Ficool

Chapter 81 - Bab 82 – Pesta di Puncak Kekuasaan

Bab 82 – Pesta di Puncak Kekuasaan

1. Satu Malam di California

Di atas tebing privat di kawasan eksklusif dekat markas Bitwhale, sebuah mansion ultra-mewah milik keluarga Nava berdiri megah, dipenuhi cahaya lampu hangat dan musik klasik berteknologi AI. Laut Pasifik berkilauan di kejauhan.

Seluruh anggota dari tiga keluarga kekuatan besar—Nava, Melon, dan Bosch—berkumpul dalam acara penuh simbol dan prestise.

Keluarga Bosch hadir dengan 78 orang, menunjukkan kekuatan jaringan mereka yang luas. Keluarga Melon datang dengan 34 orang, dipimpin oleh Samuel Melon dan adiknya Sevra Melon.

Namun semua mata tertuju pada keluarga terkecil yang tumbuh paling cepat: Keluarga Nava, dengan hanya 7 orang—tapi semuanya inti.

> "Mereka kecil, tapi setiap orang di dalamnya seperti catur utama di papan global," bisik seorang anggota Bosch.

2. Sesi Tertutup Para Kepala Keluarga

Di salah satu ruang privat berlapis sistem isolasi suara dan sinyal, tiga pemimpin tertinggi duduk melingkar:

Arvid Lane Nava, tenang dan penuh strategi.

Samuel Melon, dengan ekspresi dingin dan kalkulatif.

Hermann Bosch, menyimak lebih banyak daripada bicara.

> "Pasar crypto hancur dalam 16 menit," ujar Arvid datar.

"China kehilangan $420 miliar valuasi aset digital dalam seminggu," timpal Wiliam.

"Rusia makin terisolasi karena perang dagangnya sendiri," lanjut Hermann dengan senyum tipis.

Semua sepakat: Dunia telah terpecah, dan mereka—melalui tangan-tangan tersembunyi mereka—mengarahkannya.

3. Aliansi dan Investasi Dominasi

Aliansi mereka—secara taktis disebut CAA (Continental Alliance Authority)—telah menggelontorkan:

$60 miliar untuk pembelian alutsista dari Northan Grupmend, Lockheed Martin, dan General Dynamics.

Peluncuran satelit anti-mata-mata dan komunikasi militer bersama SpaceX.

$40 miliar untuk pembentukan deep control atas pemerintah Nigeria—termasuk Bank Sentral.

Kini, tidak hanya wilayah, tapi sistem militer dan keuangan negara itu ada di bawah kendali tiga keluarga ini.

4. Milim & Benjamin

Di taman utama mansion, di bawah lentera gantung holografik, Milim Nava duduk berdua dengan Benjamin, yang kini dikenal sebagai Benjamin Nava, mengenakan jas gelap elegan dan ekspresi santai.

> "Apa kamu ingat kode error yang kupasang untuk memicu panik crypto itu?" tanya Benjamin dengan senyum menggoda.

Milim tertawa kecil, "Aku yang menyempurnakan fallback loop-nya. Tanpa itu, kamu bisa tertangkap."

Mereka berdua tertawa pelan, namun percakapan mereka menunjukkan satu hal: pasangan muda ini sama berbahayanya dengan seluruh sistem keamanan negara.

Gadis Naga di Dunia Mafia"

6. Milim Membuat Kekacauan Kecil

Di tengah atmosfer elegan pesta, dengan alunan biola dan gelas kristal berisi sampanye, Milim Nava—dengan gaun biru pastel pendek berhiaskan simbol bintang-bintang—tiba-tiba meloncat ke atas kursi makan sambil berteriak:

> "BENJAMIN! Kau janji ngajarin aku main skateboard hari ini!"

Semua musik berhenti. Para pelayan kaget. Seorang anggota keluarga Bosch hampir tersedak canape.

Hermann Bosch sempat membeku sebelum berdehem, sementara Samuel Melon hanya menghela napas pelan. Beberapa tetua keluarga Melon berbisik cemas, "Putri keluarga Nava ini... aneh."

Namun remaja-remaja perempuan dari keluarga Bosch dan Melon justru memperhatikan Milim dengan tatapan iri.

> "Dia bebas ya?" bisik salah satu cucu Hermann.

"Iya, dan pacarnya itu jenius teknologi pula... gila."

Milim turun dari kursi dan tanpa beban berjalan menghampiri Benjamin, menarik dasinya seperti anak kecil menarik tali mainan. Benjamin hanya tersenyum kecil, membiarkan dirinya ditarik seperti boneka.

7. Kehebohan di Area Kolam

Tak puas dengan kekakuan pesta, Milim lalu menyeret beberapa sepupu remaja dari pihak Melon dan Bosch untuk bermain lempar balon air di dekat kolam renang.

> "Kalau kalian nggak mau ikut, kalian kolot kayak patung di museum!" teriak Milim sambil melempar satu balon yang mengenai kepala salah satu cucu Hermann—yang diam-diam tertawa geli.

Walau awalnya menolak, perlahan beberapa gadis ikut bermain dan tertawa. Seorang pelayan hampir terpeleset karena lantai basah, dan seorang bodyguard harus mengganti jas karena basah kuyup.

8. Komentar Para Tua-Tua

> "Anak perempuan seperti itu tak akan pernah cocok memimpin," celetuk salah satu tante Melon.

> "Tapi justru karena itu, dia disukai anak-anak muda," sahut Arvid datar sambil menyeruput minumannya, tak berusaha menyembunyikan senyum bangganya.

Samuel hanya menggeleng pelan, namun dari wajahnya terlihat bahwa Milim bukan masalah—dia adalah senjata rahasia dalam bentuk yang tidak terduga.

---

12. Pesta di Puncak Kekuasaan (Lanjutan Kedua)

Di halaman belakang mansion mewah yang menghadap lautan malam California, lampu-lampu gantung kristal dan lantai dansa terbuka menyinari para tamu terpilih dari tiga keluarga terkuat dunia saat ini. Musik jazz elektronik mengalun pelan, dan suara gelas beradu dengan tawa kecil sesekali terdengar.

Milim Nava, dengan gaun kasual mewah berwarna merah muda pastel dan sepatu sneakers mahal, menjadi pusat perhatian remaja perempuan dari keluarga Bosch dan Melon. Gaya bicaranya yang santai, ceplas-ceplos, dan penuh tawa membuat mereka terkejut.

> "Serius? Kamu bisa ngomong kayak gitu ke Ayahmu?" tanya salah satu cucu perempuan Herman Bosch, terkekeh tidak percaya.

> "Tergantung. Kalau lagi lapar, siapa pun bisa kena omelanku!" sahut Milim sambil tertawa keras, membuat suasana cair.

Beberapa gadis remaja, yang selama ini hidup dalam sistem keluarga konservatif, mulai merasa tertarik pada kepribadian Milim yang bebas. Rasa iri halus berubah jadi kekaguman, dan mereka mulai saling tukar kontak pribadi.

---

13. Ruang Tengah Wanita dan Politik Ringan

Di dalam mansion, suasana sedikit lebih elegan. Clarissa Nava dan Lyra Nava duduk bersama beberapa tokoh perempuan penting dari keluarga Bosch dan Melon. Mereka membahas tren fashion Eropa, pengaruh rumah mode elit Paris, hingga isu teknologi wearable terbaru dari Swiss dan Korea Selatan.

Clarissa, dengan ketenangan dan gaya bicara diplomatis, berhasil memimpin diskusi tanpa terlihat dominan. Seorang perempuan senior dari keluarga Melon bahkan berkata:

> "Clarissa, kamu membuatku merasa muda kembali. Pandanganmu tentang teknologi kecantikan sangat presisi."

---

14. Wiliam James: Penjaring Pengaruh

Sementara itu, di salah satu balkon tertutup, Wiliam James Nava tengah berdiskusi serius dengan lima orang dari lingkar dalam keluarga Bosch dan Melon—semuanya berpengaruh di badan-badan legislatif bayangan, komisi intelijen luar negeri, dan jaringan diplomasi informal.

> "Kita perlu dukungan di Uni Afrika, ASEAN, dan Eropa Timur. Bukan untuk berdagang, tapi untuk bertahan jika krisis global pecah," ucap Wiliam sambil menyerahkan beberapa data enkripsi tinggi.

Dengan ketajaman taktis, Wiliam tidak hanya membentuk kontak, tapi membangun aliansi politik lintas generasi. Ia tidak menawarkan uang—ia menawarkan stabilitas dan pengaruh. Sebuah mata uang yang jauh lebih langka dan dicari dalam dunia kekuasaan global.

---

15. Epilog Malam Itu

Saat malam makin larut dan kembang api pribadi menghiasi langit pantai, Milim tampak duduk bersama Benjamin Nava di bangku batu taman, dikelilingi bunga digital yang menyala pelan. Clarissa melambaikan tangan kepada Lyra dan berkata pelan:

> "Aku tak tahu kita akan sejauh ini... tapi kita sudah di sini."

> "Dan tidak akan mundur lagi," jawab Lyra tenang.

---

More Chapters