Ficool

Chapter 9 - Malam yang Sepi, Hati yang Penuh

Malam hari, Fahrul berjalan perlahan pulang. Jalanan sudah sepi, hanya terdengar suara jangkrik dan sesekali angin menggerakkan dedaunan. Tangannya membawa tas kecil berisi catatan panitia, sementara pikirannya melayang-layang mengingat semua yang terjadi hari itu.

Langkahnya berhenti di sebuah warung kecil yang sudah tutup. Fahrul duduk sebentar di bangku kayu di depannya, menarik napas panjang. Kakinya pegal, pundaknya pegal, tapi hatinya terasa penuh — seperti gelas yang baru saja diisi sampai tumpah.

Ia menatap ke langit, mencari-cari bintang. Malam itu langit cukup cerah.

"Ya Allah… makasih ya," bisiknya pelan. "Makasih udah kasih aku kesempatan ngerasain semua ini."

Dalam hati, Fahrul ingat senyum anak-anak, tawa ibu-ibu, tepuk tangan penonton, bahkan suara gaduh panitia di belakang panggung. Semua bercampur jadi satu, membentuk kenangan yang tidak akan hilang begitu saja.

Di rumah nanti, mungkin dia hanya akan rebahan, menatap atap, dan akhirnya tertidur kelelahan. Tapi di dalam mimpi, mungkin dia akan kembali ke lapangan itu, mendengar suara MC, dan merasa jadi bagian penting dari sebuah cerita besar.

Malam semakin larut. Fahrul berdiri, menghela napas sekali lagi, lalu melanjutkan langkah pulang.

Kadang, pikirnya, kebahagiaan bukan soal hasil besar, tapi soal perjalanan yang dilalui bersama orang-orang hebat. Dan malam ini, Fahrul merasa dirinya adalah anak muda paling beruntung di dunia.

More Chapters