingin pergi darimu?"

Seraphine tersenyum pahit, lalu duduk di sebelahnya. Kepala mereka hanya sejengkal. Malam itu sunyi, tapi bukan sunyi yang damai—melainkan sunyi sebelum badai.

Dan Kaelen tahu... dua hari takkan cukup.

---

Bab 5 selesai.

Cerita mulai masuk ke fase konfrontasi batin dan strategi luar. Seraphine mengandung sesuatu—entah sihir, makhluk, atau bagian dari dewa lama—dan Kuil hanya ingin membukanya tanpa peduli akibatnya.

More Chapters