Ficool

Chapter 21 - Kilatan Takdir dari Langit Ketiga

Langit di atas Gunung Angket tak seperti biasanya. Awan gelap berputar pelan membentuk pusaran raksasa, seperti mata langit yang mengawasi dunia. Aura spiritual bergelombang dari Void Sanctum yang berada di jantung gunung, seolah memberi peringatan bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi.

Edwin duduk bersila di atas batu datar di puncak gunung. Matanya tertutup, namun seluruh tubuhnya dikelilingi oleh lapisan energi halus berwarna biru keemasan. Sejak kembali dari pertemuannya dengan para arwah legenda di Void Sanctum, Edwin mulai menjalani meditasi dalam untuk menyatukan fragmen-fragmen kekuatan baru yang diberikan kepadanya.

Namun, di balik ketenangan itu, benih keraguan mulai tumbuh.

"Jika aku adalah penjaga keseimbangan, apakah berarti aku juga harus menanggung kehancurannya…?"

Suara langkah kaki ringan terdengar dari belakang. Tanpa membuka mata, Edwin sudah tahu siapa yang datang.

"Tessa?" gumamnya.

"Bagaimana bisa kau tahu?" suara adiknya lembut, namun ada nada cemas tersembunyi di baliknya.

"Aku mengenal aura tiap keluargaku. Kau tidak pernah bisa menyembunyikan kekhawatiran dariku."

Tessa berjalan mendekat, lalu duduk di samping Edwin. Dia memandang pusaran langit yang kian pekat.

"Ed… kita semua mulai merasakan ketidakseimbangan di dunia. Sungai roh mengalir tak menentu. Beberapa sekte spiritual menghilang tanpa jejak. Dan… ada laporan dari barat bahwa Binatang Langit Ketiga mulai bangkit."

 

Edwin membuka matanya. Cahaya biru terpancar dari pupilnya, memantulkan kedalaman Void yang pernah dia tapaki.

"Binatang Langit Ketiga... Jadi waktu kita lebih sempit dari yang kukira."

Tessa menggigit bibirnya. "Apakah kau tahu apa sebenarnya yang mereka bangkitkan?"

Edwin berdiri perlahan, menatap cakrawala. "Aku tidak tahu. Tapi aku tahu siapa yang mencoba membangkitkannya."

Tessa menegakkan tubuhnya. "Siapa?"

"Faksi Umbra."

Seketika angin berhembus lebih dingin. Tessa menoleh, kaget. "Itu hanya legenda. Faksi Umbra adalah bayang-bayang dari masa lalu."

"Dan bayang-bayang itu kini bergerak kembali. Aku melihat mereka di penglihatan Void-ku. Mereka adalah para kultivator yang membelot dari keseimbangan. Mereka ingin menciptakan dunia baru... dengan menghancurkan yang lama."

Edwin berjalan menuju tepi tebing, memandang jurang yang menjulang jauh ke bawah. "Mereka memburu warisan dari Tujuh Pilar Penjaga. Jika mereka mendapatkannya, kehancuran bukan lagi pilihan, tapi kepastian."

Tessa menelan ludah. "Apa yang harus kita lakukan?"

Edwin menatap adiknya, mata mereka bertemu. "Kita kumpulkan para penjaga baru. Mereka yang hatinya masih setia pada Arkos. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Tapi aku tahu... ini saatnya membentuk kembali Aliansi Keseimbangan."

 

Tessa menatap mata kakaknya, dan untuk pertama kalinya, dia melihat bayangan seseorang yang tidak hanya kuat, tapi juga membawa harapan.

"Aku akan ikut," ucap Tessa mantap. "Aku akan menjadi pedangmu."

Edwin mengangguk, lalu mengangkat tangannya. Di langit, simbol kuno berwarna emas menyala di antara pusaran awan—panggilan kepada para penjaga keseimbangan sejati.

Panggilan Edwin telah dikirimkan.

Dan dunia Arkos, tanpa sadar, tengah bersiap menghadapi perang yang akan mengguncang keseimbangan semesta.

More Chapters