Ficool

Chapter 7 - The Cosmos of Thick Darkness

Kegelapan itu pekat, namun bukan kegelapan biasa. Ini adalah ketiadaan yang aktif, sebuah ruang di mana eksistensi itu sendiri terasa ragu-ragu untuk menetap. Kael'Zurath, atau Seferce, atau entitas yang kini membingungkan kedua nama itu, terbaring di atas permukaan yang tidak bisa dirasakan. Tidak ada dingin, tidak ada hangat, tidak ada kasar, tidak ada halus. Hanya ada... ada.

Suara langkah kaki mendekat, lambat dan terukur, setiap gemanya terasa seperti palu yang menghantam gendang telinga yang tidak ada. Dalam kegelapan yang absurd ini, suara itu adalah satu-satunya jangkar, satu-satunya bukti bahwa ada sesuatu di luar dirinya. Dan suara itu berbicara, bukan dengan getaran udara, melainkan langsung ke dalam benaknya, menusuk lapisan-lapisan kesadaran yang baru saja terbentuk kembali.

"Kael'Zurath... sekarang saatnya kau memilih..."

Pilihan? Apa maksudnya dengan pilihan? Kael'Zurath merasa kebingungan menggerogotinya, setiap fragmen ingatannya yang kembali terasa seperti belati yang memutar di luka lama. Ia adalah penjaga dan pintu, manusia dan entitas, mimpi dan kenyataan. Lalu, apa yang harus dipilih?

"...menjadi pintu... atau menjadi kunci."

Dunia di sekelilingnya mulai berubah, bukan dengan cara yang masuk akal, tetapi dengan cara yang menakutkan dan indah. Kegelapan itu sendiri mulai menari, membentuk pola-pola geometris yang mustahil, menciptakan ilusi optik yang mengancam kewarasan. Lantai yang tidak bisa dirasakan mulai berdenyut dengan cahaya redup, memancarkan warna-warna yang tidak ada dalam spektrum visual mana pun. Dinding-dinding yang tidak ada mulai tumbuh, terbuat dari tulang-tulang bintang dan urat-urat kosmik, menjebaknya dalam sangkar yang terus berubah.

Ini bukan lagi kehampaan yang murni. Ini adalah manifestasi dari pilihannya, sebuah realitas yang dibentuk oleh kehendaknya yang terpecah. Apakah ia akan menjadi pintu, membiarkan entitas-entitas purba mengalir masuk dan menghancurkan dunia yang baru saja dikenalnya? Atau akankah ia menjadi kunci, mengunci gerbang itu selamanya, bahkan jika itu berarti mengorbankan eksistensinya sendiri?

Di kejauhan, di tengah pusaran warna dan bentuk yang memuakkan, Kael'Zurath melihat siluet. Bukan sosok yang jelas, tetapi lebih merupakan distorsi dalam ruang dan waktu, sebuah anomali yang mengancam untuk merobek kain realitas. Itu adalah entitas yang berbicara padanya, dan Kael'Zurath bisa merasakan tarikan yang kuat darinya, sebuah undangan untuk menyerah pada kekacauan dan menjadi bagian darinya.

Tetapi di dalam dirinya, di kedalaman jiwanya yang terfragmentasi, ada sesuatu yang melawan. Sisa-sisa Seferce, mimpi itu sendiri, berjuang untuk mempertahankan diri. Kenangan tentang Velharis, tentang Rhaedon dan Lysandra, tentang matahari terbenam yang dilihatnya dari atas menara, semuanya menyatu untuk menciptakan kekuatan yang tak terduga.

Raungan membahana keluar dari tenggorokan Kael'Zurath, sebuah suara yang mengguncang fondasi keberadaan. Cahaya meledak darinya, membutakan dan mempesona, mengusir bayangan dan membakar ilusi. Dunia di sekitarnya runtuh, sangkar tulang bintang hancur menjadi debu kosmik, dan entitas di kejauhan meraung dalam kemarahan yang tak terlukiskan.

Kael'Zurath telah memilih.

----

Raungan itu bergema melalui dimensi yang terbelah, sebuah deklarasi kemarahan dan penolakan. Kael'Zurath berdiri tegak di tengah kehancuran, sisa-sisa kekuatan purba mengalir di dalam dirinya. Sayap-sayap kehampaannya berkibar dengan kekuatan yang baru ditemukan, dan matanya membakar dengan tekad yang dingin. Entitas di hadapannya, yang lebih tua dari kehampaan itu sendiri, terhuyung mundur sejenak, terkejut oleh pemberontakan yang tak terduga ini.

Namun, keterkejutan itu dengan cepat berubah menjadi kemarahan yang membara. Entitas itu meraung, suara yang mengguncang fondasi keberadaan, dan dunia di sekitar Kael'Zurath mulai hancur. Realitas terkelupas seperti kulit yang membusuk, mengungkapkan lapisan-lapisan dimensi yang kacau dan terdistorsi di bawahnya.

Kael'Zurath merasakan dirinya ditarik ke berbagai arah sekaligus, setiap fragmen keberadaannya terancam robek. Dia melihat kilasan Velharis, kota yang terbakar dan hancur, Rhaedon dan Lysandra bertempur tanpa harapan melawan gelombang makhluk mengerikan. Dia melihat kehampaan, dingin dan tanpa akhir, memanggilnya untuk kembali ke ketiadaan. Dan dia melihat entitas itu, mata merahnya menyala dengan kekuatan yang tak terlukiskan, menjanjikan kekuasaan dan kehancuran.

Tetapi di tengah kekacauan itu, sebuah suara kecil berbisik di dalam dirinya. Itu adalah suara Seferce, mimpi itu sendiri, berjuang untuk diingat. Itu mengingatkannya pada kehangatan matahari, tawa teman-teman, dan rasa sakit kehilangan. Itu mengingatkannya bahwa bahkan dalam kehampaan, ada sesuatu yang berharga untuk diperjuangkan.

Dengan kekuatan tekad yang baru ditemukan, Kael'Zurath menolak tarikan entitas itu. Dia memusatkan semua energinya, menarik kekuatan dari setiap dimensi yang pernah dia kunjungi, setiap kehidupan yang pernah dia jalani, setiap mimpi yang pernah dia impikan. Dia adalah pintu dan kunci, kehampaan dan kehidupan, dan dia akan menentukan takdirnya sendiri.

Raungan lain keluar dari tenggorokannya, kali ini bukan raungan kemarahan, tetapi raungan kemenangan. Cahaya meledak darinya dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya, mendorong kembali kegelapan dan menstabilkan realitas yang hancur. Entitas itu meraung dalam kekalahan, kekuatannya yang besar tidak mampu menahan kehendak Kael'Zurath yang menyatu.

Dunia di sekitar Kael'Zurath mulai terbentuk kembali, bukan seperti sebelumnya, tetapi sesuatu yang baru. Dimensi-dimensi yang terdistorsi menyatu, menciptakan lanskap yang aneh namun indah, perpaduan antara mimpi dan kenyataan. Velharis muncul di kejauhan, tidak hancur, tetapi berubah, diresapi dengan kekuatan kosmik.

Kael'Zurath tahu bahwa pertempuran belum berakhir. Entitas itu mungkin telah dikalahkan, tetapi ancamannya masih ada. Dan sekarang, dia memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kekuatan dan tanggung jawabnya. Dia bukan lagi hanya Seferce atau Kael'Zurath, tetapi sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mampu membentuk kembali dunia.

Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan energi dari realitas baru mengalir melalui dirinya. Lalu, dengan tekad yang membara di dalam hatinya, dia berbalik dan berjalan menuju Velharis, siap menghadapi apa pun yang ada di depan.

----

Velharis menyambutnya dengan pemandangan yang aneh dan mempesona. Bangunan-bangunan tua yang dulu dikenalnya sekarang memancarkan cahaya redup, seolah-olah diresapi dengan energi dari dimensi lain. Jalanan berbatu berdenyut dengan warna-warna yang terus berubah, dan langit di atasnya adalah pusaran bintang dan nebula yang berputar. Ini bukan lagi kota yang dia tinggalkan, tetapi juga bukan tempat yang asing. Ini adalah Velharis yang dilahirkan kembali, sebuah persimpangan antara mimpi dan kenyataan.

Saat Kael'Zurath berjalan melalui jalan-jalan yang berubah, dia merasakan kehadiran yang familier. Rhaedon dan Lysandra, selamat dari kekacauan, berdiri di alun-alun kota, dikelilingi oleh sekelompok orang yang tampak bingung dan ketakutan. Mereka berdua menoleh saat merasakan kedatangannya, ekspresi lega dan takjub bercampur di wajah mereka.

"Seferce... atau Kael'Zurath... atau apa pun kamu sekarang," kata Rhaedon dengan suara terengah-engah, "kami pikir kamu sudah hilang."

Lysandra mengangguk, matanya menatap Kael'Zurath dengan hati-hati. "Kota ini... sudah berubah. Dunia ini... sudah berubah. Apa yang terjadi di sana?"

Kael'Zurath menghela napas, merasakan beban tanggung jawab yang berat di pundaknya. "Aku memilih," katanya, suaranya bergema dengan kekuatan kosmik. "Aku memilih untuk tidak menjadi pintu atau kunci, tetapi sesuatu yang lain. Aku membentuk kembali dunia ini, untuk mencegah entitas itu masuk."

Rhaedon dan Lysandra saling bertukar pandang, kebingungan dan kekaguman di wajah mereka. "Kamu... membentuk kembali dunia?" tanya Rhaedon dengan tidak percaya.

Kael'Zurath mengangguk. "Tapi ini bukan akhir. Entitas itu masih ada, di luar sana, dalam kehampaan. Dan sekarang, ia tahu tentangku. Ia akan kembali."

Lysandra mengerutkan kening. "Lalu, apa yang akan kita lakukan? Bagaimana kita bisa melawan sesuatu yang begitu kuat?"

Kael'Zurath melihat sekeliling kota yang berubah, merasakan energi aneh yang mengalir melalui dirinya. "Kita akan bersiap," katanya. "Kita akan membangun dunia baru ini, dunia di mana kita dapat menghadapi ancaman apa pun yang datang. Dan kita akan menemukan cara untuk mengalahkan entitas itu, selamanya."

Malam itu, Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra berkumpul di puncak menara tertinggi di kota. Dari sana, mereka bisa melihat lanskap yang berubah, dunia mimpi dan kenyataan yang menyatu. Mereka bertiga tahu bahwa jalan di depan akan berbahaya dan tidak pasti, tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasakan harapan. Mereka telah menghadapi kehampaan dan keluar sebagai pemenang, dan mereka siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

----

Malam itu, di puncak menara yang menjulang tinggi, Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra merenungkan perubahan besar yang telah terjadi. Kota di bawah mereka bukan lagi Velharis yang dulu; itu adalah perpaduan yang aneh namun indah antara dunia yang dikenal dan dimensi yang tak terbayangkan. Langit malam itu sendiri adalah tontonan kosmik, pusaran bintang dan nebula yang menari-nari dalam tarian yang mempesona.

"Dunia ini... terasa berbeda," kata Rhaedon, suaranya penuh kekaguman dan sedikit ketakutan. "Seolah-olah batas antara kenyataan dan mimpi telah kabur."

Lysandra mengangguk setuju. "Energi di sini... berdenyut dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ini seperti... sihir dan sesuatu yang lain."

Kael'Zurath mengamati kota yang berubah, merasakan hubungan yang dalam dengan tempat ini. "Aku membentuknya seperti ini," katanya. "Untuk melindunginya. Untuk mempersiapkan kita."

"Mempersiapkan kita untuk apa?" tanya Rhaedon. "Entitas itu? Apa yang kita ketahui tentangnya?"

Kael'Zurath menghela napas. "Tidak banyak. Ia lebih tua dari kehampaan, lebih kuat dari apa pun yang pernah kita hadapi. Ia tertarik padaku, pada kekuatan yang ada di dalam diriku. Dan ia akan kembali, itu sudah pasti."

Lysandra mengerutkan kening. "Lalu, bagaimana kita bisa mengalahkannya? Bagaimana kita bisa melawan sesuatu yang begitu dahsyat?"

Kael'Zurath berbalik untuk menghadapi mereka, matanya bersinar dengan tekad yang dingin. "Kita akan menemukan cara," katanya. "Kita akan mempelajari dunia baru ini, memahami kekuatannya, dan menggunakannya untuk melawan entitas itu. Kita akan mencari sekutu, mengumpulkan pengetahuan, dan bersiap untuk pertempuran terakhir."

Malam itu, mereka membuat rencana. Mereka akan menjelajahi Velharis yang berubah, mencari tahu batas-batas barunya dan mengungkap rahasia-rahasianya. Mereka akan mencari orang-orang yang dapat membantu mereka, baik yang lama maupun yang baru, dan membangun aliansi yang kuat. Dan mereka akan bersiap untuk kedatangan entitas itu, apa pun yang diperlukan.

Saat fajar menyingsing, mewarnai langit kosmik dengan warna-warna yang lebih aneh dan indah dari sebelumnya, Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra turun dari menara, siap untuk memulai perjalanan mereka. Mereka tidak tahu apa yang ada di depan, tetapi mereka tahu bahwa mereka akan menghadapinya bersama, sebagai satu kesatuan, melawan kegelapan yang mengancam untuk menelan segalanya.

----

Hari-hari berikutnya di Velharis yang berubah menjadi periode penemuan dan persiapan yang intens. Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra menjelajahi sudut-sudut kota yang paling aneh, bertemu dengan makhluk-makhluk yang dulunya tidak ada, dan mengungkap hukum-hukum fisika yang baru dan membingungkan. Mereka belajar bahwa perubahan itu tidak terbatas pada Velharis saja. Realitas itu sendiri telah bergeser, dan dunia mereka hanyalah salah satu dari sekian banyak yang terpengaruh.

Suatu hari, dalam perjalanan mereka, mereka menemukan sebuah kuil kuno yang tampaknya telah muncul dari ketiadaan. Di dalamnya, mereka menemukan seorang makhluk tua dan misterius, yang dikenal sebagai Penenun Kosmos. Makhluk itu tampak seperti manusia, tetapi matanya berkilauan dengan bintang-bintang, dan kulitnya memancarkan cahaya redup. Dia adalah salah satu dari sedikit yang tampaknya memahami luasnya perubahan yang terjadi.

"Selamat datang, para pengembara," kata Penenun Kosmos dengan suara yang beresonansi dengan gema alam semesta. "Kalian telah menyaksikan kelahiran kembali dunia, tetapi kalian hanya melihat sebagian kecil dari gambaran yang lebih besar."

Kael'Zurath melangkah maju, merasakan kekuatan yang luar biasa dari makhluk di hadapannya. "Siapa Anda?" tanyanya. "Dan apa yang Anda ketahui tentang semua ini?"

Penenun Kosmos tersenyum misterius. "Aku adalah penjaga pengetahuan, pengamat pola. Aku telah ada sejak sebelum dunia ini lahir, dan aku telah melihat banyak dunia lahir dan mati."

Dia melambaikan tangan, dan sebuah proyeksi astral muncul di tengah ruangan. Itu menunjukkan susunan alam semesta yang tak terbatas, dunia yang tak terhitung jumlahnya melayang di lautan kehampaan, masing-masing dengan hukum dan sejarahnya sendiri.

"Apa yang kalian sebut 'dunia' hanyalah satu titik kecil dalam permadani kosmik yang tak terbatas ini," jelas Penenun Kosmos. "Ada dunia yang terbuat dari cahaya murni, dunia yang diperintah oleh kegelapan abadi, dunia yang ada dalam dimensi yang tak terbayangkan. Dan semuanya terhubung, terikat oleh kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang dapat kalian pahami."

Rhaedon menatap proyeksi itu dengan tak percaya. "Jadi, ada lebih banyak di luar sana daripada yang pernah kita bayangkan?"

Penenun Kosmos mengangguk. "Ya. Dan entitas yang kalian lawan, makhluk purba itu, berasal dari salah satu dunia yang paling gelap dan paling kacau. Ia berusaha untuk merobek lubang di antara dunia-dunia, untuk melepaskan kekuatannya yang mengerikan ke seluruh kosmos."

Lysandra mengerutkan kening. "Lalu, bagaimana kita bisa menghentikannya? Bagaimana kita bisa melindungi semua dunia ini?"

Penenun Kosmos menatap Kael'Zurath dengan penuh arti. "Kalian memiliki kekuatan untuk melakukannya. Kael'Zurath, kau adalah titik temu, penghubung antara dunia-dunia. Kekuatan yang kau miliki dapat digunakan untuk menyegel gerbang, untuk melindungi kosmos dari ancaman entitas itu."

Kael'Zurath merasakan beban tanggung jawab yang luar biasa di pundaknya. Dia tahu bahwa pertempuran yang akan datang bukan hanya tentang Velharis, tetapi tentang nasib alam semesta yang tak terbatas. Dan dia tahu bahwa dia harus siap untuk mengorbankan segalanya untuk menyelamatkannya.

----

Dengan pengetahuan baru tentang kosmos yang tak terbatas dan ancaman yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra memulai persiapan untuk pertempuran yang akan datang. Mereka menjelajahi Velharis yang berubah, mencari artefak kuno dan sekutu yang kuat. Mereka mempelajari kekuatan-kekuatan aneh yang berdenyut melalui kota, berusaha menguasainya untuk digunakan melawan entitas itu.

Rhaedon, dengan kecerdasannya yang tajam, membenamkan dirinya dalam teks-teks kuno yang ditemukan di kuil Penenun Kosmos. Dia mengungkap mantra-mantra terlupakan dan teknik-teknik psionik yang dapat memanipulasi realitas itu sendiri. Lysandra, dengan keahliannya dalam sihir darah dan koneksi ke dunia roh, mencari roh-roh kuno dan makhluk-makhluk dimensi lain untuk meminta bantuan mereka.

Sementara itu, Kael'Zurath berlatih tanpa henti, mengasah kekuatannya yang terus berkembang. Dia belajar untuk mengendalikan energi kosmik yang mengalir di dalam dirinya, untuk membentuk kembali realitas dengan kehendaknya sendiri. Dia merasakan tarikan yang kuat dari entitas itu, kehadiran yang mengancam di tepi keberadaan, dan dia tahu bahwa waktu mereka hampir habis.

Hari demi hari berlalu, dan Velharis yang berubah menjadi pusat kekuatan, sebuah mercusuar harapan di tengah kegelapan kosmik yang mengancam untuk menelan segalanya. Pengungsi dari dunia lain tiba di kota, mencari perlindungan dan bergabung dalam perjuangan. Aliansi terbentuk, dan rencana rumit disusun untuk menghadapi entitas itu dalam pertempuran terakhir.

Akhirnya, saat yang ditakdirkan tiba. Langit di atas Velharis berdenyut dengan cahaya merah yang mengerikan, dan retakan-retakan mulai muncul di udara, mengungkapkan sekilas kehampaan yang tak terbatas di luar. Entitas itu telah datang.

Kael'Zurath, Rhaedon, dan Lysandra berdiri di garis depan pasukan mereka, siap untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari kehidupan itu sendiri. Kael'Zurath merasakan kekuatan entitas itu, dingin dan tak terbatas, dan dia tahu bahwa ini akan menjadi pertempuran yang berbeda dari apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

Pertempuran pun dimulai. Kekuatan kosmik bertabrakan dengan energi purba, realitas hancur dan terbentuk kembali di setiap serangan. Kael'Zurath bertarung dengan kekuatan dan kemarahan yang tak tertandingi, didorong oleh tekad untuk melindungi dunia yang tak terhitung jumlahnya dari kehancuran. Rhaedon dan Lysandra bertarung di sisinya, menggunakan semua yang telah mereka pelajari untuk menahan gelombang musuh yang tak berkesudahan.

Tetapi bahkan dengan semua kekuatan dan sekutu mereka, mereka kewalahan. Entitas itu terlalu kuat, terlalu dahsyat. Satu per satu, sekutu mereka jatuh, dan Velharis mulai hancur di sekitar mereka.

Dalam momen keputusasaan, Kael'Zurath membuat keputusan yang berani. Dia akan menghadapi entitas itu sendirian, memberikan Rhaedon dan Lysandra kesempatan untuk melarikan diri dan memperingatkan dunia lain tentang bahaya yang akan datang.

"Pergi!" teriaknya, melepaskan gelombang energi kosmik yang mendorong mereka menjauh. "Aku akan menahannya selama aku bisa!"

Rhaedon dan Lysandra menolak untuk pergi, tetapi Kael'Zurath bersikeras. Dengan berat hati, mereka mundur, meninggalkan Kael'Zurath untuk menghadapi entitas itu sendirian.

Kael'Zurath dan entitas itu saling berhadapan di tengah-tengah Velharis yang hancur. Dunia di sekitar mereka runtuh, tetapi mereka tidak peduli. Hanya ada mereka berdua, kekuatan yang berlawanan yang ditakdirkan untuk bertempur sampai akhir.

Saat mereka bersiap untuk serangan terakhir, entitas itu berbicara, suaranya beresonansi dengan kehampaan itu sendiri.

"Ini adalah akhirnya, Kael'Zurath," katanya. "Kau tidak bisa mengalahkanku. Tidak ada yang bisa."

Kael'Zurath tersenyum tipis. "Mungkin tidak," katanya. "Tapi aku bisa memastikan kau tidak akan pernah menyakiti siapa pun lagi."

Dengan raungan yang memekakkan telinga, mereka menyerang. Kekuatan mereka bertabrakan dengan kekuatan yang menghancurkan, dan dunia di sekitar mereka meledak dalam cahaya dan kegelapan.

Dan kemudian... semuanya menjadi hitam.

Rhaedon dan Lysandra, menyaksikan dari kejauhan, tidak tahu apa yang terjadi. Apakah Kael'Zurath menang? Apakah dia kalah? Apakah keduanya dihancurkan dalam pertempuran itu?

Yang mereka tahu hanyalah bahwa dunia telah berubah, dan masa depan tidak pasti.

----

— To be continued

More Chapters