Ficool

Chapter 18 - Isapan Jempol

Aku adalah ruang tunggu yang ditanami akar, bercokol dalam waktu yang berkarat.

Menjajakan sabar kepada udara yang bosan membalas salamku.

Kau seperti musim yang berlagak setia, mengemut janji menggunakan ibu jari, lalu memangkasnya dengan pisau daging.

Kau rawat aku dengan 'tunda' seperti jarum kompas yang mabuk arah.

Aku digelayuti oleh waktu yang menjulur sinis, menertawakan langkahku yang berlumut.

Sementara kau bersenda dengan gempita yang tak pernah mencatut namaku.

Kau adalah pejalan yang meminjam pijakan, mengira bumi tuna wicara sebab kau khianati.

Kau biarkan kesetiaan jadi keriput di bawah telapakmu, seperti debu yang kau suruh tunduk.

Kkni, aku adalah ruang tunggu yang kering.

Dibuihkan oleh harap yang terlampau uzur, sedang kau sengaja diam agar waktuku terhina.

Sementara kau mengumbar tahta berupa koin perak dan bersorak di belakang telingaku.

Yang barangkali, kau tidak sekali-kali tahu-menahu, kelak itulah yang akan memuntahkanmu.

Dan aku, tetap berdiri,

bersama sisa-sisa detik

yang kau bunuh dengan sengaja.

"Apakah Ku Terluka?"

"Aku di dalam kecewa"

"Ternyata, aku manusia"

More Chapters